"Rasanya aku gak tenang kalau ninggalin kamu sekarang" ucap Kak Hanif padaku, aku hanya tersenyum, tanganku masih terus bergerak melipat baju baju Kak Hanif yang akan ia bawa. Hari ini Kak Hanif akan pulang dulu ke kampung halamannya, karena tempat ia kuliah tidak disini, ia akan pergi untuk sementara katanya sih mau sidang disana.
Sebenarnya aku juga sedikit tidak rela, apalagi setelah kejadian kemarin, Kak Hanif saja khawatir kalau Rio berbuat macam macam padaku, apalagi aku. Jujur saja aku masih takut kalau bertemu dengannya.
"Kakak berapa hari disana?"
"Gak lama, paling cuma tiga hari"
"Nginep dirumah abi sama umi?"
"Iya"
"Maaf ya Syifa gak bisa ikut sama Kakak kesana".
Tangan Kak Hanif terulur untuk mengusap kepalaku. "Gak papa. Kamu hai hati disini, apalagi pas disekolah, jangan keluyuran sendiri".
"Siap boss".
"Selesai" ucapku. Terakhir kutarik sleting tas Kak Hanif yang berisi baju baju tadi. "Ada yang ketinggalan gak?, buku? Laptop? Balpoint? Pensil? Penghapus?" Tanyaku berturut turut. Kak Hanif terkekeh geli melihatku yang riweh sendiri.
"Aku cuma mau sidang, bukan mau ujian sayang"
"Tapi jangan sampai ada yang ketinggalan Kak, flashdisk dibawa?" Tanyaku lagi, Kak Hanif mengeluarkan benda pipih kecil dari dalam kantung bajunya. "Ada".
"Ok, Kakak mau berangkat sekarang?" Tanyaku. Kak Hanif menganggukkan kepalanya, tanda meng_iya kan.
"Yaudah, salam buat Abi sama Umi, maaf Syifa gak bisa ikut"
Kak Hanif tersenyum, dengan langkah gontai ia berjalan menuju halaman rumah. "Yang semangat dong Kak, jangan lemes kek gitu" bisikku tepat disamping telinganya.
"Aku lemes karena mau LDRan sama kamu" ucapnya. Kucubit lengannya dengan cukup keras, dasar ada ada saja, sempat sempatnya dia gombal disaat seperti ini.
Disana, di halaman depan, Ayah dan Ibu sudah menunggu, Kak Hanif pamitan pada Ayah dan Ibu. Kak Hanif juga bilang ia tidak akan lama disana.
Rencananya Kak Hanif akan berangkat menggunakan ttansportasi umum bus, jadilah ia harus pergi ke terminal terlebih dahulu.
Huffftt, untuk tiga hari kedepan aku dan suamiku akan berjauhan, untuk tiga hari aku tidak akan melihat wajahnya. Tapi gak apa apa deh, kan aku jadi agak bebas, bisa main sama sahabat sahabatku. Yeay.
"Jangan kaya kuda yang baru lepas dari kandang Syif" ucap Ibu padaku. Padahal aku kan manusia bukan kuda.
"Maksud Ibu, jangan karena sekarang suamimu sedang pergi, kamu bisa main keluar seenaknya. Kamu juga harus minta izin dulu sama suami, kalau kamu mau pergi" jelas Ibu. Ya Allah ribetnya jadi seorang istri, keluar rumah aja harus minta izin.
"Kak Hanif kan lagi gak ada disini Bu, gimana Syifa minta izinnya?" protesku.
"Sekarang kan zaman modern Syif. Ya kamu tinggal chat aja suamimu kalau mau pergi"
Huffttt, dasar Ibu tidak mau kalah, ada saja jawabannya. Aku hanya pasrah saja. Mungkin ini memang jalan hidupku.
.
.
.Sudah dua hari aku dan Kak Hanif LDR-an. Sudah dua hari ini pula setiap malam Kak Hanif tidak pernah absen menelfonku. Disebut rindu gak juga, tapi kesepian iya.
"Ayolah Syif, kita main bareng. Udah lama lho kamu gak hangout bareng sama kita" ucap Luna terus membujukku. Padahal sejak tadi aku sudah bilang, kalau aku tidak ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanif Dan Syifa (On Going)
Spiritual'Nikah muda?' Kata itu tidak ada dalam kamus kehidupan Asyifa Aulia, menurutnya menikah diusia muda hanya akan menghambat dirinya untuk menggapai mimpinya. Namun semuanya berubah ketika seorang pemuda tiba tiba saja masuk kedalam hidup Syifa. Pemuda...