Hari ini tidak seperti biasanya, kalau biasanya setiap pagi aku diantar tukang ojek online ke sekolah. Tapi kini aku diantar Kak Hanif ke sekolah.
Sepanjang perjalanan Kak Hanif terus berbicara, semuanya dia bicarakan. Tapi yang dia bicarakan ada faedahnya, bukan omong kosong belaka."Kamu tahu Syif. Sebelum Sayyidina Fatimah meninggal dia berpesan sesuatu pada suaminya Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. dia berpesan agar dikuburkan pada malam hari. Kamu tahu kenapa?"
Aku hanya menggeleng, entah kenapa sekarang aku bisa menerima semua kata kata sumiku. "Karena Fatimah radiallahuanhu memiliki akhlak yang begitu pemalu dan mejaga diri. Sampai pada akhir hayatnya, ia tidak ingin terlihat khalayak ramai".
Aku hanya bisa mengucapkan kalimat tasbih mendengar kisah yang diceritakan Kak Hanif. Sungguh mulia akhlak yang dimiliki Fatimah Az-zahra putri Rasulullah, aku merasa malu sekali, aku yang bukan siapa siapa, yang belum tentu masuk surga tapi banyak aturan Allah yang kulanggar.
Dua puluh menit kemudian mobil Kak Hanif berhenti tepat didepan gerbang sekolahku, sebelum turun dari mobil, aku mencium tangan kanan Kak Hanif terlebih dahulu. Anggap ini permintaan maafku atas kelakuanku tadi subuh.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Hatiku terasa lebih tenang dan lebih baik dari biasanya, entah kenapa?.
Dari kejauhan aku melihat seorang laki laki dengan pakaian putih abu, sepertinya itu...Rio.
Aku mencoba bersikap acuh saat melewatinya. Namun, Rio tidak membiarkanku mengabaikannya, dia mencekal tangan kiriku, menariknya lebih dengat dengannya. Dia tampak menatapku lekat, ya aku akui penampilanku hari ini memang berbeda, mungkin bisa dikatakan lebih syar'i.
"Kamu cantik Syif" pujinya.
"Aku tahu" jawabku sekenanya. Bolehkan aku merasa tersanjung sekarang?. Aku melepaskan cekalan tanganku, lalu kembali melanjutkan langkahku. Rio juga mengikutiku, mensejajarkan langkahnya dengan langkahku.
"Syif, pulang sekolah kamu sibuk gak? Kita nonton mau?" Tawar Rio.
"Gak" jawabku singkat.
"Bukannya dari kemarin kamu pengen nonton ya?"
"Udah kedaluarsa"
Memang aku sangat ingin nonton, bahkan sekarang pun masih Ingin, tidak ada kadar kedaluarsanya. Tapi kan aku sudah menikah, aku nonton sama suamiku saja.
"Kalau nongkrong di cafe mau?"
"Gak"
Rio menghela nafasnya , dia pasti bingung dengan sikapku yang berubah drastis. Ya sudahlah, suruh siapa dia tidak mau menuruti ucapanku. Dia malah menjadikanku bahan mainannya.
Tepat saat aku masuk kedalam kelas, bel berbunyi, tanda jam pelajaran pertama dimulai. Luna, Rahma dan Nana sudah duduk manis di bangku mereka. Mereka bertiga tersenyum ke arahku.
"Syif, kamu lagi ada masalah apa sih sama si Rio?" Tanya Luna. Oh ayolah, aku sedang malas membicarakan laki laki kali ini.
"Gak ada"
"Terus kenapa? Dari kemaren Rio nyariin kamu. Tapi kamunya ngilang terus" sahut Nana.
"Aku bosen sama Rio" ucapku dusta. Padahal aku tidak bosan dengan Rio melainkan risih kalau diikuti terus olehnya. Sungguh, ini perasaan yang aneh sekali, padahal sebelumnya aku sangat suka jika Rio ada didekatku.
Luna dan Nana hanya ber-oh ria. Mereka berdua sibuk kembali dengan buku mereka, entah apa yang mereka kerjakan, mungkin tugas yang minggu kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanif Dan Syifa (On Going)
Spiritual'Nikah muda?' Kata itu tidak ada dalam kamus kehidupan Asyifa Aulia, menurutnya menikah diusia muda hanya akan menghambat dirinya untuk menggapai mimpinya. Namun semuanya berubah ketika seorang pemuda tiba tiba saja masuk kedalam hidup Syifa. Pemuda...