Grill

527 69 1
                                    

Esok harinya. Masih sama, dan masih nyata. Hari ini langit berbanding terbalik dengan hari kemarin. Sekarang, langit seolah bersiap untuk menurunkan seluruh isinya, menangis, dengan sesekali menurunkan sambaran petir.

Seperti kemarin, Jimin memilih turun di pertigaan taman dan melangkah menelusuri jalanan itu. Senyumnya tak luntur-luntur saat dia membayangkan jika gadis itu ada di tempat yang sama. Semoga saja.

Pemuda Park masih berjalan menelusuri indahnya taman di saat langit mendung. Saat bunga-bunga tertiup oleh gusarnya angin.

Dia ada.

Gadis itu.

Terduduk di sana.

Jimin kembali tersenyum. Niatnya hanya satu, kembali memperhatikan gadis itu dari balik semak-semak.

Mendengarkan alunan indah dari mulutnya, dan menatap rambut panjang yang sesekali tertiup oleh angin. Rasanya begitu damai.

Clak..clak..clak..

Tetesan hujan mengenai kepala pemuda Park. Remaja itu cukup terkejut karena rasanya seperti ketahuan. Hujan mulai menderas. Suara gemuruh menggema disana. Namun untung, tak ada petir.

Jimin memilih diam dan melihat gadis itu. Senyumnya terulas saat melihat si gadis mengulurkan tangannya di bawah air hujan. Seolah merasakan sentuhan langsung dari tangisan langit.

Kakinya kemudian melangkah dari bawah pohon itu. Merasakan derasnya hujan yang menerpa tubuhnya. Gadis itu melompat-lompat seperti anak kecil, dengan sesekali tertawa riang. Jimin yang melihatnya hanya dapat menggeleng kagum.

Ingin rasanya pemuda itu menghampiri si gadis dan ikut hujan-hujanan. Namun dia sangat gugup. Entah karena apa, hanya saja, dirinya tak tahu sejak kapan dia punya riwayat jantung. Dan ini pula hanya karena melihat gadis itu. Belum tahu jika dia berbicara dengannya.

Apakah pemuda itu mencintainya?

Ah, Jimin selalu mengenyahkan fikiran itu dan berfikir positif.
.
.
.

"Bersama hujan, aku melihatmu tertawa. Ternyata kau suka hujan. Aku juga sama. Tapi sepertinya, aku lebih menyukaimu.
.
Eh?"

Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang