4 - Sakinah?

461 34 2
                                    

Mataku berat sekali saat akan dibuka. Ingin rasanya melanjutkan rutinitas tidurku, namun Kak Hanif malah membangunkanku, padahal baru jam empat subuh, Kak Hanif pantang menyerah, sebelum aku benar benar membuka mata, dia tidak berhenti membangunkanku, memanggil namaku, menggoyangkan bahuku, mencipratkan air ke wajahku, bahkan sampai mencubit betisku.

Sebenarnya aku ingin marah padanya. Please, ini baru pukul empat, adzan subuh saja baru terdengar, padahal waktu subuhkan lumayan banyak, ya walaupun tidak sebanyak waktu isya. Biasanya aku baru bangun dari tidurku pukul lima dan sekarang pukul empat, satu jam lebih awal aku terbangun.

Kak Hanif sendiri sepertinya sudah berwudhu, wajahnya masih terlihat basah oleh air. "Sudah adzan subuh cepat ambil wudhu, lalu sholat. Kakak mau sholat di masjid" ucapnya, dia menyodorkan tangan kanannya, mungkin dia menyuruhku untuk menyalaminya.

Karena aku sudah terlanjur kesal, aku tidak menyambut uluran tangannya itu, aku malah pergi menuju kamar mandi sambil mendengus kesal, entah dia marah dengan perlakuanku atau tidak aku tidak peduli.

Jangan bangunkan singa yang tengah tertidur, mungkin itu julukan yang tepat buatku, saat baru bagun tidur moodku memang sangat buruk, mungkin nyawaku belum terkumpul sepenuhnya, jadi aku sangat sesitif mulai dari bangun tidur  sampai pukul tujuh pagi. Oleh karena itu jangan pernah membuatku marah pada waktu itu.

Setelah berwudhu, segera aku melaksanakan sholat subuh dua rakaat agar setelah sholat aku bisa tidur kembali. Setelah sholat kulirik jam yang tergantung di dinding kamarku, masih ada waktu empat puluh menit lagi, aku akan meneruskan tidurku. Saking tidak kuasanya menahan kantuk, aku sampai lupa membuka mukena, alhasil aku tertidur dengan mukena yang masih terpasang utuh ditubuhku.

Padahal aku sendiri tahu tidur setelah subuh itu tidak boleh, kalau kata Ibu nanti rezekinya dipatok ayam. Namun apa boleh buat mataku sudah tidak bisa berkompromi lagi. Sebelum benar benar larut dalam bunga tidur, terdengar seseorang membuka pintu kamar, mungkin Kak Hanif, masa bodo ah, aku sedang marah padanya, biarlah dia menyambut matahari terbit sendirian.

"Tidak boleh tidur setelah subuh" sahut kak  Hanif. Aku tidak menggubris ucapannya, lebih khusyu melanjutkan tidurku.

"Daripada tidur mending ngaji bareng Kakak sini" sahutnya lagi, dan aku tidak menggubrisnya lagi. Kedua tanganku menarik selimut sampai menutupi kepala, ini lebih baik.
Kalau sekali lagi Kak Hanif memanggilku, akan kulempar dia dengan bantal.

"Syifa" panggil Kak Hanif lagi, ok dia tidak kenal lelah, tanganku sudah mencengkram bantal dengan sangat kuat, bersiap melemparkannya.

"Aku ingin mendengarkanmu mengaji, istriku" suara Kak Hanif semakin lembut mengajakku untuk bangun lalu mengaji bersamanya. Aku bangkit dari tidurku, wajahku pasti kusut sekali, seperti baju yang belum disetrika.

"Syifa ngantuk Kak" ucapku dengan manja.

"Tidurnya sudah dulu, tidak baik tidur setelah subuh. Ayo kemarilah, aku ingin mendengar suaramu merdumu ketika mengaji. Ibu dan Ayah bilang kamu pernah juara murotal" ucapnya. Tapi memang benar sih aku pernah memenangkan lomba muratal, tapi itu dulu.

"Kemarilah, atau mau ku gendong" ucapannya itu lebih terdengar seperti ancaman.  Akhirnya dengan malas aku memaksakan diri untuk beranjak dan menghampiri Kak Hanif. Ternyata dia sudah menyiapkan sebuah mushaf Al-quran untukku. Al-quran itu sudah terbuka, surat Al-munafiqun. Kubaca surat itu ayat ayat perayat kubaca dengan tartil, dengan menirukan muratal Imam Abdul rahman Al-Sudais.
"Bismillahirrahmanirrahim"

اِذَا جَآءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ   ۘ  وَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ  ۗ  وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَـكٰذِبُوْنَ 
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta."

Hanif Dan Syifa (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang