Tumbuh

591 76 0
                                    

Seorang anak laki-laki tengah duduk sambil menggambar sesuatu. Tangannya terlihat begitu lincah dan telaten saat mengoleskan beberapa warna. Bibirnya mengulas senyum saat gambarnya telah siap.

Seorang wanita dewasa yang melihatnya, hanya dapat tersenyum lalu menghampiri anaknya itu. "Jimin, kau menggambar apa? Eomma lihat, kau begitu serius." Jimin mengangguk, lalu memperlihatkan gambarnya.

Sang ibu yang melihat hanya menggeleng sambil mengembangkan senyumnya. "Ini siapa? Apa ini eomma?" Nyonya Park menunjuk gambar seorang wanita berbaju jingga.

"Ani, Eomma. Ini adalah noona yang membawaku keluar dari hutan waktu itu." Ucap Jimin dengan girang. Nyonya Park hanya dapat tersenyum sambil mengusap pipi gembil anaknya.

"Lain kali, jangan pergi tanpa izin. Kau tahu? Eomma hampir mati saat mencarimu waktu itu. Jika boleh tahu, nama noona ini siapa?" Tanya Ny. Park dengan nada halus. Dia tak mau Jimin menangis lagi karena dimarahi olehnya seperti waktu itu.

"Aku tak tahu. Tapi dia begitu baik." Jimin terus memperhatikan gambarnya dengan seksama.

"Besok kita akan pergi, Jim." Ucap Nyonya Park dengan tiba tiba. Membuat Jimin menoleh tak mengerti.

"Pergi kemana?" Tanyanya.

"Kita akan pindah rumah. Juga sekolahmu. Pekerjaan ayahmu dipindahkan ke Busan. Jadi kita harus ikut." Jimin terlihat terkejut dengan penjelasan sang ibu.

Jimin kemudian menunduk, lalu mengangguk. Sebetulnya dia tak mau kemana-mana. Dia lebih suka bersekolah disini. Bersama teman-temannya. Bagaimana dia di lingkungan barunya nanti? Ah, dirinya tak tahu harus apa.
.
.
.

Keesokan harinya, saat dia harus rela pergi meninggalkan kota Seoul. Mobil keluarganya melewati hutan tempat Jimin dulu tersesat. Bukan, bukan saat dia tersesat yang diingatnya. Melainkan sosok gadis itu. Gadis yang entah kenapa tak mau dia sentuh. Gadis remaja, namun terlihat jauh lebih muda darinya.

Jimin terus menatap deretan pepohonan itu. Hanya berharap jika saja gadis penyelamatnya ada di sana. Namun nihil. Tak ada apapun. Dirinya terlalu berharap. Dan lagipun, mana ada gadis yang berani tinggal di hutan seorang diri.

Dan lagi, senyumnya kembali terukir tatkala mengingat betapa cerianya dia saat bertemu gadis itu.

"Semoga aku dapat bertemu lagi denganmu, Noona." Ucapnya lirih. Sangat lirih.
.
.
.

Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang