‘Yeah… Oke, bantulah aku mengalahkannya!’
‘Kau yakin?’
‘Apa maksudmu?’
‘Lihatlah baik-baik wanita itu…Kau yakin ingin mengalahkannya dengan menggunakan kekuatanku? Kalau benar, baiklah, aku akan membantumu dengan senang hati…’
‘……………Tidak, kurasa tidak perlu lagi… aku sudah tidak mau lagi bertarung melawannya…walau apapun yang terjadi…’
‘Kenapa sekarang kau tiba-tiba menolakku? Apa alasanmu menolak bantuanku?’
‘Tidak, bukannya aku menolak bantuanmu… itu… karena aku menyadari dia adalah seseorang yang berharga bagiku…bukan musuhku…’
‘……………Baik…Terserah padamu…’
*
Ryon menurunkan pedangnya dan mengubah posisi tubuhnya tidak dalam keadaan bertarung lagi. Cleven melihatnya dengan heran.
“Ada apa denganmu, Ryon? Ayo bertarung denganku!!” seru Cleven menantang Ryon.
“Sudah cukup. Lebih baik kita akhiri saja… aku tidak ingin bertarung denganmu…”
“Tidak ada alasan apapun untuk menolak bertarung denganku!” seru Cleven tetap ngotot. Ryon mendekati Cleven, tapi Cleven dengan perlahan bergerak mundur.
“Ceritakan yang sebenarnya, Cleven..” pinta Ryon lembut seraya mendekati Cleven.
“Memang apa yang ingin kau ketahui?” tanya Cleven dengan nada curiga.
“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau menantangku? Apa salahku hingga kau berbuat seperti ini padaku?” tanya Ryon hingga membuat Cleven berhenti mundur dan membuat Cleven terdiam cukup lama. Lalu ia menghentikan sikap diamnya dengan menghela napas.
“Aku… aku hanya mengujimu…ya walau akhirnya kau mendadak ingin berhenti bertarung…” jawabnya akhirnya, lalu wujud ‘Cleven’-nya berubah seperti semula. “Aku melakukannya karena itu adalah bagian dari ‘tugas’-ku…. ‘Tugas’ yang diberikan Varrel padaku…”
“Apa…? Tidak mungkin…! Bagaimana bisa…?” Ryon terlihat tidak percaya dengan apa yang diungkapkan Suzanne barusan.
“Tentu saja itu bisa terjadi.” Suzanne menatap Ryon, lalu memalingkan wajahnya. Ingatan lamanya kembali berputar dalam otaknya. “Terakhir kali aku bersama Varrel, saat 500 Yer yang lalu… saat itu adalah saat ia hendak ditangkap oleh kerajaan karena pengkhianatannya… waktu itu ia memberikanku pedang Fenragon, dan memintaku untuk menyegelnya di suatu tempat hingga reinkarnasinya datang untuk mengambil pedang itu.. bertahun-tahun aku menunggu.. terus menunggu di hutan ini hingga akhirnya aku menemukanmu…”
“Aku mengujimu untuk mengetahui apakah kau memang reinkarnasinya. Anggota keluarga Knightry yang lain, tidak bisa mencabut pedang itu karena hanya reinkarnasinya yang dapat melakukannya…yaitu mengakhiri kutukan keluarganya..” Suzanne terhenti, lalu menatap Ryon dan tersenyum tipis. “Dan itu, kau. Apakah kau ingin tahu yang sebenarnya? Perlu kau ingat dalam jiwamu, Varrel tidak pernah mengkhianati keluarganya.. justru ialah yang berkorban untuk keluarganya… ia tidak pernah mengkhianati siapa pun…” Suzanne menunduk dalam-dalam, seolah ia tidak ingin Ryon melihat wajahnya saat ini.
“Kau jangan bercanda…”
“Tidak, aku serius, karena memang begitulah kenyataannya… “ Suzanne membelakangi Ryon, ia mengangkat wajahnya seraya mengingat suatu kenangan. “Aku sudah bersamanya sejak kami masih kanak-kanak. Dahulu para manusia tidak mengenal ras lain selain mereka. Jadi saat mereka melihatku yang setengah rubah, mereka menganggapku siluman dan pembawa sial… hanya dialah yang menganggapku sebagai manusia untuk pertama kalinya. Kau tahu kan seluruh rasku binasa? Saat itu aku sebatang kara dan hidup diantara manusia-manusia yang tidak ada satu manusiapun yang bersikap manusiawi. Lalu dia datang menyelamatkanku..” Ryon hanya bisa menatap punggung Suzanne.
