"Apa? Benarkah? Dimana? Wah, ayo kita kesana!" Ujar Naomi begitu ada seorang teman sekelas mereka datang menyambut kehadiran Hyejin dan Naomi di kelas Rabu pagi itu.
Gadis itu berbisik dan membuat Naomi seakan kehilangan kesadaran kalau mereka sudah ada dikelas dan sebentar lagi dosen akan masuk.
Kemudian dengan cepat Naomi beserta beberapa teman perempuan sekelas Hyejin keluar berbondong-bondong dan teribirit-birit.
Meninggalkan Hyejin yang kebingungan di tempatnya.
"Ayumi, aku tinggal dulu, ada urusan mendadak penting!" Teriak Naomi saat sudah sampai di dekat pintu kelas mereka.
Hyejin hanya menanggapinya tak perduli. Biasanya kalau sudah seperti itu Naomi sedang berurusan dengan seorang pria. Ah karena ini masih musim ujian, bisa jadi pria yang ia idolakan itu datang ke kampus.
Dan seperti biasa, Hyejin tidak pernah peduli.
Ia kembali membuka buku dan duduk sambil menunggu dosen masuk. Lalu matanya sekilas menatap jari manisnya yang sudah lama kosong, bahkan dalam mimpi sekalipun ia tak pernah lagi melihat kehadiran cincin itu ditangannya.
Yoongi,
Pria ajaib itu.
Ah.. Kenapa kepikiran lagi saat sudah lama terlupakan?
Itu hanya keajaiban mimpi, hanya keajaiban mimpi.
Hyejin mensugesti dirinya sendiri dan meyakinkan dirinya untuk melupakan nama itu.
Melupakan wajah itu.
Melupakan senyuman itu.
Tapi yang ada dirinya malah menangis.
Karena begitu sakit dan rindu.
Setidaknya, jika Yoongi seorang malaikat sekalipun, ia harus berpamitan sebelum pergi.
Dan katakan pada Hyejin kalau mereka tak akan bisa bertemu lagi. Saat ini Hyejin bagai tengah menantinya di taman Gwanghwamun itu, namun jangankan Yoongi, tempat itu saja samar dalam ingatannya.
Menunggu kepastian. Menunggu suaminya datang, setidaknya untuk diceraikan. Benar bukan?
Samar-samar Hyejin mendengar suara gaduh diluar kampusnya, lebih gaduh dari sebelumnya.
Hyejin menghapus matanya yang basah, lalu ikut tertarik untuk melongok keluar.
Ya Tuhan.
Tidak.
Ini tidak mungkin.
Bahkan ini lebih mustahil dari mimpi manapun!
Hyejin berlari menerobos kerumunan itu.
Tuhaannn..
Pria itu.
Pria tampan itu.
Yoongi!
• Beautiful Nightmare •
"Dia siswa semester enam, dia jarang sekali datang karena sakit. Tapi belakangan aku tahu jika radang otak yang ia derita agak membaik, mungkin dua bulan ini. Tapi selama dua bulan ini pula dia tidak pernah bicara sama sekali. Hanya mengangguk dan menggeleng saat ditanya. Ini lebih baik dibanding dulu, saat itu dia sering sekali pingsan dan tiba-tiba sudah koma saja selama berminggu-minggu. Aku fikir dia dapat keajaiban hingga dua bulan terakhir dia dapat bertahan dan datang ke kampus. Aku rasa dia punya seseorang yang dia suka, makanya dia selalu berusaha datang meskipun sakit. Tapi aku tak pernah tahu siapa gadis itu, dia tak pernah bilang apa-apa pada siapa-siapa."
Begitu, seperti itu penjelasan yang Hyejin dapat saat melihat kejadian tadi. Kejadian yang membuat seisi kampus ramai dan riuh.
Sebelumnya..
Hyejin berlari menerobos kerumunan. Ya Tuhan, Hyejin melihatnya, ia melihat pria itu.
Dia tampak sangat mirip, namun ah tidak, bukan mirip mereka serupa. Mereka orang yang sama seperti dalam mimpinya belakangan ini.
Yoongi.. Yoongi..
Hati Hyejin menjerit menyebutkan nama itu berulang-ulang. Namun suaranya tercekat oleh air mata.
Yoongi sudah keburu dibawa pergi, dengan tandu yang langsung dimasukkan kedalam mobil ambulance. Yang membuat suasana semakin gaduh karena bunyinya yang memekakkan telinga.
Hyejin menangis terpaku ditempatnya berdiri.
Itu Yoongi. Tapi mungkin namja itu tak mengenalnya, lalu buat apa Hyejin menangis?
Perasaannya sangat kacau.
Senang. Karena Yoongi itu makhluk yang nyata, bukan pangeran khayalan dalam mimpinya.
Terkejut karena Yoongi dibawa oleh mobil Ambulance.
Sedih karena Yoongi sepertinya tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Hyejin terisak ditengah kerumunan teman kampusnya yang ramai itu.
Hikss.. Yoongi..
"Dia—"
"Kaito Hitagawa. Dia Kaito Hitagawa, apa kau mengenalnya?"
• Beautiful Nightmare •
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Nightmare • MYG ✔️
Hayran KurguSemilir angin menyapu lembutnya pipi gadis cantik itu. Wajahnya menggugah semangat dan bahagia siapapun yang melihatnya. Matanya selalu teduh namun memancarkan cahaya bak intan berlian. Membuat yang sekarat dan hampir matipun hidup kembali jika mena...