07. Melihatnya Terasa Menyakitkan

1K 61 3
                                    

Aira sudah masuk ke dalam, ternyata di sana memang sudah ada teman-temannya. Aira sedang mengamati mereka yang bercanda ria dengan anak-anak di sana, maklum baru berkenalan.

Sedari tadi mata Aira tak pernah lepas dari memandang Leiva dan Valdi. Entah mengapa keduanya terlihat sangat dekat. Aira tidak tahu sejak kapan mereka bisa sedekat itu.

“Ra, kamu baik-baik aja?” tanya Devita. Iya, sedari tadi Devita memperhatikan Aira yang terus saja melihat ke arah Leiva dan Valdi.

Devita yang tahu persis perasaan Aira merasa sakit sendiri, ia tidak tega melihat Aira seperti itu. Meskipun dari luar Aira terlihat tersenyum, tapi hatinya sangat rapuh.

Dulu Devita sering memergoki Aira yang menangis dalam diam. Aira memang kadang suka kalah jika melawan perasaan. Hatinya sangat rapuh dan mudah terluka. Namun, ia juga selalu pandai menyembunyikan kesedihannya, apapun masalah itu.

“Gak papa kok, Dev,” jawab Aira sambil tersenyum. Namun, Devita justru melihat luka pada senyum itu.

*** 

Aira dan teman-temannya kini berada dalam ruangan kecil yang ada di rumah singgah. Mereka sedang rapat dengan pengurus utama rumah singgah. Aira dan teman-temannya membicarakan niat baik mereka yang ingin membantu rumah singgah.

“Kami berencana akan ikut melakukan penggalangan dana. Di sini kami sudah membentuk beberapa tim atau divisi untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Saya sendiri selaku ketua bertugas untuk mengamati jalannya beberapa divisi yang ada. Beberapa divisi yang ada nanti akan dijelaskan oleh Aira.” Valdi mulai menyampaikan niat baiknya itu dengan tegas.

Hal itu justru membuat Aira semakin kagum pada Valdi. Aira sendiri yang menjadi wakil ketua, karena Aira yang sudah lama bergabung dalam komunitas itu. Meskipun bukan anggota inti, hanya sekedar membantu saja.

Beberapa menit akhirnya rapat selesai. Ini akan menjadi tugas baru untuk Aira. Beberapa rencana ada yang disetujui ada yang tidak oleh pihak rumah singgah. Jadi, Aira harus bekerja keras untuk merevisi beberapa laporan.

“Aira kamu pulang sama siapa?” tanya Leiva.

“Aku tadi ke sini naik ojek online, terus sekarang belum tau deh. Nanti aku tanya Devita dulu bawa mobil apa enggak,” jawab Aira.

“Devita aja tadi bareng aku, Ra. Kamu ikut aku aja, yuk!” ajak Leiva.

“Emangnya naik apa? Motor, mobil?” tanya Aira kembali.

“Ya kali, Ra, naik motor aku nawarin kamu bareng. Emangnya kita cabe-cabean yang bonceng tiga, haha.”

“Oh berarti mobil yah, oke yuk.” Aira berjalan menghampiri Devita yang sedang mengobrol dengan beberapa teman kenalannya, yang juga ikut bergabung dalam komunitas.

Leiva mengikuti Aira dari belakang. Keduanya lalu sampai di tempat Devita.

“Dev, buruan balik keburu ujan nih!” ucap Leiva.

“Apaan cerah gini ujan? Ada-ada aja lo, Va,” balas Devita.

Matahari memang tengah bersembunyi di balik awan, namun langit tidak mendung sama sekali. Awan yang putih dengan langit yang begitu biru menandakan bahwa langit masih sangat cerah. Tidak ada tanda-tanda hujan sama sekali.

Untukmu Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang