33. D-1

220 15 2
                                    

Jangan lupa vote + coment 💛

Happy reading💛


Gue melempar tas sembarang arah lalu menjatuhkan tubuh di atas kasur dengan senyum lebar. Sambil memejamkan mata gue menghela napas panjang. Rasanya pengin tidur seharian setelah berjuang seminggu ini melawan perang yang bernama Ujian Akhir Semester. 

Gue tersentak begitu mendengar nada dering telepon berbunyi.

Gue segera meraih handphone dan menempelkannya di telinga. "Halo?" ujar gue pelan.

"HALO MY SISTER!"  gue menjauhkan handphone begitu mendengar teriakan seseorang dari seberang sana. Gak salah lagi, dia pelakunya.

"Berisik! Lo abis nyemilin toak mesjid ya?"

"Sembarangan! Lo gak ada niat mau sapa sepupu lo yang ganteng ini apa?" ujar Bara dengan nada menjengkelkan. Gue meniup poni menahan kesal. Kenapa sih punya sepupu begini amat sifatnya?

"Wahai Baraku tersayang, ada gerangan apakah engkau menelepon sepupu mu yang cantin nan baik ini?"

"Najis, pede bener lo kerak nasi." 

"Sembarangan! Gue lapor bunda nih lo ngatain gue kerak nasi?!" Ancam gue.

"Sono lapor, gak takut gue. Tapi sebelum lo lapor gue bakalan telepon bunda buat ngasih tahu kalau anaknya kemaren bolos sekolah." gue mengernyit heran, darimana Bara tahu kemarin gue bolos? Ya kali dia punya mata mata buat buntutin gue? Gue gak yakin dia seniat itu.

"Tahu darimana gue bolos?" tanya gue pelan, takut terdengar bunda yang tengah memasak di dapur.

"Kepo! Tenang, gue gak bakal kasih tahu bunda."

Alih alih merasa tenang, gue justru merasa khawatir.

"Tapi ada syaratnya."

Nah kan benar! Seorang Bara mustahil bantuin gue tanpa minta embel embel sesuatu. IMPOSSIBLE!

Gue membuang napas pasrah, "apa?"

"Bantuin gue. Pura pura jadi pacar gue, deal?" Gue melotot, apa apaan ini? Gak Arzi, gak Bara, semuanya sama aja. Dikira gue jasa jadi pacar bohongan gitu? Pacaran beneran aja gak pernah.

"No, no, no! Ogah gue jadi pacar lo," tolak gue cepat.

"Oh gitu. ya udah gue tutup ya teleponnya. Mau telepon bunda dulu nih, kasih tahu kalau anaknya kemaren bolos. Bareng cowok pula."

Seketika gue melebarkan mata sambil menggigit bibir bawah pelan. Bingung.

"Iya iya, gue bantuin! Puas?!" kesal gue.

"Liburan nanti lo ke rumah gue, ok?" Terdengar nada senang dari ucapan Bara.

Gue mengangguk sambil menjawab, "Iya. Tapi seminggu doang habis itu gue pulang."

"Kenapa? Tumben, udah dapet temen lo?" tanya Bara.

"Yah, gitu deh. Udah ya gue tutup, mau bobo cantik dulu. Bye," setelah itu gue langsung memutuskan sambungan tanpa mendengar balasan dari Bara.

Gue mengernyit begitu melihat banyaknya pesan di grup kelas. Seketika gue teringat bahwa besok sudah pensi. Gue pun membuka chat room kelas,

| Teh Arin terbahenol Sejagat Raya (18) |


Diary Of OceanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang