24. Tiga Orang, Satu Permintaan

224 17 5
                                    

Gue menutup pagar rumah perlahan, berbalik lalu mendongakan kepala ke atas sebentar. Menikmati udara pagi yang segarnya melebihi es kelapa.

Entah kenapa kalau melihat langit yang cerah gini hati gue jadi ikutan adem. Berasa dapet stamina extra.

Kaki gue bergerak berjalan pelan menyusuri trotoar. Sengaja, hari ini gue mau jalan kaki sampai depan kompleks.

Tapi tiba tiba sebuah motor berhenti di samping gue. Orang itu membuka kaca helmnya.

Elkan?

Mau ngajak gue debat lagi dia?

"Mau berangkat bareng gak?" Tanya nya.

Gue dengan cepat menggelengkan kepala, "gak, makasih."

"Oh, ya udah."

Elkan kemudian melanjutkan perjalanannya.

Dia benar benar berangkat duluan. Gue kira dia bakal memaksa gue ikut bareng dia naik motor. Atau setidaknya merayu gue biar ikut motornya.

Ok, mulai sekarang gue bakal kurang kurangin baca novel teenfiction.

Kebanyakan halu soalnya.

Gak lama, lagi lagi sebuah motor berhenti tepat di samping gue.

"Ci! Ayo bareng!" Ucap Arzi.

"Ha?"

"Buru naik."

Gue langsung patuh gitu aja. Menerima helm dari dia dan naik ke motornya.

"Gue mau cerita," ucap Arzi tiba tiba.

"Cerita aja."

"Lo pernah suka sama cowok gak?" Tanya Arzi.

Gue hampir aja terkejut saat mendengar pertanyaan dari manusia kadal ini.

"Be-belum."

"Oh, ya udah. Gak jadi deh ceritanya," balas Arzi.

LAH LAH LAH.

"Kenapa gak jadi?" Tanya gue heran.

"Lo aja belum pernah suka sama cowok, gimana gue mau cerita."

Tunggu, kok jadi kayak ambigu gini ya?

"Cerita mah tinggal cerita aja," ucap gue berlagak cuek, padahal sebenarnya sedang penasaran setengah mati dengan cerita yang mau dibahasan Arzi.

"Gak ah, males."

Gue tertawa pelan.

"Ya udah terserah kalo gak mau cerita," ujar gue sambil merentangkan tangan ke atas menikmati udara pagi yang masih segar.

"Ci, gue pengin nanya."

"Gue gak pengin jawab."

"Ci, kurang kurangin deh main sama Melvin." sahut Arzi

"Kenapa?" Tanya gue heran.

"Gue khawatir lo ketularan gilanya Melvin."

Ucapan Arzi membuat gue ketawa untuk kedua kalinya.

"Iya, iya. Tanya aja. Asalkan bukan rumus kimia ya," balas gue.

"Lo kayaknya alergi banget sama kimia. Gue inget banget waktu ada praktek di lab, lo izin keluar gara gara mual kan? Padahal lo baru aja masuk sampe depan pintu lab," kata Arzi lalu tertawa renyah.

Gue mempoutkan bibir kesal. Sebenernya bukan gitu. Gue keluar lab karena Melvin nyodorin bangkai tikus ke gue. Alhasil gue mual dan izin balik ke kelas.

Diary Of OceanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang