Nine

2.6K 420 24
                                    

           

MASUK READINGLIST-DAFTAR BACAAN WAJIB VOTE SEMUA CHAPTER!!!

STUN OF LOVE

Warning: OOC, TYPOS, CRACKED- PAIR, etc

Pair : SASUHINA

Rate: T+/M

Genre : Romance, Hurt/comfort

Disclaimer: Naruto © Belonging Masashi Kishimoto

DON'T LIKE DON'T FLAME

DON'T LIKE DON'T READ

DON'T LIKE DON'T COMMENT

= = = = =

Nine

= = = = =

Hinata terus bekerja dengan Macbooknya, di samping Macbooknya sebuah laptop berwarna hitam dengan layar menyala yang menunjukan penurunan produksi listrik di salah satu plant. Hinata sesekali menghela napas, matanya sesekali melirik sebuah amplop berwarna perak yang tidak jauh dari tempat pensilnya.

Kemarin malam –setelah kejadian memalukan di apartemen Sasuke- orang suruhan Sasuke datang ke kantor Hinata memberikan sebuah tiket VVIP untuk konser The Guardian nanti malam. Tiket itu dibungkus dengan amplop berwarna perak mewah dan namanya ditulis dengan jelas pada amplop itu.

Sebenarnya Hinata berniat datang, sebagai ucapan terima kasih karena kemarin Sasuke sudah mau menebalkan wajahnya untuk membelikan pembalut dan pakaian dalam untuknya. Tapi tiba-tiba saja salah satu plant yang berada di Otogakure mengalami masalah penurunan daya yang drastis.

Matsuri mendapatkan tiket penerbangan ke Otogakure paling cepat nanti malam pukul sepuluh, sedangkan konser Sasuke akan dimulai pukul delapan. Hinata meringis pelan, dia memang biasa membelah diri untuk mengawasi berbagai plant dan pekerjaan kantor lainnya di saat yang sama, jadi seharusnya hal ini tidak masalah.

Hinata menutup laptopnya dan menelepon Matsuri, memberikan beberapa pesan –baca perintah- pada sekretarisnya itu. ia harus pulang lebih cepat agar bisa menyiapkan keperluannya untuk pergi ke Otogakure dan menghadiri konser Sasuke.

Blush. Wajah Hinata seketika memerah ketika mengingat Sasuke. Tidak boleh ada yang tahu jika ia mendapat undangan spesial dari Sasuke atau sebuah gosip besar akan tersebar seantero Jepang. Hinata bersyukur tidak ada yang menyebarkan fotonya saat masuk ke apartemen Sasuke.

Tiba-tiba saja ponsel pribadi Hinata berdering menampilkan panggilan WhatsApp dari ayahnya. Hinata meneguk ludahnya susah payah, entah mengapa semenjak mental dan tempramennya terganggu, Hinata selalu merasa gugup saat berinteraksi dengan ayahnya. Meskipun hanya sebatas melalui telepon. Sebuah trauma tertanam dalam pikirannya begitu saja.

"Moshi-moshi... tou-san."

"Hinata..." panggil Hiashi pelan, "kapan kau akan pulang?"

Hinata terdiam, ia tidak ingin memberikan harapan palsu pada ayahnya, ia tidak bisa memberikan janji kapan ia bisa pulang.

Terdengar helaan napas dari Hiashi di seberang sana. "Tadi tou-san menelepon ke kantormu, sekretarismu mengatakan jika kau akan pergi ke Otogakure."

Hinata meneguk ludahnya kembali, lidahnya terasa asam dan pahit. Ia tidak bisa mengelak. "Tou-san sedang berada di Oto?" pertanyaan bodoh, rutuk Hinata dalam hati. Kemarin saat perjalanan pulang dari kantor, Hanabi melakukan panggilan video dengannya. Adiknya itu membawa Ryuuki dan ayahnya ke rumah salah satu saudara mereka di Otogakure, ayahnya tahu jika ia dan Hanabi bertelepon karena sempat melambai padanya.

Stun of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang