Akhirnya Hilda pun meninggalkan Malik dan Putra. Lalu menghampiri Ara, dan mengajaknya ke kamar. Karna, ia tak tega melihat gadis itu terus memangis dalam diam.
Sesampainya di kamar Ara menangis sesegukan. Hilda pun menepuk pelan bahu sahabatnya itu, berusaha memberikan semangat.
"Lo kenapa jadi nangis gini, Ra?" tanya Hilda heran, namun tak dibalas apapun oleh Ara.Gue sendiri gak tau kenapa gue jadi nangis gini, rasanya sakit. Hati gue seolah teriris iris, waktu denger ucapan Malik tadi. Batin Ara.
Hilda pun memeluk erat sahabatnya, "Lo yang kuat, Ra. Jangan cengeng dong. Ara yang gue kenal kan strong, kaga pernah nangis. Nangis pas brojol, sama gak dikasih duit sebulan doang." ucap Hilda berusaha menghibur sahabatnya.
"Sampe kapanpun, gue gak akan pernah ngalamin happy ending di kisah percintaan gue." ucap Ara yang sudah mulai berhenti menangis.
"Perjuangkan aja dulu, perkara jodoh atau bukan. Itu urusan Allah." ucap Hilda.
Melelahkan memang, jika berbicara mengenai cinta, tapi nyatanya setiap orang tidak benar-benar mengerti apa maksud dan definisi cinta itu sendiri, tetapi sudah berani untuk jatuh cinta. Mencintai itu mudah, tapi yang membuatnya terasa sulit yaitu, mencintai seseorang yang gak bisa kita miliki.
Karena sesungguhnya, cinta itu bukan didasarkan pada paksaan, tetapi ketulusan.
"Gue juga pengen merjuangin dia, tapi situasi kaya gini memaksa gue buat berenti bertahan." ucap Ara lirih.
"Karena nyaman kadang bikin gue suka lupa, kalo kita cuma sebatas teman." lanjut Ara, lalu tersenyum kecut.
"Pertahanin satu aja cowo, yang selalu bisa ngebuat lo bahagia. Walau, hanya dengan hal-hal yang paling sederhana." ucap Hilda lalu setelah itu mereka terlelap karna kelelahan.
Malik yang sedari tadi diluar mendengar semua pembicaraan mereka. "Lo itu impian, yang bakal gue jadiin kenyataan, Ra." Ucap Malik lalu pergi dari kamar itu.
Apapun resikonya saat gue nyatain perasaan gue nanti, gue akan terima, Ra. Gue udah gak bisa lagi mendem semuanya. Batin Malik.
----
Malam ini Putra, Hilda, Malik dan Ara sedang berada di restoran La Planca. Restoran yang di desain ruangan instagrammabel dan juga desain yang unik ini menjadikan sosial media sebagai sarana marketjng utamanya. Restoran La Planca juga menjadi lokasi persinggahan yang populer di Bali, tak hanya wisatawan lokal, tapi juga para turis mancanegara.
Restoran ini memiliki 2 lantai dan yang paling ramai adalah bibir pantai, berhias payung warna warni yang berjejer rapi yang menjadikan spot ini ramai dan populer karna dapat melihat sunset dan yang pasti instagrammabel buat yang suka selfie.
Entah kenapa sedari tadi atmosfer antara Ara dan Malik terasa canggung. Mungkin, karna mereka sudah sadar akan perasaanya masing-masing.
"Biar gue aja sama Hilda yang mesen." ucap Putra berniat memeberikan ruang pada Ara dan Malik, agar bisa berbicara berdua saja.
"Steak tanderloin. Itu kan kesukaan lo, Ra?" ucap Malik.
Ara hanya diam, ia juga tak berniat menjawab perkataan Malik. Karna, tanpa dijawab pun, ucapan Malik memang benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
عشوائيCopyright©2018 by Sabiimh Plagiat dilarang mendekat!! No copy my story!! Cape mikirnya. [Ini cerita pertamaku yang dibuat pada saat aku masih pemula, amatiran. Jadi mohon maaf karna banyak typo, dan alur suka gak jelas] **** Nama wanita itu, Ara, Ar...