6 - Menyesal ?

363 39 3
                                    

"Tunggu dulu Syif" itu suaranya si Rio. Emang dia gak bosen nyamperin aku terus, sudah hampir tiga kali dia mengajakku jalan berdua, dan sudah tiga kali juga aku menolak. Aku mendengus kesal. Ini sudah hampir pukul tiga sore. Kak Hanif pasti menunggu ku di mobil.

"Please sekali ini aja dengerin aku"
Ucapnya sambil memohon.

Aku hanya menyilangkan tanganku didada, ok aku akan mendengarkannya terlebih dahulu. Kita dengar apa yang akan dia katakan.

"Waktu kamu dua menit" ucapku datar.

"Aku minta maaf kalau aku punya salah, soal obrolan kita yang kemarin, aku juga minta maaf aku gak ada maksud ngomong kayak gitu. Ok mulai sekarang aku bakal serius jalanin hubungan kita"

Tapi sudah terlambat.

"Kamu mau kan maafin aku. Please, aku gak tahan kalau kamu cuekin aku terus" sambungnya, wajahnya terlihat merasa bersalah.

"Iya aku maafin kamu" wajah Rio seketika bercahaya mendengar ucapanku itu, kedua tangannya seolah akan merangkulku. Tapi sebelum dia benar benar memelukku, aku mundur menjauh,  alhasil ia hanya memeluk angin.

"Eits, inget batas"

Rio nampak salah tingkah, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yaudah aku anter pulang ya" tawarnya.

"Aku udah dijemput. Assalamualaikum" aku menolak dengan halus. Biasanya kalau Rio menawarkan diri mengantarkanku pulang, aku tidak bisa menolak.

Sebelum dia tahan aku lagi, lebih baik aku segera pergi munuju parkiran. Dan benar saja Kak Hanif sudah berada didalam mobil, menungguku.

"Assalamualaikum" sapaku.

"Waalaikumsalam"

Dia tersenyum lalu mengulurkan tangannya, kali ini aku mengerti. kucium punggung tangannya lembut, dia juga tidak diam, diciumnya keningku dengan lembut. Dan setelahnya aku merasa canggung.

Mobil Kak Hanif berjalan santai membelah jalan raya. Sepanjang perjalanan tidak ada sepata katapun yang keluar dari mulut suamiku ini. Kenapa ya? Tidak seperti biasanya.

Apa dia marah karena menunggu ku terlalu lama?. Aku berdehem sejenak guna menetralisir kegugupan.

"Kakak ngajar kelas berapa aja?"

"Jadi pacar kamu namanya Rio?" Tanya Kak Hanif mengalihkan  topik pembicaraan. Kenapa juga dia bertanya seperti itu, ini gara gara Luna kenapa juga dia bilang kalau aku punya pacar. Kan rumit urusan.

"Kenapa gak jawab?,biasanya kalau aku ngomong kamu selalu jawab" ujarnya. Aku semakin kehabisan kata kata. Apa Kak Hanif marah karena aku punya pacar? Ya pasti marah sih, aku kan istrinya dia, mana dia udah bilang I love you lagi.

"Diam mu aku anggap iya"

Itu kalimat terakhir yang Kak Hanif ucapkan sampai kami tiba dirumah, dia tidak mengatakan apapun lagi. Kok aku jadi merasa bersalah ya. Ok fix aku akan putusin dia besok.
.
.
.
.

Kak Hanif masih belum berkata apapun, ia masih bungkam padahal hari sudah semakin larut. Aduh, aku harus gimana ya, minta maaf? Please itu bukan diriku.

"Kok kakak gak bilang kalau kakak magang disekolahku?" Tanyaku mencoba membuka pembicaraan. Dia tidak menjawab, jangankan menjawab malihat wajahku saja tidak. Tapi aku tidak boleh menyerah.

"Padahalkan kemarin kita berangkat bareng" dia masih bungkam juga.

"Kakak magang berapa bulan?" Ini sudah pertanyaan ketiga, dan dia masih enggan untuk bicara. Kalau yang kali ini dia tidak menjawab, aku akan marah besar.

Hanif Dan Syifa (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang