Rasa penat yang kurasakan, seakan membelenggu hati dan pikiranku. Sesak di dada melanda tubuhku, ingin rasanya berkata kasar mengutuk diriku sendiri, mengingat hal bodoh yang telah ku lakukan dengan menyetujui kesepakatan bodoh yang dibuat pria berwajah tampan mirip sosis beberapa jam lalu. Otakku mulai buntu, bingung harus berbuat apa. Langkah kaki yang sesekali tersendat karena tak berani pulang hari ini.
"Tin-tin". Suara klakson mobil menyadarkan kebodohanku yang sedari tadi melamun dalam jalanku. Mencoba menengokkan kepala dan membalikan tubuh mungilku, aku tahu siapa sosok didalam mobil sport berwarna hitam mengkilap itu. "Aku sudah menyuruhmu untuk menemuiku di tempat parkir honey". Ujar pria tampan didalam mobil itu. Mark? Sejak kapan dia jadi menjijikan begitu, aku mulai curiga kalau dia kerasukan. Lamunanku kembali tersadar saat klakson mobil tersebut dibunyikan untuk kesekian kalinya. Hazelku menatap lekat pria tampan itu sejenak, aku benci tapi ah entahlah bingung dengan perasaanku sendiri. Ku kerahkan tenagaku untuk membuka pintu mobil mewah itu. Mendudukan diriku dengan nyaman didalamnya, mengacuhkan ratusan pasang mata yang menatap kepergianku bersamaan dengan pria tampan disampingku. "Katakan dimana rumahmu?". Tanya Mark dingin. "Untuk apa?". Jawabku kembali bertanya. "jangan banyak bertanya, kau membuatku kesal hari ini". Ujarnya lagi. "aku? Memang aku kenapa?". Tanyaku berulang kali. "Ada rencana yang ingin kukatakan padamu, tapi kau malah berniat mengingkari janjimu". Timpal Mark menjelaskan cukup panjang. "Aku tidak pernah ingkar". Balasku lagi. "Katakan dimana rumahmu, jika kau bertanya lagi kubuat kau menyesal". Ancam Mark padaku. "Kau berani macam-macam padaku?". Celotehku lagi. Aku memang bukan tipe cewek penurut, terlebih lagi dihadapan pria yang mulai membuatku muak.
Tanpa aba-aba Mark menghentikan mobilnya, membuat tubuhku sedikit condong kedepan. Ku perbaiki posisi dudukku, dengam sesekali membenarkan kacamataku yang sedikit miring. Ku tatap pria yang kini pun tengah menatapku. Shit!!!! Tampan sekali.
Mark mendekatkan wajah dan tubuhnya kepadaku, memaksa ku harus mundur kebelakang sialnya berada di dalam mobil membuat niatku terhenti karna sudah tak bisa lagi bergerak.
"Bibirmu,,, apa masih belum ada yang menyentuhnya?". Tanya pria itu sedikit membuatku gugup dan takut.
Menyadari tingkah anehku, kembali ia membuat jarak denganku. Kembali fokus dengan jalannya
"Jangan memancing sifat liarku". Ungkapnya lirih tapi terkesan menakutkan.
Ia terus memacu kecepatan mobilnya, hingga ban itu berhenti berputar di depan rumah sederhana dengan sederet tanaman bunga di depannya. Ya itu rumahku, rumah kecil yang hanya mampu menampung aku dan ibuku.
Tanpa pikir panjang, ku lepaskan kaitan yang tugasnya membari keamanan pada tubuhku, bergegas ku buka pintu mobil disampingku, sampai tangan kekar menghentikan kesibukanku dengan memegang lenganku amat kuat. Sontak itu membuatku terkejut, kembali mataku menatapnya kesal, membayangkan kenapa bukan Bambam yang berada di sampingku.
"Apa?!". Tanyaku kesal sangat kesal.
"Pastikan jangan terlambat besok". Jawaban dari sang tuang Mark membuatku ingin tidur siang. Kenapa sedari tadi dia bersikap membosankan, yang memancing emosiku. Apa benar Mark sedang kesurupan roh ajaib Madara dan obito.
Ku singkatkan perbincangan itu. Otakku benar-benar tak bisa menjalankan sebagian fungsi otakku, posisi yang tak lagi berada dalam mobil mewah itu, melepas sedikit kepenatan dan emosi yang dalam diri.
Seolah mengerti keadaan burukku, pria dingin berparas tampan itu tidak menegurku lagi, hanya senyum anehnya yang mengembang. Kenapa orang ini tertawa disaat akua bahkan lupa cara melakukannya. Hazelnya melihat sekitar rumahku, layaknya orang yang akrab dengan tempat tinggalku. Aku malas ambil pusing, sedikit menundukan kepala sudah cukup untuk salam perpisahan. Langkah mungilku ku mulai mendekati pintu rumah dengn gerbang tombol di depannya. Semakin menjauhi mobil bermuatan pria tampan, ku biarkan pria itu pulang kerumhnya. Senyum yang tak pernah dihilangkannya, menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Melihat momen langka seperti ini, sepertinya dugaanku benar Mark sedang kesurupan hantu Sadako barang kali.
"Aku pulang". Ujarku sembari melepas sepatu kets milikku. Ku gerakan kaki jenjangku menuju ruang tamu dan lanjut sampai ke dapur melihat ibuku yang tengah menyiapkan makan siang. Ku peluk tubuh ringkihnya, dan menenggelamkan kepalaku di pundaknya. Merasakan kehangatan yang tak akan kudapatkan dari orang lain.
"Kau pulang lebih awal. Apa tidak ada kegiatan ekstrakurikuler?". Tanya ibuku yang seakan terkejut melihat kepulanganku di jam makan siang.
"hmm". Gumamku yang sudah dipahami ibuku. Ku tatap wajah ibuku yang begitu mirip denganku. Mengapa ia begitu baik, sehingga sifatnya menurun kepadaku. Mengapa sifat baik itu membuat suatu belenggu yang begiti besar dalam hidupku. Entah baik atau bodoh lebih sering dibilang mirip antara keduanya, apa aku dan ibuku hidup hanya untuk dimanfaatkan?. Seolah tau masalahku, ia menyruhku untuk tidur saja agar aku lebih sehat.
~~~~
Memikir tentang apa yang akan terjadi besok, membuat mataku tetap terjaga. Bayangan wajah orang yang tidak suka padaku mulai menghantui malamku. "Aku lebih baik menggosok kloset selama 10 tahun, daripada harus begini". Ujarku kesal pada diriku sendiri. Sesekali mengerjapkan mataku yang mengantuk tetapi tidak bisa terpejam. Kembali terlintas pikiran gila di kepalaku tentang yang kejadian yang menimpaku esok hari. Aku benar-benar mengutuk diriku sendiri karena menyetujui kesepakatan gila itu.
~~~~
Mentari pagi memancarkan sinarnya dan membangunkan setiap insan yang tengah berada dalam dekapan selimut tebal. Tak terkecuali diriku, yang kini terbangun dengan keadaan sangat kacau. Entah kapan aku tertidur, semua terasa seperti mimpi. Ku tatap diriku yang buruk di depan cermin pinkku. Terlihat lingkaran hitam di bawah kedua mataku, dengan kerutan yang melengkapinya.
Keterkejutanku dimulai ketika jam beaker ku menunjukkan waktu pukul 07.30 am. Jelas saja aku terlambat siswa macam apa yang bangun sesiang itu, mengingat sekolahku masuk pukul 07.15. Tanpa basa-basi lagi, ku percepat gerakanku bergegas kesekolah, layaknya berkendara 70 km/jam hanya dalam 10 menit aku sudah siap, tidak mandi pastinya, karena tidak ada waktu yang tersisa. Heol cobaan yang tiada akhir.
~~~
Menapakkan kaki tepat di depan gerbang sekolah yang dalam kondisi tertutup. Jangan tanya aku bisa masuk atau tidak, karna membuka saja tidak bisa. Celakalah aku jika tidak bisa masuk sekarang, mengingat hari ini ada banyak mata pelajaran yang akan di ujikan kepadaku. Benar-benar sial tak ada yang bisa menghalangiku untuk memaki diriku sendiri.
Tak mungkin ku pinta satpam genit itu untuk membuka gerbangnya. Pernah sekali ku coba ia malah menawarkanku obat tidur untuk menemani malamnya. Selain itu, ia juga tegas. Situasi ini banyak ia manfaatkan untuk menggoda para siswi yang terlambat. Tcih lengkap sudah semuanya.
Niat burukku ketika memilih meninggalkan sekolah terhenti saat bersuara lembut tidak asing dari pria seberang sana memanggilku.
Tangannya melambai kearahku, senyum lebar dipancarkan wajah tampannya.
"Yerin!". Panggilnya padaku. Tentu saja aku tak menolak senyuman dan panggilan menggoda itu. Pria yang ku ketahui bernama Bambam itu telah lama mencuri hatiku. Dengan sigap ku menghampirinya, menatap wajahnya melalui sela-sela gerbang pembatas di hadapanku.
"Kenapa kau belum masuk?, kepala sekolah memanggilmu. Kau tahu, seluruh siswa bahkan tidak boleh masuk kelas sebelum menemukanmu". Ujar Bambam menjelaskannya padaku.
"hah, sampai segitunya. Memangnya ada apa?". Ucapku yang sangat terkejut dengan hal itu. "Entahlah. Tapi sepertinya itu penting. Dia terlihat antusias tidak seperti biasanya". Tukas Bambam kepadaku. "Apa karena hari ini hanya aku siswa yang terlambat?". Tanyaku lagi. Ku tahu itu bodoh tapi mungkin bisa menjadi penyebab pencarianku. "Itu tidak masuk akal". Ujar Bambam yang sudah kuduga akan mengatakannya.
"Ayo cepat, jika kau tidak bergegas satu sekolah tidak akan belajar". Kata Bambam padaku sembari membuka gerbang untukku. Jangan tanya bagaimana dia bisa membujuk satpam genit itu karna aku pun tak ingin mengetahuinya.
~~~
Langkah kakiku semakin berat, perasaan yang tak dapat ku jelaskan kini tengah aku rasakan. Pikiran-pikiran jahat muncul di kepalaku takut jika akan di keluarkan dari sekolah perihal masalahku yang sebelumnya pernah terjadi. Disinilah aku, berdiri terpaku didepan pintu coklat polos dengan ganggang bulat sebagai pembukanya. Pintu yang mengeluarkan aura mengerikan dari dalam sana. Dengan penuh ketakutan ku ketuk pintu sunyi itu, mencoba menguatkan perasaan dan diriku, untuk menemui sang kepala sekolah.
"Masuk". Kata suara berat di dalamnya. Kubulatkan tekatku dan membuka pintu coklat itu.
Tak berani menatap sepasang mata yang kini tengah menatapku. Ku pandangi jari jemariku dengan kegugupan yang kurasakan.
"Jelaskan padaku sekarang!". Pinta mr. Raymond tuan kepala sekolahku. "a-apa yang harus saya jelaskan? Pak". Jawabku kembali bertanya. Dugaanku semakin kuat bahwa ini menyangkut masalah tuduhan pencurian itu. "Kudengar kau berhasil masuk kesini karena beasiswa, apa benar?". Tanyanya lagi yang semakin membuat badanku menegang. "i-iya benar". Jawabku terbata. "Dan kau pindahan dari Busan?, kau hanya tinggal bersama ibumu. Lalu kemana ayahmu?". Lanjutnya lagi. Aku heran jika dia ingin mengeluarkanku dari sekolah maka keluarkan saja kenapa harus menanyakan data pribadiku. "iya benar. Ayahku meninggalkan ibuku dengan wanita lain". Lanjutku menunjukkan sisi Yerin yang sebenarnya. "Ada apa bapak menanyakan data pribadi saya? Apa saya akan dikeluarkan dari sekolah". Tambahku lagi. "Mengeluarkanmu? Siapa bilang?". Ujarnya kembali bertanya. "ini menyangkut masa depan anakku Mark Tuan". Tambahnya lagi. Dan heol,,, kali ini aku benar-benar terkejut Mark bermuka sosis itu adalah anak kepala sekolahku. Aku baru menyadarinya bahwa memang mereka mempunyai marga yang sama.
Aku hanya terdiam masih terkejut dengan fakta ini. "Mark bilang kau pacarnya. Apa itu benar?". Tanya mr. Raymond padaku lagi yang sontak saja membuatku semakin terkejut mendengarnya. Jadi ini rencana busuk Mark pria tampan itu. Apa yang harus ku katakan? Awas saja pria itu jika ku temukan dia, akan langsung ku kubur hidup-hidup.
"Aku yakin kau mengetahui gosipnya, meskipun kau murid baru disini". Tukasnya lagi yang sepertinya sedari tadi menunggu jawabanku. "Aku hanya,,,, hanya tau luarnya saja. Mark yang asli bukanlah seorang gay". Ucapku mengarang. "Kau yakin? Kau pacarnya kan?". Tambahnya lagi mencoba memastikan. "Iya". Jawabku lirih. Aku tidak akan mengampuni perbuatan pria sosis tampan yang membuat rencana bodoh tanpa persetujuan dari ku. Aku mengutuk wajah tampannya, yang kadang membuatku tidak berdaya.
![](https://img.wattpad.com/cover/144638120-288-k253843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance
Romanceaku mencintaimu bukan karna kontrak, ini tulus kau bahkan lebih baik dari hidupku.jika awalnya hubungan kita hanya sebatas tanda tangan kontrak, tapi tidak dengan sekarang. kau harus bisa menerimanya apa pun itu resikonya. intinya aku mencintaimu. u...