Classmate

204 25 41
                                    

Gemuruh suara siswa menemani langkahku menuju ruang kantor, tak dikenali menjadi titik beratnya, maklum ini hari pertamaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemuruh suara siswa menemani langkahku menuju ruang kantor, tak dikenali menjadi titik beratnya, maklum ini hari pertamaku. Mencoba bertanya pada mereka dimana ruang kantor berada, tapi mereka tak ada yang merespon. Satu langkah kedepan dan terus mencari. "Wahh mereka sombong sekali!". Gerutuku dalam hati. Aku bukanlah anak yang membangkan tapi terkadang aku bisa marah seperti orang kesurupan. Nenek bilang itu turunan darinya, diam tapi menghanyutkan, ungkapnya.
"Hey, mata empat!". Seseorang memanggilku dari arah yang berlawanan. Aku tidak terkejut, hanya saja sedikit kesal karna dipanggil begitu. Walau ku akui aku memang berkaca mata. Tapi tetap saja itu tidak sopan. Aku kan orang baru seharusnya mereka menyapaku dengan lembut. Memalingkan wajahku ku cari diman sumber suara berasal. Geng pembuli pikirku, karna hanya anak nakal yang akan bersifat begitu. Baru beberapa menit di sekolah ini aku mendapat respon buruk rupanya.
Tapi setelah dipikir-pikir selama aku hidup hanya ada seorang, yang pernah memanggilku begitu. Tapi ingatanku kurang baik, jadi lupakan saja.
Tersenyum padaku, kudapati ia begitu ceria memandangkanku. Dengan langkahnya yang anggun ia menghampiriku dengan senyuman. Seorang gadis yang amat cantik memegang kedua tanganku. Cukup dia bukan orang jahat batinku.
"Sudah lama tidak bertemu, kenapa kau tidak bilang jika akan pindah di Seoul?". Ujarnya. Aku semakin tak mengerti, tak mungkin aku punya teman dari Seoul. Apa lagi dengan penampilannya yang sangat modis, mungkin dia telah salah mengenali orang.
"Ya?". Ucapku padanya. "kau pasti tidak mengenaliku. Ingatanmu sangat buruk". Semakin tak mengerti aku hanya memasang senyum kaku kepadanya. "Yuju!. Ingat? Yuju". Setelah lama ku berpikir akhirnya ku mengingatnya. Dia teman lamaku, kami bertemu saat masih di sekolah dasar.
Setelah berbincang, melepas rindu aku akhirnya masuk ke kantor. Langsung saja ku temui wali kelasku dan pergi menuju kelas.
"Yerin?, silahkan masuk dan perkenalkan dirimu". Dengan langkah penuh semangat, ku masuki ruangan yang hawanya sangat tidak mengenakkan. Di tambah tatapan yang begitu tajam kearahku, membuat bulu kudukku sedikit merinding.
"Selamat pagi, Aku Yerin dari busan, senang bertemu dengan kalian". Ku bungkukkan punggung dan kepalaku dan senyum yang tak pernah hilang di wajahku.
Tetap saja seperti dugaanku tidak ada respon yang baik. Ada baiknya jika ku tak pernah mengur mereka. Melihat sekelilingku, ku dapati Yuju ternyata berada dikelas yang sama denganku.
Aku tersenyum, setidaknya aku mempunyai teman di kelas ini.
"Silahkan pilih tempat dudukmu". Pinta guru padaku.
Langsung saja ku duduk di dekat Yuju, yang meja dan kursinya berada paling belakang. Kami berdua tersenyum bahagia. Tuhan masih baik kepadaku, ia memberikan teman untukku hidup di sekolah ini.
"Drap, drap, drap!!". Gemuruh langkah kaki yang mengarah pada kelasku terdengar. Mereka masuk satu persatu seperti layaknya catwalk.
Aku awalnya tak peduli, karna mereka hanya terlambat masuk kelas, tapi setelah melihat ternyata mereka adalah pria, aku tak dapat memumgkiri hasratku untuk melihatnya. Mereka tampan. Dan yang paling membuatku terkejut adalah pria yang terakhir masuk ke dalam. "Bambam!".
Tatapanku tak pernah lepas darinya
Hingga seorang pria dari mereka berdiri tepat dihadapanku. "Minggir!". Ucapnya dingin.

Bersambung

Long DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang