Twelve

2.4K 371 39
                                    


MASUK READINGLIST-DAFTAR BACAAN WAJIB VOTE SEMUA CHAPTER!!!

STUN OF LOVE

Warning: OOC, TYPOS, CRACKED- PAIR, etc

Pair : SASUHINA

Rate: T+/M

Genre : Romance, Hurt/comfort

Disclaimer: Naruto © Belonging Masashi Kishimoto

DON'T LIKE DON'T FLAME

DON'T LIKE DON'T READ

DON'T LIKE DON'T COMMENT

= = = = =

Twelve

= = = = =

Hinata bergelung di balik selimutnya, ia merasa posisi itu adalah yang paling tepat untuk menyembunyikan dirinya sementara dari dunia. Ia menyesali keputusannya untuk pulang ke rumah kerabatnya di Otogakure. Padahal ia bisa menginap di hotel mewah dengan uang tabungannya sendiri, tanpa perlu meminta uang kantor.

Hinata menghela napas pelan saat mendengar ketukan pada pintu. Hinata membiarkan hingga ketekuan itu berhenti dengan sendirinya, namun beberapa saat kemudian ketukan itu kembali terdengar, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Hinata memilih untuk semakin mengeratkan pegangannya pada selimut.

"Hinata nee, ini aku, Hanabi."

"Aku tidak lapar, Hanabi," teriak Hinata dari balik selimutnya. Ia benar-benar tidak merasa lapar meskipun makanan terakhir yang masuk ke dalam tubuhnya -yang bisa ia ingat- adalah sepotong chesee cake saat di kafetaria plant. Ia hanya perlu memejamkan matanya dan berpikir seolah tidak terjadi apapun beberapa saat yang lalu.

Memang tidak terjadi apapun bukan? Hanya pertemuan antara ayah dan anak yang sudah lama tak berjumpa.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan nee-chan." Terdengar nada permohonan dari Hanabi.

Hinata menyingkap selimut lalu menarik kakinya menuju pintu dan membukakannya. "Masuk," perintah Hinata datar.

Hanabi pun masuk sambil menyimpan nampan berisi beberapa camilan dan coklat hangat di atas meja kecil. "Sasuke-san yang membelikannya untuk nee-san."

Hinata melirik sekilas melalui ekor matanya, tiba-tiba saja perutnya bersuara. "Damn!" umpat Hinata pelan. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Hinata berusaha mengubah suasana agar tidak terasa canggung, meskipun aura negatif masih menguar dengan jelas dari tubuhnya. Hinata melipat kakinya di atas kasur.

"Nee-chan masih takut pada tou-san?" bodoh! Tentu saja, kau tadi melihatnya dengan matamu sendiri, rutuk Hanabi dalam hati.

"Sepertinya begitu," jawab Hinata pelan sambil menunduk. Kilas balik semua bentakan dan kata-kata merendahkan dari ayahnya kembali berputar dalam ingatannya, seperti sebuah film lama.

"Aku tidak menyangka akan separah itu, aku pun tidak tahu jika Sasuke-san akan memperparah suasana."

"Bagaimana bisa kau bertemu dengan Sasuke dan mengajaknya kemari?"

"Tadi setelah berjalan-jalan dengan Ryuuki dan otou-san ke sebuah taman yang berada di perbatasan Otogakure, aku tersesat dan ponselku kehabisan baterai, jadi aku tidak bisa melihat peta. Saat aku kebingungan, Sasuke-san dan kru syutingnya melintas dan membantu kami."

Stun of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang