10. Drama Perjodohan

391 28 0
                                    

Siang hari sepulang sekolah ketika gue lagi di kamar sibuk mendengarkan musik, tiba tiba gue mendengar suara pintu terbuka.

Gue langsung turun dari kasur menuju ruang depan.

Ada sedikit rasa takut sebenarnya. Apalagi gue baru aja selesai baca riddle horor barusan.

Sial.

Dengan segenap keberanian, gue pun memutuskan untuk keluar dan mengeceknya.

"Sayangg!" Pekik seseorang.

Suaranya gue kenal. Sangat, sangat kenal.

"Kita pulangg!" Teriak bunda tepat saat gue turun tangga.

Dibelakangnya ada ayah sedang memebawakan beberapa tas yang didominasi oleh tas milik bunda.

"Gimana kabar kamu? Baik baik aja kan selama bunda tinggal?" Tanya bunda yang sekarang sudah duduk di sofa diikuti gue.

Sudah pasti gue kangen mereka. Rumah ini jadi sepi ketika ditinggal mereka.

Cuma ada gue. Iya, gue doang. Bunda gak pernah mau memperkerjakan asisten rumah tangga. Katanya banyak kasus ART yang bikin bunda takut.

Alhasil rumah ini harus dibersihin sendiri sama gue selama mereka pergi.

Masak masak sendiri, makan makan sendiri, nyuci nyuci sendiri.

Lah kok bernada.

"Gitu deh." Jawab gue sekenanya.

"Gimana bulan madunya?" Tanya gue. Ada sedikit rasa kesal sebenernya.

Sebagai anak tunggal, tentunya gue kesepian dong dirumah. Apalagi ditambah bunda sama ayah yang sering jalan jalan ke luar kota berdua doang dengan alasan 'Biasa, mau bulan madu'.

Kan kezel.

"Yaelah, jomblo iri aja." Ledek ayah.

Ya, sifat ayah ke gue ya gini. Kalau ngobrol udah kayak sama temen sebaya aja.

Gue mendelik kesal.

"Lagian, kalau jalan jalan gak pernah ngajak Oci." Ucap gue.

"Makanya kamu cari pacar dong biar bisa jalan jalan." Ucapan bunda bikin gue melebarkan mata.

"Tuh dengerin kata bunda. Jangan ngejones mulu dikamar. Cari jodoh sana." Tambah ayah.

"Ayah kira cari jodoh kayak nyari kacang?" Tanya gue kesal.

Bunda yang melihat gue sama ayah adu mulut cuma ketawa. Iya, cuma, ketawa, tapi ngakaknya itu loh membuat bumi bergetarrrr.

Buat yang belum tahu, bunda itu kalau ketawa menggelegar cetar membahana khatulistiwa.

"Gampang kok. Dulu aja waktu ayah seumuran kamu, mantan ayah tuh banyak. Berjejer rapi, gak kayak kamu. Pacaran kok sama 2D." Balas ayah dengan wajah meledek.

"OHH, JADI MANTAN AYAH BANYAK? IYA?"

Nah kan, singa sudah mengamuk.

Ini saatnya, lari.

Sebelum ruang tamu jadi medan perang ayah sama bunda lebih baik gue kekamar.

Belum sempat menaiki tangga, tiba tiba terdengar suara bel rumah.

Gue tengok ke arah ayah bunda yang masih berantem. Lebih tepatnya ayah yang dianiaya sih.

Bunda semangat banget mukulin ayah pake bantal.

Tanpa sadar, gue malah nyemangatin bunda.

"Ayo bun, pukul yang kuat lagi. Bunda! Bunda! Bunda!" Ucap gue antusias.

Diary Of OceanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang