Tertusuk. Wonwoo terdiam ketika sebuah pedang menembus dadanya dari belakang. Tangannya yang semula melingkar kuat di leher Joshua melemas. Perlahan ia menundukkan kepala guna memeriksa bagian itu.
"Uhuk! Uhuk!" Darah keluar dari mulutnya secara paksa. Membuat telapak tangannya yang menutupi mulut dipenuhi oleh darah.
Melihat betapa Wonwoo tersiksa, Joshua memanfaatkan kesempatan untuk membebaskan diri. Ia menendang lawannya itu kemudian bergerak menjauh. Berusaha mengembalikan napasnya yang sempat hilang karena cekikan.
Wonwoo masih sanggup menopang tubuhnya dengan tangan. Namun, darah yang keluar dari mulutnya semakin buruk. Tak ayal membuat tenggorokannya sakit bukan main.
Demon itu menyentuh bilah pedang di dadanya. Dicengkeramnya bilah itu tanpa peduli pada luka baru pada telapak tangannya. Ia tarik secara paksa sehingga pedang itu benar-benar menusuknya sampai batas. Berniat mempercepat kematian yang sudah pasti menghampiri.
Wonwoo masih ingat bagaimana rasanya ketika pedang itu menusuk perutnya dahulu. Pedih dan panas. Dahulu, Wonwoo bertanya-tanya mengapa Woozi tak langsung membunuhnya saja. Hanya membuatnya tertidur dengan pedang emas menancap di perutnya selama beratus-ratus tahun.
Sekarang, ia tahu alasannya. Bagaimanapun ialah orang yang telah menyelamatkan hidup Woozi. Sudah pasti demon itu memiliki hati untuk tidak menyiksanya dengan kematian.
Rupanya mati benar-benar buruk. Apalagi bagi dia yang orang-orang takuti. Bagi dia yang tamak akan kekuasaan dan kekuatan. Bagi dia yang menginginkan kesetiaan tanpa akhir. Bagi dia yang menjadi mimpi buruk orang-orang di bawah kuasanya. Bagi dia yang membawa ketidakadilan pada dunia ini.
Pedang emas legendaris adalah pembawa kematian terburuk bagi siapa pun yang mati karenanya. Ia menyalurkan dendam dari orang yang terpapar ketidakadilan.
Tak seperti pedang pada umumnya, pedang itu tak menimbulkan rasa sakit secara fisik. Namun ia bisa merasakan panas luar biasa menyebar di sekujur tubuh dengan bagian tertusuk sebagai pusatnya.
Hatinya merasa sakit dan pedih. Seolah perasaan orang-orang yang dulu ia siksa menyerangnya secara serempak. Membuat air mata jatuh dari sudut matanya begitu saja.
Wonwoo tersenyum tipis mengingat bahwa Woozi secara tidak langsung menyelamatkannya di pertarungan itu. Kini semuanya menjadi impas karena ia begitu tak berterima kasih dan masih serakah, ingin memiliki wanita yang dimiliki Woozi hingga gelap mata.
Perlahan, Wonwoo mendongakkan kepala. Matanya langsung bertemu dengan Woozi yang duduk tak jauh dari tempatnya dengan tatapan terkejut bukan main. Kalau diingat-ingat, itu adalah ekspresi pertama yang ia lihat dari Woozi selain datar dan marah. Membuat Wonwoo tertawa pelan.
"Woozi," panggil pria itu kemudian batuk. "Aku baru saja mengatakan pada wanitamu bahwa seseorang tidak mungkin menyelamatkan nyawa orang lain tanpa alasan."
Wonwoo menarik napas panjang. Kesedihan yang ia rasakan sangat kuat sampai membuat suaranya bergetar.
"Apa kau ingin tahu alasanku?"
Woozi menatap sang lawan dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa ia menang telak kali ini. Namun, sama sekali tak ada perasaan bahagia. Yang ada justru sakit dan pedih ketika melihat Wonwoo sekarat di hadapannya tetapi masih berusaha bicara padanya.
Bagaimanapun, ia tak bisa menutupi perasaan hancurnya pada saat itu ... karena masa-masa bahagia yang ia dapatkan dari Wonwoo lebih banyak daripada ketidakadilan yang ia terima. Wonwoo sudah seperti kakak, bahkan seorang ayah bagi Woozi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of a Lonely Demon [Seventeen Imagine Series]
FantasiaHighest rank - #311 on Fantasi 200224 "Dengan darahku, aku membangkitkanmu dari kematian yang keji. Balaskan dendammu dan tinggallah di sisiku selamanya... atau aku yang akan kembali menjadi abu." Kalimat itu terdengar bak sebuah sihir. Kalimat pert...