Bye

764 84 0
                                    

Mereka berdua masih berjalan menelusuri hutan. Bunga itu masih bersinar dengan indah. Membuat sejuk siapapun yang melihatnya.

"Noona, kenapa bunga itu bisa bersinar?" Tanya anak kecil itu dengan polos. Di depan, gadis itu tersenyum.

"Ini anugrah Tuhan, Anak manusia. Kau tak akan mengerti." Jawabnya singkat. Anak itu menunduk, lalu kembali mendongkakkan kepalanya saat sebuah pertanyaan melintas di fikiran kecilnya.

"Kenapa noona memanggilku dengan sebutan 'anak manusia'? Bukannya noona juga adalah manusia?" Mulut mungilnya kembali bertanya dengan lucu.

Gadis itu berhenti, berbalik, lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya. Bibirnya tersenyum, "Kau akan mengerti nanti. Sekarang, kita cari jalan keluar saja oke?" Lalu anak itu hanya mengangguk dengan semangat. Senyumnya kembali terlihat, kali ini lebih lebar. Membuat mata sipitnya semakin tenggelam di pipi chubbynya.

Mereka kembali berjalan, cukup lama. Anak itu mulai bosan, "Noona, kapan kita akan sampai? Fyuh,, kakiku lelah." Anak itu berhenti. Si gadis kemudian berbalik dan kembali tersenyum.

"Sebentar lagi. Kau tak lihat cahaya itu? Sepertinya kita akan segera sampai." Ucapnya sambil menunjuk ke arah seberkas sinar. Anak laki-laki itu melonjak senang.

"Ayo, noona!" Ajaknya dengan riang. Mereka kemudian segera berlari dan tentunya, mereka masih terhalang oleh ranting itu.

Hingga akhirnya mereka berhasil keluar dari hutan dan melihat langit yang sudah disapa oleh pasukan jingga matahari.

"Aku tahu ini dimana! Rumahku sudah dekat!" Anak itu melompat- lompat kegirangan. Gadis itu hanya dapat tersenyum manis melihat kelakuan lucu si anak laki-laki.

"Kau mau ku antar?" Tanya si gadis.

Anak itu menggeleng. "Aku sudah tahu ini dimana. Terima kasih, noona! Aku pulang dulu!" Anak itu melambaikan tangannya dan berniat untuk pergi. Namun suara gadis itu membuatnya berhenti.

"Siapa namamu?" Tanyanya dengan lembut.

"Jimin! Park Jimin!" Jawab anak bernama Jimin itu dengan riang. Matanya kembali hilang ditelan pipi tembamnya.

Gadis itu hanya tersenyum sambil mengangguk. "Aku harus pergi. Selamat tinggal, Jimin!" Si gadis melambaikan tangannya dan kembali masuk ke hutan itu.

Jimin yang melihatnya mencoba untuk mencegah. Namun tak lama, dia sudah kehilangan sosok itu. Gadis yang telah menyelamatkannya sudah hilang diantara deretan pohon.

Jimin tersenyum, lalu berkata, "Semoga aku bisa bertemu lagi denganmu, Noona."

Hingga tenggelam, atau terapung bersama air diantara indahnya kolam ikan.
.
.
.


Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang