"Karena kenyataannya, menangis lebih mudah daripada menghapusnya."
***********
Tidak... Ia tahu teman-temannya sengaja tidak datang. Ia tahu bahwa semuanya sudah berubah. Semuanya... Tidak akan pernah seperti dulu lagi.
Sery tersenyum miring seraya tatapannya melayang entah kemana. Seacuh-acuhnya Sery, sekesal-kesalnya Sery, tapi mereka tetaplah satu geng. Ada rasa perih di lubuk hati yang terdalam mengetahui bahwa teman-temannya pergi meninggalkannya hanya karena ia sudah tidak kaya lagi.
Sery menghembuskan napasnya dengan kasar. Bayangan papahnya saat dimakamkan berkelebat di kepala Sery. Di satu sisi, ia masih terbayang-bayang oleh kematian papahnya, tapi di sisi lain, sahabat-sahabatnya benar, ia tidak boleh terus-menerus meratapi hidup. Ia harus bangkit. Entah yang mana yang akan menang dari keduanya.
"Ser, ini makanan semua nggak ada yang lo makan? Bagi gue satu ya? Gue laper nih," sahut Ucup seraya memegang perutnya.
Matanya menjalar ke nakas-nakas dan ranjang Sery yang dipenuhi tumpukan makanan. Ada orange juice, susu, salad buah, nasi goreng, shanwich, mie goreng dan lainnya menumpuk menjadi satu. Sery hanya menggangguk seraya mengikuti arah pandang Ucup dan melihat makanan-makanan tersebut dengan tidak selera.
"Heh, Ucup, lo ke sini tujuannya apa sih? Katanya mau ngehibur Sery? Kok malah sibuk mikirin perut doang!"
Nabila sungguh kesal kali ini. Nampan yang berisi nasi goreng dan orange juice yang diletakkan di ranjang putih itu langsung ditarik Nabila sebelum Ucup mengambilnya.
"Ya ampun Nona Nabila yang cantik jelita tapi sayang banyakan ngeselinnya daripada cantiknya ... gue itu ke sini emang mau ngehibur Sery sekaligus ngebuat dia makan. Kan makan tuh paling enak kalau ditemenin, nah makanya gue temenin. Bukan begitu?" Ucup kali ini menarik nampan yang sudah dipegang oleh Nabila.
"Lo apa sih, makanan banyak juga! Ambil yang lain nggak bisa?" Nabila melototi Ucup hingga membuat Ucup ngeri.
Ucup memandang makanan lainnya. Salad jelas ia tidak doyan, karena menurutnya salad sayur itu tidak membuatnya kenyang. Diliriknya juga shanwich yang berisi daging dan telur serta mayonaise itu. Sepertinya menggugah selera, tapi kemudian Ucup menggeleng lagi. Tetap saja kalau belum makan nasi, hanya makan roti belum kenyang.
"Nggak ada yang bikin kenyang, Bil. Yaelah tega lo sama gue." Ucup memasang tampang melas tapi sepertinya itu sama sekali tidak berpengaruh bagi Nabila.
"Bodo! Makan aja noh rumput di taman. Kalau banyak ntar juga kenyang," sahut Nabila cuek.
"Kubil kalau ngomong yak! Gue bukan sapi, Bil. Siniin itu nasi gorengnya!" kata Ucup keukeuh mempertahankan keinginannya itu.
"Udah nggak papa, Bie. Gue makan shanwich aja. Gue lagi nggak enak makan. Bisa kemakan aja syukur!"
Sery mengambil shanwich yang berada tepat di hadapannya. Membuka dari plastiknya dan mengunyahnya pelan-pelan. Entah kenapa saat ini rasanya begitu hambar di mulut Sery. Padahal itu adalah shanwich kesukaannya sejak kecil, yang selalu dibuatkan oleh mamahnya sewaktu masih ada.
Kenzie sibuk mengambil susu yang terletak di nakas sebelah kiri ranjang sehingga ia harus memutar mengambilnya sedangkan Sery hanya tersenyum kecil melihat pertengkaran kedua sahabatnya itu. Nabila sebenernya termasuk sosok perempuan yang tidak suka marah, tapi entah mengapa di hadapan Ucup ia mudah sekali marah. Seperti alergi pada Ucup.
Sery jadi teringat para karyawan papahnya di kantor. Bagaimana nasibnya? Apakah semua karyawan papahnya akan dipecat oleh si penipu yang mengambil alih semua harta kekayaannya termasuk perusahaannya? Atau para karyawan itu tetap dibiarkan bekerja di bawah atap perusahaan si penipu itu? Entahlah... tapi Sery berharap agar si penipu itu membiarkan para karyawan papahnya tetap bekerja di sana.
Mereka memiliki keluarga dan membutuhkan uang untuk biaya hidup. Kalau dipecat, pasti mereka tidak siap untuk mencari pekerjaan yang baru. Sery juga memikirkan para ART, security, dan para pengawal yang masih berada di rumahnya. Kenapa mereka masih di sini? Kalau terus menerus di sini siapa yang akan menggaji mereka? Sery juga sudah tidak memiliki uang untuk membayar mereka karena semua tabungan, deposito, credit cardnya sudah diblokir.
Sery teringat kalau ia masih memiliki uang dua puluh juta yang akan dipergunakan ke Hongkong. Ia harus membatalkannya untuk menggaji orang rumah. Malah dua puluh juta juga bahkan tidak akan cukup untuk membayar semuanya.
"Kamu mikirin apa sih?" tiba-tiba Kenzie duduk di sampingnya dan menjulurkan susu ke bibirnya. Sery terpaksa menuruti karena ia tahu bahwa ia sama sekali tidak bisa membantah Kenzie.
"Aku baru keinget orang-orang rumah. Kenapa mereka masih di sini? Kalau mereka terus di sini siapa yang akan menggaji mereka? Aku udah nggak punya uang sama sekali. Satu-satunya harapanku adalah uang liburanku ke Hongkong. Itu juga cuma dua puluh juta. Nggak akan cukup!" Sery memandang Kenzie dengan tatapan cemas. Yang dipandang malah menampilkan ekspresi setenang mungkin.
"Udah, semua biar aku aja yang bayar. Nanti kalau kamu diusir dari rumah ini pun, tinggal di rumah aku aja. Biar aku yang fasilitasin semua kebutuhan kamu."
Kenzie berbicara dengan nada santai. Ia lupa ada Nabila dan Ucup yang malah shock mendengar ucapannya. Kenzie terkejut sendiri setelah menyadari bahwa ia lupa di sini juga ada Nabila dan Ucup. Tidak hanya Sery.
"Ken? Lo mulai ngelantur ngomongnya? Mabok lem ya lo? Lah, lo aja sebelas dua belas sama gue. Ya meskipun masih kayaan lo sih. Tapi tetep aja, mana bisa lo ngebayar semua ART nya Sery?" tanya Ucup polos.
"Iya, Ken, mana bisa? Udah biar gue aja yang bayar semuanya. Dan nanti lo tinggal di rumah gue aja, Ser, biar gue ada temennya. Lo tau kan gue anak tunggal, jadi di rumah sepi sendirian. Kalau ada lo kita bisa cerita-cerita, curhat-curhat bareng di kamar sampe malem, belanja-belanja bareng, terus kita juga bisa ...,"
Ucapan Nabila terpotong oleh perkataan Sery yang teramat tegas.
"Nggak usah, nggak usah repot-repot kalian semua. Gue udah janji sama Alm. Papah buat mandiri dan nggak ngerepotin orang lain kok," jelas Sery mantap. Ada kesungguhan di matanya saat mengatakan hal itu.
"Mandiri kayak gimana maksudnya? Lo makan, mandi, keluar kamar aja masih disuruh, malah mau mandiri?" kata Ucup yang masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan Sery.
Nabila reflek menyikut sikut Ucup yang membuat Ucup meringis kesakitan. Ucup hanya bisa memandang Nabila nanar. Baru bersama Nabila selama beberapa jam saja, ia sudah dihina-hina dan dipukuli. Bagaimana kalau ia bersama Nabila untuk selamanya? Menikah misalnya, Ucup langsung menggelengkan kepalanya tidak sanggup membayangkannya.
"Gue harus mandiri. Gimanapun caranya. Kalau gue emang harus ditakdirkan hidup, gue nggak akan kalah. Gue harus menang, walaupun dengan berdarah-darah! Kalau perlu, gue akan ngembaliin semua harta papah yang udah direbut penipu itu. Gue akan temuin si penipu itu dan akan menjebloskannya ke dalam penjara!"
Sery berbicara dengan yakin dan sungguh-sungguh. Tapi tidak bagi ketiga sahabat yang mendengarkannya itu. Mereka tidak yakin sama sekali apakah Sery bisa melakukannya. Apakah Sery sedang berkhayal untuk menghibur dirinya sendiri? Karena apa yang sedang ia katakan, sangatlah tidak mudah.
*********
Hae gaes... Sebenernya tadi malam mau upload tapi kok ngantuk banget jam 11 malam, makanya baru bisa update sekarang.
Part ini gimana menurut kalian? Kalau g seru bilaang ya... G serunya di bagian mana.. Hehehe
Saranghae,
Miss E,
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity
Teen Fiction[ O N G O I N G ] #17 in Teenlitindonesia 28/1/19 Ini hanyalah kisah lima orang sahabat perempuan yang mencoba saling memeluk dan menjaga dengan cara saling menjauh dan membuang. Dan ini adalah kisah para laki-laki yang tidak sadar, bahwa...