Mengenal

429 67 0
                                    

Jimin menatap tak percaya. Jika gadis itu adalah orang yang dulu menyelamatkannya, kenapa dia tak berubah sama sekali?

Gadis itu memiringkan kepalanya, "Kau siapa?" Tanyanya dengan nada lirih. Begitu lembut. Dan baru kali ini Jimin mendengar suara indah itu.

"Nanti saja. Kau kenapa menangis? Boleh aku duduk di sampingmu?" Tanya Jimin meskipun dia sangat gugup saat ini. Apalagi ketika menyadari bahwa gadis yang dia cintai itu adalah pahlawannya dahulu.

Gadis itu menggeser posisinya hingga berada di ujung bangku. "Duduklah. Tapi tolong jangan sentuh aku." Ucapnya. Jimin tersenyum. Perkataannya masih sama. Namun pemuda itu masih tak tahu maksudnya apa.

Jimin mengangguk, lalu dirinya duduk dan mengulang pertanyaannya barusan. Gadis itu hanya tersenyum. "Aku kesepian, Manusia. Aku tak punya teman." Jelasnya sambil menunduk.

Jimin yang melihatnya hanya dapat tersenyum getir. "Bagaimana bisa kau tak punya teman? Kau ini begitu baik hati."

"Aku tak bisa berkenalan. Kekuranganku membuatku tak bebas." Jelas si gadis sambil tersenyum tegar.

"Apa kau pernah mengenal seseorang? Maaf bertanya. Karena aku ingin memastikan, apakah kau masih mengingatku." Tentu saja kalimat terakhir itu diucapkannya dalam hati.

"Aku pernah bertemu dengan seorang anak kecil. Dia tersesat di hutan, dan meminta bantuan dariku. Tapi tunggu, tadi kau bilang jika aku ini baik hati. Kenapa kau bisa bilang jika aku baik hati?" Tanya gadis itu dengan serius.

Jimin tersenyum. "Tentu saja kau baik. Jika tidak, mana mungkin aku bisa keluar dari hutan waktu itu tanpa bantuan darimu?" Gadis itu mengerjap untuk beberapa kali. Mencoba mencerna apa yang barusan diucapkan Jimin.

"J..Jimin?" Tanyanya dengan telunjuk menunjuk wajah pemuda itu. Jimin tersenyum bahagia disana. Pasalnya, gadis itu bahkan masih mengingat nama pemuda itu.

Jimin kemudian mengangguk.

"Kau sudah besar sekarang." Gadis tadi tertawa kecil sambil menunduk. Tangannya saling berkaitan.

"Namamu siapa, Noona? Dulu, aku belum sempat mengenalmu." Ucap Jimin dengan nada rendah. Gadis itu menoleh, dan tersenyum saat mendapati pemuda itu menunduk.

"Roseanne. Panggil namaku saja. Aku bahkan lebih muda darimu." Gadis bernama Rose itu tersenyum.

Bahkan Jimin sempat terpana untuk beberapa detik. Bukan berlebihan—namun memang kenyataannya begitu. Senyuman Rose, membuatnya lupa terhadap suatu pertanyaan besar dalam hatinya.

Jimin kembali tersenyum, lalu mengulurkan tangannya. "Mari berteman, Rose. Aku tak mau melihatmu menangis lagi." Namun Rose hanya terkekeh.

"Jangan sentuh aku, Jimin. Nanti aku hilang." Jimin justru terbahak disana.

"Imajinasimu terlalu tinggi, Rose." Jimin masih tertawa.

Namun Rose hanya tersenyum. Entahlah, dirinya tak berselera untuk tertawa sekarang. Lebih berniat untuk memperhatikan seseorang yang pernah diselamatkannya dulu.

Dan hingga segalanya diketahui, dirinya tetap tak bergeming.
.
.
.

Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang