22. Sial lagi?

208 17 1
                                    

Kesialan gue di hari senin gak cuma sampai pingsan karena hukuman. Tapi juga harus terjebak di halte dekat sekolah karena bingung mau pulang naik apa.

Pertama, gue gak bisa pesan ojek online karena handphone gue ketinggalan.

Kedua, gue juga gak bisa naik kendaraan umum karena uang gue habis buat bayar abang ojek yang tadi pagi antar gue ke sekolah.

Bahkan saat istirahat pun gue gak jajan. 

Sesial itu hidup gue.

Dan beberapa hari ini gue memang sudah gak berangkat sekolah bareng Arzi.

Berawal dari saat ujian. Gue sengaja dateng pagi pagi agar bisa belajar di sekolah dengan bermodal catatan punya Melvin.

Alhasil, gue gak berangkat bareng Arzi yang biasanya datang agak siangan sekitar 3 menit sebelum ujian dimulai.

Dan dia pun gak menanyakan soal itu ke gue. Jadi, ya... gue diam aja.

Gue beranjak dari duduk menjadi berdiri. Kemudian menengok ke kanan dan kiri gue. Barangkali ada yang bisa ditumpangi. Hehe. 

Tapi sayangnya, teman sekelas gue sudah pulang semua.

Sad girl banget gue...

Gue memutuskan untuk jalan kaki ke rumah. Yah, meskipun jarak dari sekolah ke rumah lumayan jauh juga sih. Sekitar... 10 km mungkin?

Kayaknya kaki gue bakal copot di  jalan. Huh..

Tiba tiba ada motor yang mengebut di sisi kanan gue menyebabkan rok gue basah sebelah karena dia ngebut saat ada genangan air.

WAH, CARI GARA GARA. Dia gak tahu kali ya marahnya cewek yang lagi pms plus lagi kesal?!

Gue langsung teriak melayangkan sumpah serapah ke orang tidak bertanggung jawab tadi. Diam diam gue menghapalkan nomor plat motornya supaya nanti bisa gue tegur kalau ketemu lagi.

Kalian bingung kenapa gue yakin bisa ketemu lagi sama orang itu?

Karena seragam dia sama dengan seragam gue. Dan itu artinya, dia juga murid SMA Cendana Bakti.

Mood gue hari ini benar benar dibuat hancur sama semuanya. Mulai dari telat sekolah, dihukum sampai masuk UKS, hingga rok gue yang basah plus kotor karena ulah orang tadi.

Dengan kesal gue menendang kaleng bekas minuman yang ada di depan gue.

Dengan ancang ancang yang menurut gue sudah mantap, akhirnya gue menendang kaleng itu dengan kencang.

Gue gak peduli sama tatapan orang yang lewat.

BODO AMAT. GUE LAGI EMOSI, MAU APA LO?

Setelah melihat kaleng tadi melayang bebas di udara dengan indahnya, gue pun melanjutkan langkah yang sempat tertunda.

Tapi gak lama setelahnya, gue mendengar suara rintihan dari balik semak semak yang ada di dekat gue.

Tubuh gue terdiam di tempat. Gue menunggu sejenak, kemudian berjalan pelan.

Srakkk...

Tiba tiba gue melihat Dwi melompat keluar dari semak semak sambil memegang kaleng bekas yang tadi gue tendang.

Bentar,

Jadi?

Suara yang tadi... asalnya dari si Dwi?

Gue menatap Dwi lalu beralih ke kaleng bekas itu. Kemudian menatap Dwi lagi, lalu beralih ke kaleng bekas. Terus berulang ulang.

Sampai ucapan Dwi buat gue berhenti main tatap tatapan sama kaleng bekas.

Diary Of OceanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang