aku mencintaimu bukan karna kontrak, ini tulus kau bahkan lebih baik dari hidupku.jika awalnya hubungan kita hanya sebatas tanda tangan kontrak, tapi tidak dengan sekarang. kau harus bisa menerimanya apa pun itu resikonya. intinya aku mencintaimu. u...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mobil sedang hitam mengkilap yang kutumpangi itu berhenti di sebuah hotel bintang 5. Jejeran pelayan dan petugas hotel siap siaga menanti kedatangan tamu penting yang kini datang bersamaku. Mark membuka pintu mobil disisi kiriku, menggandeng tanganku untuk masuk kedalam hotel mewah itu. Jantungku sedikit berdegup, saat puluhan mata memandang kearahku. Ini pertama kalinya aku kencan dengan seorang pria. Terlebih lagi ia memiliki wajah yang tampan itu. Ohh shi*t,,, hari ini begitu mendebarkan bagiku. Mark dengan tenang menggandeng tanganku hingga kami benar-benar masuk kedalam hotel itu. Diajaknya aku ketempat yang sudah dia reservasi khusus sebelumnya untuk pesta dansa. Semakin lama kakiku semakin gemetar, heels yang terlalu tinggi ini sangat membuatku kesusahan ditambah lagi suasana yang begitu tidak mengenakkan mengingat ratusan pasang mata itu sedari tadi menatapku. "Silahkan duduk gadisku". Tukas Mark padaku sembari memberi jarak antara kursi dan meja. Dengan kikuk ku tersenyum padanya, meskipun pria tampan ini ada bersamaku tapi aku merasa bahaya tengah mengintaiku. "Mau makan apa?". Tanya Mark datar. Heol-_- dia kembali menjadi Mark yang dulu. "A-apa saja". Ucapku singkat. Sekilas Mark menatapku, fokusnya kembali memperhatikan menu yang tengah dipegangnya. "Kau itu kenapa? Niat kencan tidak". Ucap Mark yang entah kenapa membuatku takut. Padahalkan dari awal aku memang tidak mau kencan-_-. "Eh,,, tidak, sebenarnya aku tidak lapar". Timpalku. Jariku ku kaitkan antara satu dan lainnya. Takut kalau Mark melakukan sesuatu yang buruk kepadaku. "Apa yang kau khawatirkan? Jangan melihat orang lain, lihat saja aku! Kekasihmu itu aku, kenapa memikirkan pikiran orang lain yang tidak kau ketahui?". Seru Mark sedikit kesal. Heol 0_0 dia benar-benar orang yang peka. Bagaimana dia tahu kalau aku sedang tidak tenang?. Kata-katanya itu tanpa sengaja membuatku senang, pikir saja orang setampan dia berkata manis seperti itu. Jantungku kembali berpacu, tak bisa lagi ku sembunyikan rona itu. Sesekali ku lirik Mark yang masih menatapku. "Ah,,, jangan menatap! Itu rasanya tidak nyaman". Pintaku. Mark tak bergeming, wajahnya berubah jadi dingin. Ku pikir, aku pasti sudah mengacaukan segalanya. Sebenarnya bukan ini yang ku inginkan, meskipun hanya sekedar kesepakatan, tapi aku sungguh tak berniat merusak kencan ini. Keadaan menjadi hening 15 menit berlalu tapi kami sama sekali tak melakukan apa-apa bicara pun tidak. "Aku mau pulang saja". Seruku serak, air mataku hampir saja mengalir. Aku tidak tahu mengapa tapi rasanya aku sudah mengacaukan segalanya. Itu membuatku sesak, tidak biasanya aku selemah ini. Mark berdiri, dia menarik tanganku. Akupun tak bisa menahan kakiku untuk diam. Mataku menatap, punggungnya yang tegap itu. Kupikir dia mengajakku pulang, tapi kenyataannya dia memanggilku untuk berdansa. "Siapa yang bilang kau boleh pulang?". Tanyanya berbalik menatapku. Ia menarikku mendekatinya hingga tubuhku dan tubuhnya bertemu. "Aku sudah mereservasi hotel ini hanya untukmu,,, dan kau mau pulang? Aku tak suka dirugikan". Lanjutnya. Aku terdiam wajahku dan wajah sangat dekat, sedikit saja ku bergerak pasti sudah terjadi-_-. Mataku tetap tak berani menatapnya. "Aku tak ingin merusak kencan kita sayang". Timpal Mark lagi. "Tapi aku tak tahu berdansa". Ucapku lirih. "Kau hanya perlu melihatku itu saja". Sambung Mark lagi. Pria ini begitu tahu cara mengambil hati wanita, akan menyesallah bagi mereka yang mengatakan dia seorang gay. Mark sama sekali tak memberi kesempatan pada jantungku untuk berdetak dengan normal, selalu ada kejutan disetiap detiknya. Untung saja aku tidak terkena serangan jantung. Tanpa aba-aba, disela-sela gerakan dansa konyol kami ia memutus jarak antara wajahku dengannya tatapannya mengarah pada bibir mungilku, dan kurasakan sentuhan lembut begitu melekat denganku. Mataku terbelalak tapi ku tutup paksa setelahnya. Mark mencium bibirku dengan lembut dihapan tamu undangan. Inginku teriak karena pria gila itu telah merenggut ciuman pertamaku yang seharusnya menjadi kado terindah untuk suami masa depanku. Pikiranku berontak, namun tubuhku tak menolak. Ada apa sebenarnya denganku. Ayolah Yerin jangan membuat ini jadi lebih mudah, bukankah ini terlalu cepat. Mark menghentikan ciuman singkat itu, ia menatap wajahku yang merah padam. "Maaf tak bisa menahan diriku. Kau begitu cantik dan membuatku berdebar. Apa kau tahu sedari tadi aku diam karena mencoba menenangkan diriku". Tukas Mark. Heol-_-,,, aku lah yang sedari tadi serasa akan meledak. "Jangan mengacuhkanku, jangan banyak khawatir dengan pikiran orang lain. Aku tak suka. Sesingkat apapun hubungan kita kau milikku sekarang". Lanjutnya. Aku senang namun juga sedih, tidak tahu kenapa. Namun kata-kata itu menyadarkanku bahwa aku dan Mark hanya sebatas ikatan kontrak. Pria tampan ini pasti mempunyai gadis pujaannya sendiri