siapa laki-laki itu?

34 8 13
                                        

Mungkin bukan saatnya berdiam diri, mentari semakin tinggi dan aku masih tetap terbaring. Keluhan batinku seakan berontak untuk memaki diriku. Aku memang gila karena membiarkan Mark tidur di kamarku semalaman. Entah kapan dia melengos pergi, tapi saat ibuku datang dia masih berada disampingku.
Aku tidak melakukan apapun semalam kan? Aku masih perawan kan? Tanya dalam pikirku bergejolak.
"Yerin-aa, apa kau tidak akan beranjak daru kasurmu sekarang?!". Teriak ibuku. Jika suatu terjadi padaku karena peristiwa semalam aku mau menggali lubang kuburku sendiri saja.
.
.
.
.
Langkahku lebih cepat dari cheetah, aku berlari melewati gerbang yang hampir tertutup.  Kacamataku berembun, ahh hal yang paling ku benci. Aku sampai didepan kelasku dengan terengah-engah. Keringatku bercucuran cukup banyak. Seperti marathon saja. Filosofinya aku akan berada ditempat duduk itu dengan tenang apa bila semalam tidak terjadi apa-apa.
Mengatur nafas sebelum masuk, hari ini yang ku khawatirkan teralihkan dengan gosip yang beredar. Aku belum membuka berita harian pagi ini. Semua mata tertuju padaku, disana nampak segerombolan punk menertawakanku. Yah aku baru ingat kemarin ketika Junho oppa menjemputku, mereka tentu saja langsung menulis artikel tentangku.
"Yerin, cepat kesini!". Panggil Bambam melambai padaku.
"Siapa laki-laki itu?". Tanya Bambam antusias dan langsung mendudukanku di kursi. "Apa?". Ujarku.
"Kau selingkuh?". Tanyanya kembali. "Wah lihat mulutnya berbicara, aku tidak selingkuh, kau juga mencurigaiku?!". Pekikku. "Hei aku hanya bertanya,, wah anak ini menjadi berani sekali". Balas Bambam. "Apa kau pikir aku akan melakukan hal itu?". Timpalku. "Tidak". Kata pria berkacamata sama denganku. "Yah benar tentu saja tidak". Imbuhku.
"Lalu siapa laki-laki itu?". Tanya Bambam kembali. "Dia teman masa kecilku, baru saja pulang dari Amerika. Haduh tolonglah kenapa semua orang mencurigaiku dan membesarkan hal ini. Ini bahkan bukan masalah". Ujarku.
"Itu masalah!". Ujar pria bertubuh jakung yang langsung duduk disampingku menggantikan posisi Bambam. "Tentu saja itu masalah, kau berpacaran denganku yang anak seorang kepala sekolah dan juga anggota idol grup di sekolah, begitu juga kau yang tergabung didalamnya, lalu tiba-tiba mereka melihatmu berpelukan dengan pria asing tak dikenal, kau menghebohkan seluruh sekolah yang ada di Seoul dan memperburuk nama baikku dan juga GOTSTAR, kau masih bilang ini bukan masalah". Tukasnya lagi menatapku sinis.
Matilah, aku seperti dipukul dengan balok raksasa. Aku terpaku tak lagi bergeming. Suasan menjadi hening. Bambam beralih meninggalkan kami dengan wajah kikuknya, Mark menatapku lekat aku menatapnya kaku. Mereka semua menjadi kikuk. Susana yang sangat aneh.
Aku sama sekali tidak berbicara dengan Mark, diapun tidak sesekali menengokku hanya fokus melihat kedepan. Aku semakin merasa aneh. Yah aku tidak tahu ini menjadi lebih rumit.
Ponselku bergetar, sebuah pesan baru masuk di akun kakaoku. "Ayo makan es krim, aku yang traktir ^.^". Isi pesan itu dari Junho Oppa. Yah waktu yang semi tepat. Jika aku menyetujuinya, bayangkan betapa tidaktahu malunya aku didepan Mark. Tapi kalau tidak disetujui aku akan merasa menyesal karena Junho Oppa akan segera ke Amerika lagi. Entah kapan dapat bertemu dengannya lagi.
"Baiklah ^0^". Tulisku. Heol:'(.
.
.
.
.
Hari berakhir begitu saja, bel sekolah berbunyi terasa cepat. Hari ini seperti hanya lewat tetapi terasa sangat berat. Lagi-lagi makhluk itu langsung melengos entah kemana. Padahal ku pikir dia tidak akan marah karena sikapnya semalam biasa saja bahkan kami tidur berdua. Ahh tidak-tidak kami hanya tertidur. Buang jauh-jauj pikiran tidak berguna. Yahh hari ini, dia membiarkanku pulang sendiri lagi. Kalau begini bagaimana bisa aku menolak ajakan Junho oppa. Bisa saja dia sudah menantiku diluar, haahh benar-benar tidak bisa menjaga pacar. Untuk apa berpacaran.
"Bisa bicara sebentar?". Tanya Yuju tiba-tiba kepadaku.
"Ya?". Tukasku terkejut.
"Ah begini,, kau tahu, sebenarnya aku tidak mau ikut campur, tapu melihat kelakuanmu begini, bisa saja kau merugikan banyak pihak, terutama Mark". Timpal Yuju. "Apa?". Tanyaku karena tak mengerti kenapa Yuju mengatakan itu? Bilang saja ini bisa menguntungkan untukmu mendekati Mark. "Ku rasa kau tahu aku suka pada Mark, dan ku harap kau tidak menyulitkannya, dia sudah banyak membantumu. Begitu juga dengan hubungan kita, aku tidak ingin menjadi renggang. Sungguh". Ujarnya. "Begini, kurasa kau salah paham, aku tidak pernah menyulitkan Mark, jika kau tidak menulis artikel tentangku, padahal aku sudah katakan padamu bahwa dia hanya temanku. Tapi kau dan artikelmu memutarkan keadaan. Jadi kaulah yang sebenarnya menyulitkan Mark, aku tahu kau pengelola mading sekolah, kau lah yang menulis artikelnya. Dan juga apa aku pernah membuatnya menjadi renggang? Kau sendiri yang melakukannya. Kau tidak sama sekali membantuku setiap mereka menggangguku. Jadi jangan bersikap seolah kau adalah dewi". Balasku lalu pergi.

Long DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang