Meet

1.1K 86 2
                                    

Gadis api itu terus berjalan menelusuri taman itu, hingga tanpa sengaja dirinya memasuki sebuah hutan. Kesendirian seolah bersandar pada gadis itu sekarang. Rasa sepi, kini menyeruak dalam relung dada si gadis. Dirinya tak tahu harus kemana lagi.

Bahkan lahir pun, dirinya tetap sendiri.

Bunga jingga yang terselip di telinganya tampak sedikit bergerak tatkala angin yang entah darimana membisik.

"Hiks...hiks.. eomma,, tolong aku... hiks." Terdengar suara seorang anak kecil menggema, memasuki setiap celah di telinga gadis itu.

Gadis itu mengedarkan pandangannya. Namun hanya hitam yang mengelilinginya sekarang. Tanpa cahaya. Dan bagaimana dia akan menemukan asal suara itu kalau begini.

Ah, gadis itu tahu sesuatu. Tangannya terangkat untuk mengambil bunga di telinganya. Lalu menggenggam tangkai bunga itu dengan kedua tangannya.

Ketika lagi lagi angin meniupnya, bunga itu bercahaya. Menerangi sudut yang kini mulai menerang. Lalu mata gadis itu mulai mengedar. Di tajamkan pendengarannya, lalu mulai mencari asal suara tangisan itu.

"Eomma,, hiks... aku takut... tolong..." Suara anak itu masih menggema dengan manisnya di sana.

Senyuman gadis itu terukir tatkala melihat seorang anak laki-laki tengah menangis tersedu-sedu dan memeluk kedua lututnya. Tangisnya terus terdengar.

"Halo?" Gadis itu memberanikan diri untuk bersuara. Dan kali ini, si anak laki-laki berhenti menangis dan mendongkakkan kepalanya. Terlihat segaris kebahagiaan muncul di raut wajah dan mata sipitnya.

Gadis itu menatap lurus manik anak itu. Kakinya sedikit melangkah mundur.

"Tolong aku..." Anak itu berjalan mendekati si gadis. Namun gadis itu memundurkan langkahnya. Membuat si anak laki-laki memiringkan kepalanya karena tak mengerti. Anak itu bertubuh kecil, usianya sekitar 10 tahun, dan membawa sebuah robot mainan.

"Noona kenapa? Noona takut padaku?" Tanyanya dengan polos. Gadis itu justru kembali tersenyum kecil.

"Tidak, anak manusia. Aku akan menolongmu." Gadis itu tersenyum. Si anak laki-laki melonjak senang dan berniat untuk memeluk gadis itu.

Namun si gadis kembali mundur. Kali ini jauh lebih cepat. Membuat anak laki laki itu kembali menatap tak mengerti.

"Aku akan menolongmu, tapi jangan menyentuhku." Ucapnya sambil menatap anak itu. Si anak laki-laki menundukkan kepalanya sebentar, lalu mengangguk kecil.

Gadis itu kemudian mencari sesuatu. Tangan kanannya memegang bunga itu, lalu tangan kirinya terlihat mengangkat sebuah ranting kecil.

"Peganglah ranting ini. Lalu ikut aku untuk mencari jalan keluar." Anak itu mengangguk dengan semangat, lalu mengikuti kemana kaki gadis itu melangkah.

Kini telah tiba kala dimana kau akan tersenyum di dalamnya.
.
.
.

Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang