Sesampainya ditempat...
Di malam hari, di gedung tinggi itu, di lantai yang sudah direservasi oleh Malik, berjalan lah dua sosok manusia itu menuju lantai paling atas. Tangan mereka tidak terlepas sama sekali, sangat erat bagai tak rela melepas kehangatan yang terjalar sedikit pun.
Langkah Malik berhenti di depan sebuah pintu besar yang menjulang tinggi bahkan hampir mengenai atap bangunan.
"Disini?" tanya Ara.
Malik mengangguk. "Disini, gue udah nyiapin kejutan untuk lo. Buka deh pintunya."
Dengan jantung berdegup Ara membuka pintunya perlahan.
Ruangan itu gelap gulita, tidak ada secercah cahaya pun yang memenuhi kesunyian itu. Tangan Ara meraba dinding mencari saklar, namun jarinya tidak pernah bertemuan dengan benda tersebut.
"Nyari saklar aja gak bisa." komentar Malik berhasil membuat Ara cemberut. Sebuah bunyi 'klik' tanda dinyalakan lampu itu membuat Ara membalikan kepalanya dan menemukan banyak mawar disana yang ditempelkan di dinding hingga membentuk tulisan.
Will you be my girlfriend?
Ara mematung ditempat inikah hadiah darinya untuk Ara? Kalau begitu ini adalah hadiah teristimewa baginya.
"So, princess? Will you be my girlfriend?" tanya Malik membuat teman-teman serta keluarga Ara berteriak heboh entah sejak kapan datangnya.
Perasaan gadis itu bercampur aduk. Ia tak yakin jika harus menjalin hubungan lebih dari sahabat, ia juga takut harus kehilangan sahabatnya, bahkan ia sangat tidak mau persahabatannya hancur hanya karna cinta.
Ara pun menghela nafasnya berat, lalu berusaha menahan air matanya yang akan keluar.
"Kalo lo nerima gue sebagai pacar lo, ambil bunga mawar ini. Kalo lo nolak gue, silahkan ambil mawar ini tapi jangan lo simpen, cukup lo buang aja." ucap Malik yang tangannya sudah gemetaran.
Wajar ia takut. Ia takut perasaannya tak terbalas. Ia takut, Ara menolak perasaannya. Ia takut, jika mereka harus menjadi orang asing setelah pernyataan cintanya ini.
Dengan berat hati, dan tangannya yang sudah berkeringat dingin. Ara mengambil bunga mawar tersebut dari tangan Malik, lalu menbuangnya. Membuat orang-orang yang berteriak heboh menjadi diam, karna terkejut.
Malik pun tersenyum kecut, ternyata nasibnya sama seperti para lelaki yang juga menyatakan cintanya pada gadis ini.
"Gu-gue... Minta maaf." ucap Ara yang air matanya sudah bercucuran lalu pergi meninggalkan gedung itu. Dan pergi meninggalkan Malik yang diam bagaikan patung.
Sakit. Itulah yang Malik rasakan. Ia fikir Ara mempunyai perasaan yang sama dengannya. Ternyata, tidak. Jika tau akan sesakit ini, ia tidak akan mengutarakan perasaannya.
Hilda dan Putra yang melihat jawaban Ara sontak saja kaget, karna mereka pikir Ara akan dengan mudahnya menerima Malik. Namun nyatanya, tidak semudah itu.
Putra pun berjalan menghampiri Malik yang menundukkan kepalanya.
Ia pun menepuk bahu Malik berusaha memberikan semangat. "Be a gentle man, Mal. Dia mungkin masih shock sama pernyataan cinta lo, atau mungkin dia takut kejadian yang dulu sama Adi terjadi untuk kedua kalinya lagi." tutur Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
RandomCopyright©2018 by Sabiimh Plagiat dilarang mendekat!! No copy my story!! Cape mikirnya. [Ini cerita pertamaku yang dibuat pada saat aku masih pemula, amatiran. Jadi mohon maaf karna banyak typo, dan alur suka gak jelas] **** Nama wanita itu, Ara, Ar...