"Gimana kabar Ara?" tanya Thia. Dia adalah perempuan yang selalu membantu Adrian untuk mendekati Sabrina, namun ternyata Ara berfikiran bahwa Thia ini adalah kekasihnya. Padahal bukan.
"Keadaannya masih sama, patah hati." jawab Adrian yang sedang bertelfonan dengan Thia, karna gadis itu tidak masuk sekolah akibat orang tuanya sakit.
"Ya mau gimana lagi? Malik ngasih dia luka dalam yang bakal jadi kenangan buruk buat dia. Siapa yang gak terluka kalo dikhianatin sama sahabatnya yang udah dikenal dari bayi? Wajar kalo dia sakit hati berbulan-bulan." tutur Thia.
Thia pun tersenyum di sela telfonannya, walau Adrian tak dapat melihatnya. "Lo kan cowok, perjuangin dong dianya. Semangatin terus, biar dia bangkit dari kekecewaannya."
Adrian pun tersenyum tipis. "Thanks." lalu mengakhiri sambungan telefonnya.
----
"Ara? Lo kenapa?" tanya Adrian khawatir saat Ara selesai berbicara dengan Malik. Sayangnya, Adrian tak bisa mendengar pembicaraan mereka. Ia hanya bisa melihat perubahan raut wajah mereka.
"I'm fine, Kak." jawab Ara seadanya lalu menghapus air matanya dengan cepat.
"Lo bisa boong sama gue, tapi lo gak akan bisa boong sama perasaan lo sendiri. Lo masih sayang sama dia? Perjuangin. Jangan sampe kalian terlibat nasalah yang lebih rumit lagi dari ini." tutur Adrian.
"Masalah gue sama dia bukan kerikil lagi, ini udah batu besar. Nyelesainnya gak segampang yang lo kira, kak." ucap Ara.
"Inget pesan gue 'Ada masa dimana lo jatuh sejatuh jatuhnya, dan disituasi itu lo harus cari cara buat bangkit'. Lo terlalu gampang putus asa, jangan asal ngomong kalo masalah lo susah buat diselesain. Lo belom berjuang lebih dalam, itu artinya lo belum tau gimana caranya buat nyelesain masalah itu." ujar Adrian.
"You know kak? Kadang gue pengen semuanya balik seperti semula. Saat dimana semuanya gak serumit ini, saat dimana gue sama dia masih menjadi kita. Tapi sekarang? Semuanya gak bisa balik kaya dulu lagi. Gue selalu pengen mencoba semuanya dari awal, tapi gue terlalu pengecut. Gue takut tersakiti lebih dalam lagi." Ara pun menghela nafasnya berat dan lagi lagi ia berusaha menahan tangisannya.
Adrian pun memeluk Ara dengan erat saat gadis itu akan menangis. "Nangis aja kalo itu bisa bikin lo tenang." Dan setelah ucapan Adrian, Sabrina benar benar menangis kencang dalam pelukannya.
Adrian tak perduli bahwa kini mereka berada di taman belakang sekolah. Lagipula di sini sangat sepi, bahkan tidak ada orang yang berlalu lalang sedari tadi. Yang ia perdulikan hanya kebahagian gadis kecilnya ini, asalkan Ara bahagia ia akan ikut bahagia. Bagaimana pun caranya, walaupun hatinya harus tersakiti, ia harus berusaha membahagiakan Ara. Mungkin dengan menyatukan Ara dengan Malik lagi.
Cukup gue aja yang tersakiti, lo jangan.
----
Kini Malik sedang berada di rooftop sekolah, sendirian. Menyesali segala perbuatannya, ia sendiri tak tau bagaimana awalnya hingga masalahnya bisa menjadi serumit ini.
"Apa gue harus relain lo sama Adrian? Jika dia bisa bikin lo bahagia, bukan kaya gue yang cuma bisa bikin lo nangis. Gue rela, asalkan lo bahagia sama dia." gumam Malik pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
عشوائيCopyright©2018 by Sabiimh Plagiat dilarang mendekat!! No copy my story!! Cape mikirnya. [Ini cerita pertamaku yang dibuat pada saat aku masih pemula, amatiran. Jadi mohon maaf karna banyak typo, dan alur suka gak jelas] **** Nama wanita itu, Ara, Ar...