27. Kecewa

218 13 1
                                    

Gue berdiri menghadap loker milik gue yang berada di belakang kelas. Ada sebuah kado terbungkus kertas bergambar karakter doraemon. Bentuknya lebih mirip ke sebuah buku.

Kepala gue celingak celinguk mencari siapa yang  udah taruh kado ini di loker milik gue. Barangkali ada yang salah taruh. Karena hari ini gue sama sekali gak ulang tahun.

Tangan gue terulur mengambil kado tersebut dan membawanya keluar kelas. Gue terduduk di bangku koridor sambil merobek bungkus kado tersebut.

Mata gue membulat ketika melihat isinya. Seketika gue berjalan dengan cepat menuju ruang OSIS. Lebih tepatnya gue berlari.

Belum sempat Gue mengetuk pintu OSIS, Elkan tiba tiba muncul dengan wajah flat-nya.

"Ada Arzi?" Tanya gue buru buru.

Elkan tampak bingung melihat gue yang kelihatan seperti dikejar kejar hantu.

Elkan lalu mengangguk dan masuk untuk memanggil manusia yang sedang gue cari.

Begitu Arzi muncul, gue dengan cepat menarik pergelangan tangannya dan membawanya menjauh dari ruang OSIS.

Gue berhenti dan menghadap Arzi. Gue menyerahkan kado yang sudah gue buka tadi.

"Kenapa novel ini bisa ada di loker gue?" Selidik gue dengan menunjuk kado itu lalu menunjuk lagi ke diri gue sendiri.

Jelas gue bingung. Novel yang kemarin gue rekomendasiin ke Arzi, hari ini malah muncul di loker gue.

"Ya karena novel itu buat lo," jawab Arzi santai, kelewat santai malah. Rasanya kayak lagi bicara sama Rayana. Terlalu Santai.

Gue mengernyit. "Buat gue? Kok..  bisa?"

"Kan lo sendiri yang bilang novel itu ada di loker lo. Ya berarti itu milik lo. Gue sibuk, mau balik ke ruang OSIS dulu, bye!" Arzi mengacak rambut gue pelan lalu pergi gitu aja.

Sedangkan gue masih berdiri di lorong koridor kayak orang bego yang habis kesurupan.

Tapi, gak tahu kenapa gue merasa sedikit... senang. Mungkin karena dapet novel dari Arzi. Ya, mungkin karena itu.

Perlahan gue tersenyum dan mendekap novel itu lalu berjalan menuju kelas.

Jam istirahat gue hampir habis hanya karena masalah novel yang tiba tiba ada di loker.

Tapi gak masalah, yang penting dapet novel gratis, hehe.

Gue terlonjak kaget ketika ada yang menepuk pundak gue tiba tiba.

Gue pun berbalik dan mendapati Puput yang sedang tersenyum ke arah gue. Gue reflek menyembunyikan novel pemberian Arzi di belakang badan.

Gue gak bisa nunjukin novel ini depan Puput. Gue gak mau buat Puput kecewa. Karena gue tahu dia menyimpan rasa sama Arzi. Ayolah, siapa sih yang gak bakal berpikiran kalau Puput gak suka sama Arzi yang hampir perfect itu? Hampir semua warga SMA ini juga tahu fakta itu.

Gue menggaruk pelipis karena gugup sekaligus kaget karena tiba tiba muncul Puput di belakang gue.

Pasti dia nyaksiin gue lagi kayak orang gila karena habis dapet novel. Malu banget woi!

"Ada apa ya?" Tanya gue.

Puput mengulum bibirnya seperti orang malu malu. "Lo Oci temennya Arzi kan? Arzi ada di kelasnya gak ya?" Tanya nya.

Pandangan gue jatuh ke sebuah benda yang berada di tangan Puput. Gue memicingkan mata agar bisa melihat dengan jelas.

Setelah itu gue terdiam beberapa saat. Gue mencoba mengendalikan diri untuk tenang. "Itu—apa Put?" Tanya gue menunjuk sebuah novel yang tengah ia pegang.

Diary Of OceanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang