Alone

641 77 0
                                    

Gadis itu kembali melangkah sendirian. Menelusuri hutan dengan cahaya remang remang. Bunganya telah dia sisipkan lagi di telinganya. Cahayanya kembali meredup.

Dirinya masih mengulas senyum, mengingat betapa lucu dan polosnya anak bernama Jimin itu. Ketika anak itu tersenyum, pipinya menggembung dengan menggemaskan. Jika saja bisa, pasti gadis itu sudah mencubit pipi itu.

Namun dirinya sadar. Dia tak bisa. Dia berbeda dari yang lain. Seperti sebuah kesendirian yang dirancang sejak mula. Ketika dirinya terlahir dari kobaran api, tak ada seorang pun yang menemaninya. Dan Jimin adalah manusia pertama yang dia jumpai.

Beruntunglah karena anak itu tak menanyakan perihalnya sama sekali.

Kemudian gadis itu kembali ke taman tempat dia lahir. Kembali menatap indahnya deretan bunga berwarna warni, dan juga altar tempat dia tercipta. Gadis itu mengambil batu batu yang tersusun. Mulai mengambilnya sedikit demi sedikit. Melemparnya ke arah hutan, dan mulai merapikan sisanya.

Dia menghancurkan altar itu. Semua batu yang tersusun di sana dia lempar kuat-kuat. Hingga semua jejak kelahirannya menghilang dengan sempurna. Datar.

Lalu bunga yang ada di telinganya dia ambil. Kemudian tangkai itu ditanam di bekas altarnya. Sebuah cahaya terlihat bersinar dengan terangnya. Bunga itu membesar, tumbuh menjadi sebuah pohon baru di tengah taman itu.

Sayang sekali, taman yang begitu indah harus tertutup dengan deretan hutan di pinggir jalan.

Sekarang, entah jika nanti.

Gadis itu mendudukkan dirinya di bawah pohon, mulai memejamkan mata, dan tertidur.

Tidur pertama setelah dia lahir.

Angin berhembus begitu damai. Menenangkan siapapun yang merasa resah dan gelisah.

Namun gadis itu terlelap, bersama indahnya pagi hari. Dan begitu indah.
.
.
.

Rintik Di Bulan Mei ||Jirose|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang