IX

169 1 0
                                    

Waktu berlalu sangat cepat, tidak terasa senja sudah tiba. Ryon duduk termenung di pinggir tempat tidur sambil menunggu Luna sadar dari tidurnya. Lama kelamaan ia merasa bosan juga menunggu Luna hingga sadar. Tidak ada yang bisa ia lakukan, perutnya juga tidak merasa lapar. ‘Mungkin karena sup eneh itu…’ pikirnya saat mengingat ia dipaksa makan sup yang sangat aneh—bukannya tidak enak, hanya aneh seperti minum air tanah yang dicampur daun yang entah apa jenisnya, yang membuat sup aneh itu ada rasa manisnya.

“Hh… Sekarang apa yang ingin kulakukan?” gumamnya lesu sambil menatap keluar jendela lalu menghirup udara dalam-dalam. Mendadak ia teringat akan kuda-kudanya. ‘Apa mereka baik-baik saja ya…? Atau mereka ternyata sudah menjadi mangsa?’ pikirnya, mendadak ia bergidik. Ryon menggelengkan kepalanya kuat-kuat, ia berusaha menepis pikiran itu. Ia berharap kedua kudanya baik-baik saja. Pada akhirnya ia memutuskan untuk keluar pondok, tidak peduli walau Rine sudah memperingatkan dirinya untuk tetap di tempat jika Rine dan Cleven tidak di rumah.

Ryon berjalan-jalan tanpa tujuan, ia berjalan menelusuri jalan setapak di desa. Ryon merasa aneh dengan sikap para elf, kini para elf tidak terlalu memperhatikan dia dan ia merasa lebih baik. Tanpa sadar kakinya membawanya ke suatu tempat bagian utara desa. Tempat yang ia datangi, tempat yang luas dan di kelilingi pohon-pohon yang ukurannya agak kecil. Ryon mendekat dan ia terkejut saat mendapati para elf melakukan pertarungan dengan gerakan-gerakan yang cepat dan indah tapi kuat.

Ryon jadi teringat gerakan Frozan saat bertarung melawannya. ‘Lihat saja, Frozan! Aku akan datang dan membalasmu!’ tekadnya dalam hati sambil mengelus luka yang ditorehkan oleh Frozan. Ada tujuan lain, Ryon pergi ke kerajaan. Selain ia akan melakukan tugasnya, ia juga akan menantang Frozan untuk pembalasan dendam saat pertama kali mereka bertemu dan berduel lagi.

Saat Ryon berjalan lebih dekat, mendadak pertarungan berhenti dan serempak mereka menatap Ryon yang salah tingkah. Kemudian muncul Sorant diantara mereka.

“Ada apa kau kemari, mata-mata?” tanya Sorant dingin, ia memakai bahasa manusia.

“Hei, aku bukan mata-mata!! Aku saja baru tahu tempat ini!! Tidak ada alasan aku mematai kalian!” sergah Ryon marah.

“Heh! Tidak ada alasan katamu? Jangan berkilah! Buktinya kau bisa selamat dari jebakan ilusi yang kami buat di daerah sekitar tempat tinggal kami yang seharusnya tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan kami. Aku tidak tahu bagaimana kau membujuk si Half-breed agar mengajakmu memasuki desa, pasti kau memanfaatkannya!”

“A-aku.. Tidak—“

“Bangsa Nornilk sangat jahat. Mereka ingin menghancurkan bangsa kami, untuk itulah mereka membuat jebakan dan banyaknya monster yang muncul pada waktu dan tempat yang tidak seharusnya!” potong Sorant, ia terlihat sangat marah.

“Kenapa mereka berbuat seperti itu?” tanya Ryon setengah berbisik.

“Heh! Buat apa kau bertanya lagi? Tentu saja mereka menginginkan kami menjadi sekutu mereka dengan paksa. Mereka berusaha memusnahkan kami dengan membuat hutan ini dipenuhi dengan sihir kegelapan jika kami menolaknya,” Ryon terdiam mendengar jawaban yang dilontarkan Sorant. Ryon mengerti, ternyata bangsa elf menderita karena perbuatan bangsa Nornilk. Tapi walau begitu ia tetap tidak menerima tuduhan yang ditujukan padanya.

“Aku mengerti, tapi asal kalian tahu, aku bukan mata-mata! Aku..” Ryon terhenti, ia menjadi ragu. Akan kah ia akan memberitahukan identitas dan tujuannya?

Ryon menatap tajam Sorant, “Aku seorang ksatria yang berasal dari tempat yang jauh. Aku melakukan perjalanan untuk pergi ke kerajaan Dragwolf,” jawab Ryon mantap, ia merasa lebih baik begini. Mendadak para elf tertawa, suara tawa mereka terdengar renyah dan lembut.

DragwolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang