03. Sesak Kembali

1.3K 77 4
                                    

Leiva lalu menceritakan perasaannya kepada kedua sahabatnya. Ia sangat antusias untuk bercerita kepada kedua sahabatnya itu. Memang diantara ketiganya selalu berusaha untuk tidak menutup-nutupi sesuatu, terutama tentang perasaan.

“Pokoknya dia itu ganteng, baik, cool, keren, ganteng, dan ganteng.”

“Kok, gantengnya disebut tiga kali sih, Va?” tanya Aira.

“Iya lah, dia kan emang gantengnya berkali lipat,” katanya dengan tawa bahagia.

“Yee ... dasar Lelei!” kata Devita.

“Apa lo sirik aja!”

Belum sempat Leiva bercerita tentang pertemuannya dengan anak FK, tiba-tiba orang yang sedang dibicarakannya itu muncul. Leiva mencoba menarik perhatian temannya itu dengan melambaikan tangannya.

“Itu dia Ra orangnya. Pokoknya kalo kalian liat dia, kalian bakal percaya deh kalo dia itu ganteng banget!” kata Leiva pelan sambil menunjuk temannya.

Teman Leiva itu berjalan menghampiri ketiganya. Aira tidak sabar untuk melihat temannya Leiva itu, sedari tadi senyum di bibirnya merekah mendengar cerita Leiva.

Begitu pun dengan Devita, meskipun ia senang mengejek Leiva tapi ia juga senang apabila sahabat yang satunya itu akhirnya menemukan tambatan hatinya.

Orang yang dimaksud Leiva itu berjalan dari arah belakang Aira, jadi Aira tidak bisa langsung melihatnya. Aira lebih memilih mengaduk-aduk minuman yang baru datang beberapa detik yang lalu, dan menunggu orang itu sampai di tempatnya.

Sedangkan Devita sudah tidak sabar untuk melihat orang itu. Ia langsung memutar tubuhnya dan melihat orang itu. Seketika ekspresinya langsung berubah.

“Maaf lama menunggu,” kata orang itu setelah berada persis di samping Aira.

Aira yang sedang meminum jusnya langsung berhenti. Jantungnya seakan berdetak kencang, sepertinya ia mengenali suara itu. Suara yang sangat dirindukannya, juga suara yang baru saja didengarnya beberapa menit yang lalu.

“Iya, gak papa kok. Kenalin ini teman-teman aku yang aku ceritain waktu itu.”

Bersamaan dengan suara Leiva, Aira mengangkat kepalanya untuk melihat orang itu, dan dugaannya benar. Ia tidak salah mengenali pemilik suara itu.

Devita yang menyadari perubahan raut wajah Aira hanya bisa menggigit bibir bawahnya cemas. Ia takut sahabatnya itu akan merasa sakit hati kembali.

“Loh Aira, Devita?”

“Kamu kenal dengan mereka?” tanya Leiva.

Aira mencoba tersenyum meskipun hatinya terasa dihantam ribuan jarum. Biar bagaimana pun juga ia harus menjaga hati Leiva. Leiva menyukai Valdi, dan Aira tahu bahwa Leiva sangat bahagia saat ini. Ia tidak ingin menghancurkan perasaan Leiva, hanya karena tahu perasaan dirinya.

“Iya, mereka teman SMA aku dulu, Va.”

“Wah, kebetulan banget. Jadi, gak usah kenalan lagi, ya, kan?”

“Hee ... iya. Ternyata teman kamu yang dari FK itu Valdi yah, Va? Kebetulan banget.” Devita menampilkan senyum canggungnya. Ia melirik ke arah Aira, dan hebatnya sahabatnya itu masih bisa tersenyum di saat seperti ini. Devita tahu perasaan Aira pasti hancur.

“Jadi, gak perlu repot-repot lagi kan buat kenalan?” jawab Aira sambil tersenyum.

“Nah, iya, pasti kalian udah tau kan si Valdi ini. Jadi, buat kinerjanya gak perlu diragukan lagi, iya, kan?”

“Iya, Va. Kalo Valdi insyaAllah aku percaya,” kata Aira, “eh, kita belum pesan makanan kan? Gimana kalo kita pesan makanan aja dulu?”

“Nah, iya aku setuju sih, kebetulan dari tadi aku laper nih. Aku bakso aja Ra, Devi, sama Valdi pesan apa?”

“Samain aja deh, Va,” jawab Devita. Kemudian Valdi berkata, “iya, aku juga.”

“Ya udah, biar aku pesenin. Kamu apa, Ra?”

“Gak usah, biar aku aja yang pesan, Va. Kalian bahas rumah singgah aja duluan, nanti aku nyusul!”

“Ya udah deh, Ra.”

Aira lalu berjalan ke arah kedai bakso. Tanpa sadar air matanya menetes, namun langsung dihapusnya. Ia berusaha untuk menguatkan dirinya. Ia tidak boleh menunjukkan dirinya yang lemah.

***


Aira menuangkan es sirup pada kedua gelas yang ada di depannya. Setelah terisi penuh, ia kembali menaruh teko─yang berisi es sirup─pada meja dapur. Gelas yang satunya ia minum sedikit, sehingga membedakan kedua gelas tersebut.

Kemudian Aira membawa kedua gelas tersebut ke ruang tengah. Di sana terdapat Devita yang sedang tersenyum pada layar ponselnya.

“Nih, minumnya!” kata Aira sambil meletakkan gelas yang masih terisi penuh pada meja.

“Wah, makasih Aira.”

“Iya, sama-sama. HP terus diliatin, itu tugasnya dikerjain, mbak!”

“Hehe, iya Aira, kan nungguin kamu biar bisa bareng-bareng ngerjainnya.”

“Ah masa? Bukan karena mau nyontek?”

“He ... Aira tau aja.”

Aira langsung saja mengerjakan tugas-tugas kampus yang sudah menggunung itu. Aira memang sangat rajin, ia tidak mau menunda pekerjaan kampus, karena baginya itu hanya akan menambah berat pekerjaannya. Karena tugas kampus memang selalu bertambah setiap harinya.

Sedangkan Devita, ia masih saja fokus melihat aplikasi instagram itu. Aplikasi yang sangat disukainya akhir-akhir ini, sehingga membuang banyak waktunya.

“Ya ampun, so sweet banget Bang! Dedek mau dong digituin!” kata Devita yang masih setia menatap layar ponselnya.

Aira hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. Devita memang mudah baper apabila melihat pasangan halal yang pamer kemesraan di sosmed.

Contohnya saat ini, Devita sedang melihat sepasang kekasih halal yang sedang makan di kedai bakso. Sang suami terlihat sedang menyuapi istrinya. Lalu saat Sang suami menyodorkan sendok ke arah istrinya, sendok itu dimainkan maju mundur.

Hal itu membuat istrinya menahan kesal karena tak kunjung mendapatkan suapan bakso itu. Hingga saat sendok itu dimundurkan oleh suaminya, kepala Sang istri maju untuk menggapai sendok itu. Lalu Sang suami pun menyium puncuk kepala istrinya.

Video itu sukses membuat kaum hawa bawa perasaan atau baper, termasuk Devita itu. Mungkin memang Devita yang kebelet nikah, jadi sering menonton video seperti itu.

“Ih, Ra, pengin deh punya suami yang kayak gini!”

“Tugasnya kerjain dulu, kelar kuliah baru mikirin nikah,” kata Aira yang masih fokus pada tugasnya. Devita hanya mengerucutkan bibir sebal.

“Ra, kamu gak pengin gitu nikah muda?” kata Devita kembali.

“Gak kepikiran tuh!”

“Ih, Aira masa gak kepikiran sih?”

“Emangnya aku kamu yang selalu mikirin nikah muda?” Devita hanya nyengir kuda.

“Hehe, emang kamu gak kepikiran gitu Ra buat nikah muda? Misalnya sama orang yang kamu suka, kan biasanya orang kalo jatuh cinta lama suka bayangin bisa nikah sama orang yang dia suka. Sama Valdi misalnya,” kata Devita tanpa sadar bahwa perkataannya bisa melukai perasaan Aira.

Aira hanya diam mendengar perkataan Devita itu. Raut wajahnya berubah muram, membayangkan yang sedang terjadi pada dirinya.

Devita yang menyadari perubahan raut wajah Aira, hanya bisa memukuli mulutnya merasa bersalah.

***

Kalo ada typo boleh ditandai di bagiannya yah! Makasih, jangan lupa voment.

Big love Lula 💌


Untukmu Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang