XIV

176 1 0
                                    

‘Aku menemukan sesuatu yang menarik untukmu…’

‘Apa?’

‘Bukan ‘apa’, melainkan ‘siapa’…aku menemukan seseorang yang pasti akan membuatmu tertarik untuk melatihnya..’

‘Huh, aku tidak butuh murid…paling seseorang yang kau maksud, sangat lemah dan ia tidak bisa mengikuti ajaranku… seperti biasa, aku tidak tertarik.. maaf Taichou!’

‘Kau yakin? Kurasa kali ini berbeda, cobalah dulu…katanya, anak itu bisa mengalahkan Sorant dan hampir menghancurkan seluruh hutan…’

Pertarungan Ryon dengan Thora masih berlangsung dengan sengit. Kemampuan Ryon berkembang pesat, dengan cepat ia menguasai teknik Thora yang secara tidak langsung mengajarinya. Thora tersenyum saat mengetahui kemampuan Ryon. Perkataan Rivah waktu itu terbukti, sekarang ia merasa tertarik untuk melatih Ryon. Baru pertama kali ini ia mau melatih dan memberi ilmunya pada orang lain, apalagi berasal dari ras manusia. Padahal dulu ia sangat tidak tertarik mengajari seseorang—entah dari ras mana pun—walau diminta atau dibayar mahal sekalipun.

“Ryon!! Kali ini aku tidak akan segan-segan menyerangmu!! Bahkan aku akan membunuhmu!!” seru Thora, ia terlihat bersemangat dan senang. Thora melepaskan Limiterra yang ada ditangan dan kakinya, lalu kembali menyerang Ryon. Kecepatan Thora meningkat drastis, bahkan Ryon hampir kewalahan dan banyak menerima luka baru. Ryon tidak mau kalah, ia pun melepaskan Limiterra-nya. Ia mulai merasakan manfaat Limiterra itu. Kecepatannya juga meningkat drastis. Kini ia dan Thora menjadi lawan yang seimbang.

Berbagai macam serangan mereka lontarkan. Mereka sama-sama bergerak kesana kemari dengan menggunakan dinding-dinding Kekkain. Saling berbenturan dan dan terjadi ledakan kecil berulang kali. Tidak ada perasaan mengalah dan menyerah dari dalam diri mereka. Mereka terhenti sejenak seraya memandang lawan agar tidak lepas dari pandangan dengan terengah-engah. Keringat, debu dan darah mengotori seluruh tubuh mereka,

“Wah, wah! Hebat juga kau!” seru Thora, ia berada disisi yang berseberangan dengan Ryon.

“Ya, ini berkat kau!!” balas Ryon menyeringai, baru kali ini ia merasa sangat kuat. Bayangan tentang mengalahkan Frozan dengan sangat mudah, membanjiri hati dan pikirannya. “Ayo Thora! Kita selesaikan saat ini juga!!” tantang Ryon semangat.

“Ha ha ha ha! Kau terlihat sangat yakin! Baiklah…aku akan mengeluarkan seluruh kemampuanku..” ujar Thora, lalu memasang kuda-kuda siap menyerang.

“Keluarkanlah..aku siap menghadapimu!” seru Ryon seraya memasang kuda-kuda bertahan. Thora menyerang Ryon. Pedang hitam dan tongkat hijau—Blacker dan Greenjow—saling beradu hingga menimbulkan percikan-percikan api. Mendadak kemampuan Thora meningkat drastis, dan dalam waktu singkat ia berhasil membuat Ryon terluka lebih parah. Ryon memuntahkan banyak darah, napasnya terasa sangat sesak dan kesadarannya mulai menghilang.

“Gawat…” gumamnya panik, kini ia tidak punya tenaga lagi. Thora mendekati Ryon dengan tekanan Mana yang sangat kuat. Ryon sudah tidak tahan lagi, rasa panas yang ia rasakan sejak tadi sudah tidak bisa lagi di tahan olehnya. Penglihatannya mendadak samar.

“Bangun Ryon! Mana semangatmu yang tadi?! Kau lemah! Kalau begini, sekali satu serangan, kau akan berakhir!!” teriak Thora seraya mendekat dengan menjulurkan tongkatnya ke arah samping secara horizontal dengan tangan kanannya. Greenjow mendadak berubah menjadi berwarna merah lalu berangsur mengeluarkan asap kemudian mengeluarkan api, tapi tidakmembuat tangannya terbakar. Mata hijau tua Thora berubah menjadi merah, senyuman iblis menghiasi wajahnya. ‘Panas…panas sekali…rasanya seperti terbakar…a-aku tidak mau mati terbakar…aku ingin kuat…

DragwolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang