Wake up, Shorty!

494 70 1
                                    

Pemuda itu kembali dengan senyuman terpatri jelas di wajahnya. Meskipun terhalang oleh derasnya hujan, namun dia tetap senang. Saat melihat seseorang yang selalu dia perhatikan selama dua hari ini, dirinya seolah lupa dengan tujuannya kemari.

Park Jimin. Laki-laki yang kini menatap kedua kakinya yang melangkah bergantian, entah sejak kapan pipinya menggembung dan memanas. Padahal, cuaca sedang begitu dingin. Ah, dia pasti dimarahi oleh sang ibu karena basah kuyup.

Bersama monolog angin, atau dialog hujan kali ini, dia berkata dari balik deretan senja. "Karenamu aku jatuh, dan karenamu aku merasakan cinta. Aku tak tahu siapa dirimu, namun sepertinya kau adalah cinta pertamaku. Andai saja aku berani, aku pasti akan mendekatimu sekarang juga. Namun kau juga yang membuatku tahu bagaimana rasa 'gugup' itu. Gadis bunga yang senang hujan, tapi mungkin juga senang sendiri."

Lalu pemuda itu kembali meneruskan perjalanannya. Memegang tali tas hitamnya, dan sesekali melompat saat melewati genangan air. Dirinya kurang suka hujan-hujanan, namun hatinya membuat dia tahu, bahwa segala sesuatu itu perlu dicoba.

Hei kerdil, bangunlah. Kau sudah terlalu lama menutup diri.

Esok, esok, esok, pemuda itu masih melakukan hal yang sama. Berdiam di belakang semak-semak, dan memperhatikan gadis idamannya itu. Cukup dari jauh. Karena dia tak mau memiliki riwayat jantung jika harus dekat-dekat dengan gadis itu.

Saat angin menerpa surainya, dan bahkan binatang pun memperhatikannya. Saat dirinya tersenyum, dengan hati yang menghangat.

Sudah. Seperti ini saja. Namun ingin rasanya dia mendekati gadis itu, mengajaknya berkenalan, dan mulai membuka dirinya. Tapi ayolah,, dirinya terlalu gugup.

Segalanya yang dimulai dari kata 'karena'.
.
.
.

Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang