kesepakatan

88 20 2
                                    

Perasaan yang tak dapat ku kendalikan, semua terasa berat dan berantakan. Ku hempaskan tubuhku diranjang sejenak ku tatap langit-langit kamarku. Mencoba memejamakan kedua mataku yang selama dua jam tak kunjung tertutup.
"Ayo Yerin,,, tidur sekarang. Kau harus ujian besok. Lupakan kejadian hari ini, biar saja dia menganggapmu orang tak tau malu". Ucapku pada diriku sendiri. Ku pejamkan kembali kedua mataku kali ini lebih dalam agar rasa kantuk menghampiriku.
"Aaaa,,, aku tak bisa tidur!!". Keluhku. Sedetik terlintas wajah pria itu dibenakku, terngiang jelas suara lirih pria dingin itu yang entah mengapa membuatku semakin membencinya.
"jadilah pacar kontrakku!". Suara itu, suara yang membuatku tetap terjaga.
"jadilah pacar kontrakku,,, jadilah pacar kontrakku,, jadilah pacar kontrakku". "aaaaa,,,,, aku tidak tidur". Suara ayam terdengar bising ditelingaku, mentari pagi menyinari sudut jendelaku. Ini sudah pagi dan aku belum tidur sama sekali. Kantung mataku sudah seperi kulit kudanil yang bergelambir.
"ibu". Panggilku dengan suara serak. "aa,, omoya,, kau apa yang terjadi dengan wajahmu, kau seperti korban bully". Ucap ibuku. "aku berangkat". Pekikku tanpa menatapnya.

Ku buka lembaran soal, nomor per nomor mulai ku baca,, rumus dan angka seperti obat tidur untukku. Mataku semakin berat. Dan akhirnya bermimpi.
Hencatan senjata di lontarkan, suara bising terdengar dan menyakitkan telingaku. Refleks tubuhku beranjak dari posisinya. Aku tersadar, ternyata aku tertidur dan guru membangunkanku menggunakan senjatanya.
"ujian akan dimulai, apa kau hanya mementingkan air liurmu". Ujarnya penuh amarah
"maaf pak". Ungkapku kembali duduk, dan mulai mengisi soal.

Usai sudah, ku rentangkan tubuhku kebelakang, sejenak melakukan peregangan dan sesekali menguap. "Aku harus tidur sejenak". Batinku.
Terlintas kembali suara itu, ku putuskan meminum susu yang diberikan bambam kepadaku pagi ini. Bisa jadi gila aku ini.
Ku perhatikan sekelilingku dan ternyata aku tidak sendiri. Aku terkejut, karna ternyata pria dingin itu, ada disampingku.
"Hey kau, ternyata kau disitu. Sudah berapa lama?. Kupikir aku sendiri.". Tanyaku. "Tak usah menegur jika tak mau menerima kesepakatan, anggap saja sudah berlalu. Aku terlalu sibuk hanya untuk orang sepertimu". Jawabnya dingin tanpa sedikitpun melirikku. Mendengar itu, aku seperti akan meledak. Seolah-seolah aku adalah orang tak tahu diri. Mengingat kembali, kejadian kemarin. Setelah dia merangkul pingganggu hingga wajah kami saling berdekatan, dia menatapku lekat. "jadilah pacar kontraku!, aku akan membuatmu bahagia, dan melindungimu".
"siapa bilang, aku tak mau?". Ucapku keras. Dia tak menghiraukanku sama sekali. "Hey,,, aku bicara denganmu,,, hei wajah sosis". Ku luapkan semua amarah dalam diriku.
Dia berbalik dan menatapku, perlahan dia berjalan kearahku dan mendekatkan wajahnya kepadaku.
"bagaimana bisa kau bilang wajah tampan ini seperti sosis?". Ucapnya lembut.
Ku dorong tubuhnya agar menjauh dariku, entah mengapa rasanya gugup.
"pokoknya ayo kita lakukan kesepakatan itu, untuk membayar semua hutangku padamu. Berjanjilah setelah ini berakhir kita tak akan punya masalah lagi". Ujarku.
"datanglah ketempat parkir pulang nanti baby". Ucapnya tersenyum ramah kepadaku. Dan itu,, tampan sekali, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku hanya bisa bungkam melihatnya, sedikit tak percaya dia bisa tersenyum

Long DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang