08. For Him

991 53 1
                                    

Aira menatap pantulan dirinya pada cermin. Ia sedang mengenakan setelan gamis berwarna cokelat dengan motif bunga-bunga. Sesekali ia memutar bak putri, lalu geleng-geleng kepala sendiri, dan mengganti dengan pakaiannya yang lain.

Beginilah jika seseorang ingin pergi dengan laki-laki yang disukainya, perihal baju saja harus cocok dan cantik. Memilih bajunya bisa berjam-jam, dan ujung-ujungnya yang dipilih baju itu lagi. Seperti Aira pada saat ini.

Sudah setengah jam Aira membongkar lemarinya untuk mencari baju yang pas. Hinga pada baju terakhir, Aira memilih setelan blouse dan rok lebarnya yang berwarna pink itu.

Tak lupa juga Aira memadukannya dengan kerudung segi empat berwarna senada. Ia juga memilih flatshoes dengan manik-manik kecil berwarna peach, benar-benar sangat manis.

Setelah itu ia juga memoleskan make up yang begitu tipis dan natural, membuatnya terlihat sangat cantik. Semuanya kontras dengan pakaian, sepatu, dan juga sling bag yang ia kenakan.
Setelah berdiam diri selama kurang lebih satu setengah jam di kamarnya, akhirnya Aira keluar. Ia menuju ruang tamu untuk menunggu jemputan dari Valdi dan sahabatnya.

“Wah, daebak ... Aira cantik banget kamu, benar-benar perpaduan yang pas.” Devita yang baru keluar dari dapur sambil menenteng makanan sempat dibuat kagum dengan penampilan Aira.

“Apaan sih, enggak deh biasa aja kok. Kayak biasanya juga!” kata Aira sambil memperbaiki roknya.

“Enggak, Ra. Ini tuh beda dari biasanya ....” Devita mulai mengelilingi Aira dan melihat Aira dari atas hingga bawah. Sedangkan Aira hanya bisa mengikuti arah pandang Devita.

“Valdi bisa jatuh cinta nih sama kamu. Udah kayak bidadari dunia gini,” ucap Devita kembali.

“Apaan sih, Dev. Enggak mungkin lah, jangan ngaco deh kalo ngomong!” balas Aira dengan sedikit malu. 

“Ih, Aira siapa yang ngaco sih, beneran ini. Kamu tuh bener-bener cantik, aku yakin Valdi juga pasti ngelihat kamu bakal terheran-heran.” Pipi Aira lalu memerah mendengar ucapan Devita, ia menjadi salah tingkah.

“Cie, salting ciye,” goda Devita.

“Ih, apaan sih Devi. Tau ah, aku mau nunggu ke depan aja.”

Aira lalu berjalan ke arah depan. Ia juga sempat menyunggingkan senyum manis. Devita di tempatnya masih tertawa karena berhasil menggoda sahabatnya.

Aira memainkan ponselnya sambil menunggu kedatangan Valdi. Beberapa menit Aira bermain ponsel, lalu terdengar suara deru mobil yang memasuki pekarangan rumahnya.

Aira sedikit berteriak memanggil Devita untuk berpamitan. Valdi dan Leiva lalu muncul dari arah pintu.

“Assalamualaikum ....”

“Waalaikumsalam,” jawab Aira.

Devita lalu keluar dari arah dalam dengan menggunakan khimar berwarna merah. Ia membenari khimarnya itu, pertanda baru saja dipakainya sambil berjalan.

“Eh, Valdi sama Leiva udah datang, yah?” tanya Devita.

Sedari tadi Valdi memperhatikan penampilan Aira yang lebih manis dan anggun dari biasanya. Keduanya sama-sama menyunggingkan senyum terbaiknya. Namun, Aira tidak mau terlalu lama menatap Valdi. Ia lebih memilih mengalihkan pandangannya.

Untukmu Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang