6. Arzi Aneh?

526 40 11
                                    

"Cieee Oci cieee ..."

"Uhuy ... ada yang naksir ciee ..."

"Cieeee ..."

Baru aja masuk kelas gue sudah dapat sorakan dari mereka.

"Oci naksir sama Gio ciee ... sampe gak sadar dipanggil bu Hana," ucap Atun.

Gue tidak memperdulikan ledekan dari mereka dan langsung duduk. Gue baringkan kepala di meja beralaskan tangan yang dilipat.

"Cie pipinya merah tuh ..." ledek Melvin.

"Ciee Poci naksir Gio cie ..." ledek Melvin lagi.



"BERISIK!" Teriak gue membuat seisi kelas menjadi diam.

"Kalian bisa diem gak? Gue tuh lagi bener bener capek jadi jangan ganggu gue. Ngerti?" Ucap gue.

Tanpa sadar gue kelepasan bentak mereka.

Mereka pun melongo dan mengangguk patuh.



Nah gini kan adem gak pada berisik.

"Btw Ci lo tadi dihukum apaan emang? Enak kaga?" Tanya Melvin membuat gue gemas, jadi pengen cubit ginjalnya.

"Mana ada dihukum itu enak bego," celetuk Alisya sambil menoyor kepala Melvin.

Ah, syukurlah. Ada yang ngewakilin gue.

"Yaelah, gue tanya ke si Oci kenapa jadi si semut china yang jawab," balas Melvin.

"Kambing Afrika!"

"Sapi Arab!"

"Kadal Zimbabwe!"

"SEM- "

"STOOOPPP! BERISIK!" Potong gue cepat karena sudah sangat lelah mendengar dua manusia itu beradu mulut.

"Lo berdua bisa gak sih sehari aja gak adu mulut?" Tanya gue.

"Gak," jawab Melvin dan Alisya serempak.

Gue mengacak rambut karena frustasi akibat ulah mereka.

Udah kegerahan ditambah berisik, tau kan gimana rasanya?

"Lo berdua ikut gue ke kantin aja ayo."

Renren sambil menarik dua makhluk tadi dan yang lain pun mengikutinya dari belakang kecuali Arzi yang dari tadi terus melamun disamping gue.

Aneh. Biasanya si Arzi yang paling suka ngeledek dan nyahutin gue, tapi sekarang kok jadi pendiem gini ya?

Bukan apa apa,

Cuma,

horor njir.

Siapa tahu dia kerasukan?

Ok, Oci mulai ngaco.

"Zi, Zi ..." panggil gue.

Dia gak jawab. Masih sibuk melamun, pandangannya kosong banget.

"Arzi!" Panggil gue lebih kenceng dari sebelumnya.

Dia pun sadar dan menoleh ke gue dengan wajah melongo.

"Ha? Kenapa?" Tanya dia.

"Tumben diem. Gak mau ikutan Melvin ngeledekin sama tanyain gue?" Tanya gue.

"Ha? Oh ya, yang lain pada kemana?" Ucap Arzi.

Apasih.

Ditanya apa, jawabnya apa.

Meskipun dia ngelak, tapi gue tahu pasti ada sesuatu yang dia sembunyiin. Yah, meski gue gak tahu juga sih apa yang dia sembunyiin.

"Udah pada duluan ke kantin. Mau nyusul?" Tawar gue.

"Ayo deh gue udah laper banget."

Kita pun menyusul yang lain ke kantin.

○○○

Setelah sampai di kantin, gue dan Arzi mengedarkan pandangan mencari para makhluk 4D itu.

Dan.... ketemu!

Gue pun ngasih tau Arzi kalau gue udah ketemuin mereka.

"Zi, itu disana. Yuk."

Arzi berpikir sebentar lalu menggeleng cepat dan menarik gue ke meja lain yang letaknya agak jauh.

"Pelan-pelan kek Zi."

Arzi tak menghiraukan protes dari gue. Dia tetap menarik gue dengan cepat.

"Jangan disitu, disitu penuh. Cari tempat lain aja," ucap dia dengan mata yang masih fokus memperhatikan sesuatu.

Gue pun mengikuti arah matanya dan melihat....

Gio?

Loh kok gue baru sadar ya ada  Gio di meja sana?

Hah.. nyesel gue gak duduk disana. Kan enak bisa cuci mata liat cogan. Hehe.

Ok, alay.

Eh tunggu, terus kenapa si Arzi ngeliatin si Gio sampe segitunya? Jangan jangan.....






Arzi naksir Gio?

Wah Arzi bakal jadi saingan gue dong...

Wait... Oci bodoh! Mana mungkin cowok naksir cowok.

Eh, tapi ada ya?

Apa tuh namanya? Bay? Pay?

Ah tau ah bingung gue.

"Mau pesen apa ci? Biar gue yang pesenin," tawar Arzi membuyarkan lamunan gue.

"Es krim aja satu. Rasa cokelat."

Arzi beranjak dari duduknya dan pergi menjauh.

Disaat sedang fokus berpikir tentang kejadian tadi, gue merasa terpanggil.

Gue mengedarkan pandangan mencari sumber suara tersebut dan melihat Renren yang sedang melambaikan tangannya.

"Oci!"

Gue pun tersenyum.

Renren menggerakan tangannya seperti menyuruh gue untuk kesana. Mau tak mau gue pun beranjak kesana.

"Ada apa?" Tanya gue sambil sesekali melirik Gio yang duduk dipojok.

"Kok lo duduk disana? Kenapa gak disini aja?" Tanya Renren.

"Iya Ci, mumpung ada Gio nya juga nih ..." celetuk Melvin.

Damn. Pipi gue memerah membuat semuanya menertawakan gue.

Tiba tiba gue merasakan ada seseorang yang memegang pergelangan tangan gue dan dia adalah.. Arzi?

"Lo gue cariin malah ngilang," ucap Arzi.

"Duduk disini aja sih zi, disini kan masih ada yang kosong noh," tawar Dwi.

"Gak. Ayo balik ke kelas aja Ci."

Arzi kembali menarik gue dari sana.

Gue bingung nih anak kerasukan apaan dah. Sejak gue balik ke kelas sampai pelajaran berakhir Arzi jadi aneh begini.

Apa jangan jangan dia beneran kerasukan? Amit amit dah jangan sampe.


◎◎◎
TBC

Diary Of OceanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang