Jimin berlari dengan begitu tergesa. Pulang sekolah, dengan keringat mengucur di lehernya. Seperti biasa, dia turun di pertigaan taman itu. Sekedar menjumpai seseorang yang membuatnya kefikiran semalam.
Roseanne.
Dirinya tersenyum saat gadis itu tengah bersenandung di bawah pohon. Memainkan bunga berwarna jingga, dan terlihat menatap isi bukunya.
Jimin langsung berjalan mendekati gadis itu, senyumnya merekah, menyipitkan matanya yang memang sudah sipit.
"Rose!" Serunya dengan girang. Yang di panggil pun mendongkak dan tersenyum saat melihat pemuda itu sedang berjalan ke arahnya.
"Jimin, kemarilah!" Rose menggerakkan tangannya dan memberi isyarat supaya Jimin duduk di sampingnya.
"Aku mau mengerjakan tugas sekolahku disini, Rose. Temani aku ya?" Jimin duduk sambil mengeluarkan beberapa buku dari tasnya.
Rose hanya memiringkan kepalanya tak paham saat melihat deretan angka tertulis di buku itu.
"Jimin, ini apa? Kenapa banyak angka. Aku pusing membacanya." Tanya Rose dengan polos.
Jimin terkekeh sambil mendongkak untuk menatap gadis itu. "Kau tak pernah tahu matematika?" Rose menggeleng.
"Apa itu matematika?" Tawa Jimin pecah seketika. "Astaga, Rose. Matematika itu seperti ini. Pelajaran yang melibatkan angka. Sudahlah, jika kau tak paham, perhatikan saja."
Rose mengerucutkan bibirnya, lalu mengangguk.Mereka terlalu fokus. Hingga tak menyadari jika hujan mulai turun. "Jimin. Hujan! Kau tak pulang?" Tanya Rose sambil menatap kagum langit.
Bukannya menjawab, Jimin justru memasukkan bukunya, menutup tasnya, dan menyimpan tas itu di atas bangku.
Lalu tanpa di duga, pemuda itu melompat ke bawah hujan, dan berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil. "Rose! Ayo ikut! Bukankah kau suka hujan? Aku pernah melihatmu hujan-hujanan!" Jimin berseru dengan kencang.
Rose lalu mengangguk dan berlari melintasi hujan. Melompat-lompat di atas genangan air, seolah dia lupa jika dirinya berasal dari api.
"Aku suka hujan, Jimin! Aku bisa berteriak sesuka hatiku!" Rose masih setia menengadahkan wajahnya. Merasakan betapa lembut deretan hujan yang menerpa kulitnya.
"Kau tahu, Rose? Aku juga menyukai hujan. Tapi aku lebih menyukaimu." Ucapan itu secara tiba-tiba lolos dari mulut pemuda Park. Membuat yang berbicara membulatkan matanya tak percaya.
Rose menoleh, menatap Jimin dengan intens. "Kau lucu! Hahaha!" Rose justru tertawa. Padahal tak ada yang lucu bukan? Tapi untunglah, Rose tak menganggap serius ucapan Jimin.
Lalu tak lama, hujan berhenti. Membuat kedua orang itu berdecik sebal. Jimin menunduk, lalu mendongkak untuk menatap gadis pujaannya.
"Rose, sampai jumpa besok. Aku akan kembali kesini. Eomma pasti akan marah karena aku pulang dengan basah hari ini." Jimin tertawa geli disana. Rose juga.
"Ya sudah sana pulang. Nanti kau di kurung di kamar!" Kemudian keduanya tertawa. Jimin lalu mengambil tasnya, dan melenggang meninggalkan Rose seorang diri.
"Perasaan bahagia muncul di hatiku saat mendengar perkataanmu di balik hujan tadi. Kau unik, Jimin.
Juga...
Tampan."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]
RomanceStory keempat dari BTS & Blackpink couple. [Complete] Hanya sebuah kisah sederhana, tentang dua orang yang tidak sengaja bertemu. "Ketika aku berjalan, Lalu aku melihatmu sendiri."