Mei, di bumi, dengan keadaan yang nyata.
Seperti sebuah rencana sejak lama, sebuah keheningan, kesendirian, menerpa segala keresahan. Mencoba untuk mengingat tentang segalanya yang lalu, tentang kenangan di bawah rindangnya pohon, ataupun kenangan.
Seberkas bubuk sinar terjun dengan bebasnya, tertiup oleh monolog angin yang seolah berbisik padanya. Berbicara sesuatu, yang tak mungkin dapat cahaya itu dengar.
Sebuah kobaran api terlihat siap membakar dan menghanguskan siapapun yang berada di sekitarnya. Kobaran itu terlihat meninggi saat lima sambaran petir tepat mengenai puncak sang merah. Petir itu seolah tak bergeming. Turut larut dalam keheningan malam di tempat asing itu.
Lalu seberkas bubuk sinar itu berputar si atas kobaran api tersebut. Seolah sedang menyiapkan sesuatu yang hanya diketahui dirinya dan Sang Kuasa. Batu batu terlihat berkumpul dan membentuk tatanan tangga di hadapan kobaran itu. Membentuk dengan telaten, seolah sedang dikendalikan oleh seseorang.
Bubuk sinar itu kemudian jatuh. Masuk ke dalam kobaran yang masih setia dikelilingi petir. Seolah memberi tahu semesta tentang sebuah petaka, atau mungkin sebuah kesenangan.
Tak ada yang tahu.
Di antara jingganya api, sebuah figur terlihat terbentuk dengan rapi. Membentuk seperti wujud manusia yang tengah berlutut, dan bersimpuh. Terlihat bagaimana sinar itu membentuk garis garis panjang, yang akhirnya menyatu membentuk bagian rambut. Di dalam api, namun rambut itu tertiup dengan lincahnya.
Gaun yang dikenakannya terlihat menjuntai indah. Begitu banyak bunga yang turut masuk ke dalam kobaran itu. Seolah memang dirancang untuk menghias.
Figur itu kemudian berdiri. Matanya membuka, namun segalanya masih jingga. Kaki kanannya melangkah keluar dari kobaran itu. Lalu diikuti oleh kaki kirinya. Sosoknya masih berwarna jingga, namun sedikit demi sedikit, kini mulai meredup.
Rambutnya terlihat tertiup dengan bebas, lalu gaunnya yang panjang, terlihat masih menjuntai dari dalam api. Dirinya terus melangkah, menjajaki setiap tatanan tangga dari batu tersebut. Dirinya telah sempurna keluar.
Tak ada siapapun, namun gadis itu tersenyum dengan manisnya. Pupilnya berwarna jingga, namun dengan cepat, berubah menjadi warna sekelam malam. Kulitnya berubah menjadi kulit manusia pada umumnya. Dirinya menghela nafas untuk pertama kali.
Setelah kelahirannya, sebuah suara terdengar menggema dari arah api yang terlihat mulai mengecil. Gadis itu berbalik, dan kembali tersenyum.
"Melangkahlah terus. Cari apa yang menjadi tujuanmu disini." Lalu gadis itu mengangguk.
Dia menunduk, lalu merobek gaun yang panjang itu. Kini gaun itu hanya bersisa selutut. Lalu gadis itu melangkah keluar dari deretan bunga di taman yang sepi itu.
Dan dirinya tahu, seolah sebuah tujuan yang dirancang sejak sore hari.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]
RomanceStory keempat dari BTS & Blackpink couple. [Complete] Hanya sebuah kisah sederhana, tentang dua orang yang tidak sengaja bertemu. "Ketika aku berjalan, Lalu aku melihatmu sendiri."