Kencan

76 15 3
                                    

Mataku tak berhenti menatap sekitar,,, garasi yang luasnya sama dengan luas rumahku secara keseluruhan penuh dengan kendaraan bermerk terkenal yang tentunya dibeli menggunakan uang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mataku tak berhenti menatap sekitar,,, garasi yang luasnya sama dengan luas rumahku secara keseluruhan penuh dengan kendaraan bermerk terkenal yang tentunya dibeli menggunakan uang.
Kakiku terus berlaju disekitar rumah yang besarnya hampir sama dengan sekolahku,, tatanan objek yang begitu rapih terpampang indah di setiap mata memandang. Ini bukan rumah,, ini istana.
Kembali menatap alam disekelilingku, puluhan pelayan dengan sopannya menunduk disepanjang langkahnya.
"Pantas saja Mark bersifat selalu seenaknya begitu". Gumamku.
Aku terus mengikuti punggung gentle didepanku hingga memasuki sebuah pekarangan yang begitu besar, rumah dan halamanku saja hanya seluas garasinya.
Kakiku sedikit bergetar ketika berjalan memasuki pintu yang dilapisi emas setiap sudutnya. Tak biasa dengan tempat seperti ini. Heoll,,,, ayolah yerin kenapa kau begitu kampungan?.
Menghentikan desak desuk langkahku, kini aku benar-benar berada didalamnya, terasa seperti ditelan oleh suatu yang sangat besar, disini luas sekali.
Terdapat lemari penghargaan setiap sudutnya, desain yang begitu elok meskipun banyak sesuatu yang mencolok.
"Oppa!!". Panggil seorang gadis cantik dengan tubuh indah bak model ternama. Ku palingkan pandanganku menatap gadis yang tengah mengarah padaku dan Mark. Betapa indah parasnya, sedikit ku benarkan kacamataku yang tidak miring karena merasa menjadi wanita yang paling buruk rupa.
"Tumben sekali". Lanjutnya dengan nada yang heran.
"Tumben apanya?, cepat urusi dia". Pinta Mark yang tentu saja membuatku terkejut. Heoll,,, dia pikir aku barang. Lagi pula kenapa aku harus diurusi memangnya aku tidak bisa mengurus diriku meskipun hidup kacau begini.
"Siapa yang mengurusi siapa? Aku mau pulang!". Celotehku tak terima.
"Coba ulangi". Ujar Mark. Aku terdiam,, yah memang tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah dejavu untukku, membiarkan harga diriku terenggut hanya demi balas budi.
"Eonni tenang saja. Percaya padaku". Kata gadis itu lembut dan tersenyum manis kepadaku. Cantik sekali, apa dunia ini memang hanya diperuntukkan bagi mereka yang sempurna? Lalu tempatku dimana?.
"Dia ini adikku,, baru datang dari amerika. Namanya Somi tuan. Panggil saja dia Somi. Dia itu bersekolah di make up artis makanya ku serahkan dirimu padanya". Ucap Mark menjelaskan panjang lebar.
Aku hanya mengangguk,, pantas saja dia cantik sekali, ternyata adiknya pria sosis ini. Keluarga Tuan memang sempurna tak heran banyak orang yang berusaha menjatuhkan.
"Ayo kekamarku". Ajak Somi padaku.
"I-iya". Kataku.

****

Memasuki ruangan didalam ruang, seperti biasanya aku masih terpaku melihat betapa luasnya tempat ini. Kamar somi bahkan lebih besar dari garasinya. Itu berarti lebih besar dari rumahku.
"Jangan sungkan begitu,, anggap saja rumah sendiri. Kau kan pacar kakakku". Tukasnya padaku.
"Ah,, aku hanya kaget melihat kamarmu yang bahkan lebih luas dari rumahku". Timpalku.
"Ahahahah,,, eonni ini bicara apa?? Sudah sini duduk biar ku rias sedikit". Lanjut Somi.
"Wajah eonni halus sekali, pasti tidak pernah pakai make-up". Ujar Somi padaku. "Ah i-iya,,, aku tidak tahu bermake-up soalnya". Ungkapku.
"Itu bagus,, jadi aku tidak kesulitan. Hanya dengan make-up ringan saja pasti sudah cantik. Dan ah biarkan aku melepas kacamatamu". Tambahnya.
Aku tak berontak, ku biarkan saja gadis cantik ini mengutakatik wajahku. Sesekali ku menguap karena rasa kantuk yang datang. Ternyata wanita itu memang rumit.
"Selesai". Ungkap Somi. Perlahan ku tatap diriku di cermin yang tengah menatapku. Tak bisa mengenali wajahku sendiri, apa ini benar aku? Ini bukan diriku, aku tak punya wajah secantik ini. Ilusi yang terus berkembang, ku kagumi sisi lain dari diriku, bagaikan hidup bagai seorang ratu oh tuhan aku cantik sekali.
"Somi,, ini". Ucapku masih tak percaya.
"Eonni kau memang cantik". Ungkapnya memberiku 2 jempol besar.
Diantarnya aku menuruni anak tangga dengan dress pink yang melekat di tubuhku, rambutku yang tergerai menambah kesan anggun dari diriku, leher polos yang di kalungi berlian melingkar didadaku. Ini kah yang dinamakan menjadi cinderella untuk satu malam?.
Langkahku terhenti tepat didepan pria tampan yang tengah menungguku. Ku tatap lekat hezelnya yang juga menatapku penuh arti. Meskipun aku membenci hubungan ini tapi malam ini Mark benar-benar berbeda, bisa kurasakan teduhnya tatapan itu dan ketulusan yang ia pancarkan.
"Somi,, kau memang tidak pernah mengecewakanku". Tukasnya dengan fokusnya masih memandangku. Somi tercengir dia melongos pergi memberikan kami ruang untuk berdua.
"Kau tahu,, kau itu cantik". Lanjut Mark kepadaku. Tak bisa ku sembunyikan rona dipipiku, senyumku mengembang sedikit menyenggol lengannya karena malu.
Mark menyisihkan tangannya untuk menggandengku, perlahan ku terima ajakan itu melupakan masalah yang sebelumnya membelengguku.

Long DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang