Riddle R

43 6 3
                                    

Sebenarnya R bisa mengacu pada dunia astronomi yang dipelopori oleh si tokoh yang aku maksudkan di Riddle C.
Di situ, R ditujukan untuk berubahnya posisi sekelompok benda langit tertentu.

Pada bidang yang lain, R juga diartikan sebagai hal yang sama.
Hanya saja, benda-benda langit yang berada di luar angkasa 'dibumikan' menjadi manusia-manusia dengan segala kompleksitasnya.
Ya, kita semua hidup dalam berbagai kompleksitas SOSIAL,
sama halnya dengan serangkaian TEROR riddle satu harian ini.

Jika kau bisa menebak R dengan benar,
kau akan dapat merangkai semua riddle sebelum ini menjadi satu kesatuan utuh, dan mampu menangkap maksud utama kami.
Tapi, bukankah semuanya itu tercecer ke tangan para penerima yang berbeda?
Maukah mereka 'mengorbankan' 'pujian' yang mereka dapat?

Serangkaian teror riddle?

Baru saja beberapa jam lalu, dia mendapatkan teka-teki tentang dualisme kebenaran dan kejahatan -- Riddle M yang masih berkaitan dengan Riddle D. Berkat riddle inilah, intuisi mengarahkan dirinya pada sosok Genova Galigis yang tengah bersaing ketat memperebutkan kursi senator Region Asia Tenggara.

Fredderick sudah bertemu dengan pesaing berat Chon Sun-Woo dan Jackie Wilson yang tak lain teman semasa kuliahnya itu. Lantas kehadiran Riddle R ini mengingatkannya akan obrolannya bersama Nova -- panggilan dekat Genova.

"Apa hubungannya diriku dengan Riddle M yang kau bawa-bawa ini?" tanya Nova setelah membaca naskah teka-teki di layar laptop sang teman.

"Kau sedang bersaing sengit sebagai calon senator region ini, Nova. Posisimu yang sekarang sangat rentan sebagai korban kekuasaan politik dunia. Fakta itulah yang membuat prediksiku mengarah padamu."

"Memang konyol sekali kelihatannya," sahut Nova tersenyum kecut, disambung dengan kata-kata, "tapi sebelum kau  menghubungiku tadi, asistenku si Clandis mendapat Riddle O tentang nama mantan presiden Amerika Serikat."

"Ini dia," katanya lagi sambil mengambil kertas yang dimaksud dari dalam saku celananya, dan menyodorkan pada Fredderick.

"Apa kau sudah bisa menebak jawaban Riddle M yang dikaitkan penulisnya dengan Riddle D itu?" tanya Nova tak sabaran, usai temannya membaca habis teka-teki yang ditujukan padanya melalui Clandis.

"Masih belum tahu," jawab Fredderick singkat, sebelum melanjutkan, "namun aku sudah tahu jawaban riddle yang kau terima ini -- gampang sekali."

"Clandis juga sudah menebaknya dengan benar... ya berkat mesin pencari," ungkap Nova yang diakhiri dengan tertawa.

"Kau mendapat Riddle O, dan aku yang Riddle M-nya. Di sini, kita bisa melihat jejak Riddle A dan Riddle D. Berarti kita harus melacak keberadan teka-teki yang lain," ujar Fredderick menganalisa.

"Kau saja -- Riddle O itu untukmu sajalah," balas Nova merasa enggan, "Aku sedang disibukkan oleh jadwal rutin kampanyeku."

"Kau tidak berpikir seandainya kehadiran teror riddle ini berkaitan dengan posisi politikmu sekarang ini?"

"Aku tidak peduli," jawab Nova tegas sekaligus ketus, "Aku tetap berada di jalurku. Jika kau mau mengurusi 'sampah-sampah' ini, aku justru lebih berterima kasih padamu, Fredderick-ku yang baik hati."

Begitulah inti pembicaraan dirinya dengan Nova.

Kini, padanan kata 'kompleksitas sosial' kembali mengarahkan pikiran Fredderick pada bidang politik. Entah kenapa firasat kuat dalam lubuk hati terdalamnya sampai berkata begitu -- sesuatu di luar akal sehat yang sulit untuk dijelaskan.

Dia bertekad untuk menelusuri jejak teror riddle ini sebelum Riddle R yang terakhir didapatnya. Riddle A, Riddle C, Riddle D, Riddle M, Riddle O, dan kini Riddle R -- di manakah riddle-riddle lainnya termasuk A, C, dan D itu?

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Pertanda sebuah panggilan masuk visual berbunyi. Setelah tanda menerima pada earphone ditekan, seorang pemudi cantik tampil di layar ponsel. Si agen ERBI bernama Eugina Natasha.

"Apa kau sedang memikirkan teror riddle, filsuf muda favoritku ?" tanya Gina dengan senyuman manis.

♤♤♤♤♤♤♤♤♤

Sengaja kuberikan 'kunci' aksi kami pada sosok yang pintar namun tidak bisa memutuskan untuk terhubung pada 'lingkaran' penerima riddle yang lain.
Sebenarnya kau bisa tinggal menghubungi Chester saja, Adrian-ku yang malang...
tapi aku tahu kau tak akan pernah berpikir ke situ.
Kau berhasil menemukan kesimpulannya, tapi tidak berbuat apa-apa.

Itulah takdir yang kejam bagi seorang yang kelewat pintar.
Sekalipun dia teman kuliah seorang Chester Lombardo dan seorang Genova Galigis.
Sekaligus takdir cemerlang bagi kami,
tokoh-tokoh perombak tatanan kehidupan yang ada agar menjadi seimbang,
The Riddles Conspiracy

The Riddles Conspiracy (2018) ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang