12. Fake Friend

36 3 9
                                        


"Aku tidak akan bersedih sedikit pun, meski semua orang mencoba memusuhiku. Aku tidak bisa membuat semua orang menyukaiku, seperti aku tidak bisa membuat diriku menyukai semua orang. "

***********

    Nabila melangkah dengan cepat. Ia rasanya tidak sabar menemui sahabat-sahabatnya itu. Bianca, Audi dan Irene benar-benar membuatnya muak. Kemarin ia menerima notification yang menyatakan bahwa Bianca mengeluarkan Sery dari grup WA geng sosialita. Ternyata dugaan Sery seratus persen benar. Mereka sudah mencampakkan Sery.

    Lalu apa artinya selama ini mereka bersama-sama? Bahkan sangking dekatnya, mereka sampai merencanakan liburan bersama. Nabila menarik napasnya dengan kasar. Berkat tragedi yang menimpa Sery dan keluarganya ini, ia jadi tau bahwa selama ini ia bergaul dengan orang-orang yang salah.

    Nabila menghentikan langkahnya. Ia sudah sampai di kelasnya. Ia melirik ke jendela dan melihat Bianca, Audi dan Irene yang sedang tertawa terbahak-bahak entah sedang membicarakan apa. Reflek, Nabila tersenyum miring, rupanya mereka benar-benar tidak tahu diri.

   Ia mendorong pintu dengan kencang hingga semua orang yang ada di kelas menatap dirinya. Nabila berjalan santai menuju tempat duduk mereka. Bianca langsung memperlihatkan ekspresi bertanya-tanya. Tatapan Nabila kepada dirinya tidak seperti biasanya, melainkan seperti orang yang siap membunuh.

   Nabila menggebrakkan meja di hadapan Bianca hingga membuat Bianca kaget dan langsung berdiri memelototi Nabila.

"Lo itu apa-apaan sih? Lo udah gila kali ya?" teriak Bianca terlihat sangat marah dengan apa yang dilakukan Nabila.

"Terserah lo mau ngomong apa. Tapi seenggaknya, gue masih punya hati. Daripada lo? Hati lo udah mati, Bian! Tega-teganya banget kalian bertiga nggak dateng ke pemakaman papahnya Sery. Dan khusus buat lo, Bian!" Nabila menunjuk Bianca tepat di wajahnya.

"Maksud lo apa ngedepak Sery dari geng ini? Lo pikir, gue sama Sery kesenengan banget gitu ya masuk geng lo? Yang gue sama Sery dapetin dari pertemanan ini cuma palsu! Nggak lebih!" wajah Nabila memerah, napasnya kini mulai naik turun dan matanya memandang Bianca dengan penuh kebencian.

"Oh gitu, yaudah kalau lo nggak suka ada di geng gue, keluar aja. Sama kayak Sery yang gue depak dari geng ini. Denger ya, Bil, gue nggak butuh temen miskin dan pembangkang kayak kalian berdua. Lagian, gue masih punya Audi dan Irene kok," sahut Bianca masa bodo.

Selintas, Nabila langsung memutar bola matanya.

"Terima kasih, lho, Bian, gue udah dikeluarin. Gue terharu banget dengernya. Dan kalian berdua!" kali ini fokus Nabila menatap Audi dan Irene yang sedang cemas tidak tahu harus berbuat apa.

"Kalian berdua yakin masih mau ada di geng ini? Yakin suatu hari nanti Bianca nggak bakalan ngedepak kalian kayak dia ngedepak Sery? Gue kasih tau aja ya, lo berdua dikasih hidup, bukan buat dihabisin jadi kacung. Ngerti?" Nabila melempar tas kesembarang tempat dan langsung meninggalkan kelasnya.

   Ia takut kalau berlama-lama menatap ketiga orang yang dahulu menjadi sahabat baiknya ini malah menangis. Nabila terus keluar, tidak memedulikan lagi teriakan Audi dan Irene yang memintanya untuk kembali. Buat apa? Kembali pada suatu pertemanan yang dipandang hanya dari materi saja.

....................

    Sery hari ini bangun pagi. Ia harus mengurus semuanya. Ia tidak bisa berlarut-larut dalam kesedihan karena kalau ia melakukannya ia sama saja memberikan ketidakpastian kepada orang-orang rumah yang bekerja padanya.

SerenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang