Kyoto, Jepang. Desember 2014
"Tapi appa, tidak bisakah aku melanjutkan study ku disini saja? Mengapa harus kembali ke Korea?" Ucap Nayeon yang sudah putus asa karena appanya menyuruhnya untuk melanjutkan study nya di Korea.
"Tidak Nayeon, kamu tidak hanya akan melanjutkan study mu saja, tapi kamu juga akan belajar memimpin perusahaan appa disana. Tolong jangan bantah appa kali ini." Jawab tuan Im dengan sedikit meninggikan suaranya diakhir kalimatnya.
"Membantah? Kapan aku pernah membantahmu appa? Appa selalu saja memaksakan kehendak appa tanpa bertanya sedikitpun apa kemauanku! Dan lagi, aku sama sekali tidak tertarik untuk memimpin perusahaanmu!" Nayeon sudah tidak bisa menahan amarahnya kali ini.
"Kamu adalah anak tunggal appa, siapa lagi yang akan memimpin perusahaan appa jika bukan kamu? Appa melakukan semuanya hanya untuk kebaikanmu." Ucap tuan Im mencoba menahan amarahnya.
"Apa dengan memaksakan kehendak appa, appa pikir itu adalah yang terbaik untukku? Aku punya pilihanku sendiri!"
"Sudahlah, percuma saja kita berdebat, sekarang pulanglah kerumahmu dan kemasi barang-barangmu, kamu akan berangkat malam ini." Ucap tuan Im kembali duduk ditempatnya.
"Dan selama kamu melanjutkan study mu disana, appa tidak mengijinkanmu kemanapun terutama menemui kekasihmu itu disini." lanjut tuan Im.
"Appa keterlaluan! Mengapa appa selalu ingin menjauhkan ku dengan Mina?!"
"Karena dia adalah seorang wanita! Sama sepertimu! Bagaimana masa depan mu jika terus bersamanya?" bentak tuan Im.
"Sejak kapan appa memikirkan masa depanku?! Aku bahagia bersamanya, dan aku tidak butuh apa2 lagi!" jawab Nayeon.
"Diam! Appa tidak ingin mendengar apapun lagi dari mu. Appa memberi mu waktu sampai sore ini untuk berbicara dengannya, setelah itu temui appa dibandara dan kita akan berangkat ke Korea."
"Aku sudah tidak mengenal appaku sekarang! Appa tidak pernah mengerti perasaanku!" Ucap Nayeon bergetar menahan tangisnya.
"Appa tau semua yang terbaik untuk. . "
"Aku tidak akan pernah meninggalkan Mina!" Potong Nayeon sebelum appanya menyelesaikan ucapannya.
"Tolong jangan keras kepala seperi ini! Pergi ke Korea dan tinggalkan gadis itu atau appa akan melukainya!" Ucap tuan Im berhasil membuat Nayeon terpaku.
Nayeon tahu betul bagaimana Appanya, dia tidak akan pernah main-main dengan ucapannya. Semenjak Eommanya meninggal 2 tahun lalu, Appanya berubah drastis menjadi orang yang pemarah, serba mengatur dan selalu memaksakan kehendaknya pada Nayeon.
"Baiklah, aku akan mengikuti semua kemauanmu. Dan jangan pernah sekalipun Appa menyakiti Mina, atau aku akan membuatmu menyesal." Jawab Nayeon kemudian pergi dari ruangan Appanya.
~Nayeon POV~
Setelah pergi dari kantor appa, aku memutuskan untuk tidak langsung pulang dan memilih duduk sebentar dibangku taman pinggir Kota.
Apa yang harus aku katakan pada Mina? Aku sangat mencintainya, bagaimana bisa aku meninggalkannya? Tapi aku tidak boleh menganggap enteng ancaman appa. Arrrggghh!! aku benar2 pusing sekarang.
Myoui Mina.
Dia adalah kekasihku, kita bertemu sekitar 2 tahun yang lalu. Dia sangat cantik, lembut, dan begitu perhatian. Ketika aku kehilangan eomma, dia lah penenangku. Walaupun kita belum lama kenal pada saat itu, tapi dia begitu bisa membuatku merasa nyaman. Itulah yg membuatku sangat mencintainya.Aku terlalu asik melamun sampai tak sadar hari mulai gelap.
"Astaga, jam berapa sekarang? Mina pasti sedang menungguku dirumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Never Change
Romance"Ada hal yang tidak bisa terpisahkan, walau dipisahkan secara terpaksa. Seperti- Kau dan aku? Ck, terlalu kuno untuk disebut takdir, bukan?"