"Di saat kamu punya berjuta-juta alasan untuk menyerah, carilah satu saja alasan untuk bangkit. Dan menjadi pemenang!"
***********
"Bapak Adli, ia sekarang ditahan karena kasus penggelapan yang tidak pernah ia lakukan itu."
Sery terus menangis tanpa memedulikan pengacaranya yang mengatakan maaf dan undur diri. Ia terus meraung... Tidak peduli di ruangan itu masih ada banyak orang seperti Bi Ida dan para pengawalnya.
Namun, semenangisnya dan setidak pedulinya Sery saat ini, ia masih akan terus mengingat siapa nama orang kepercayaan papahnya itu. Bapak Adli, nama itu akan ia simpan dalam lubuk hatinya yang paling dalam dan tidak akan ia lupakan. Bahkan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mencari dan mengorek informasi dari Bapak Adli itu demi mengetahui siapa penipu papahnya selama ini.
Kertas-kertas dokumen itu sudah berantakan karena Sery terus melemparkannya. Bi Ida yang tidak tega mendengar tangisan nonanya itu segera menghampiri Sery.
"Non, yang kuat ya, Non. Non Sery kuat ya, Bibi yakin Non Sery pasti bisa ngelewatin semua ini," ucap Bi Ida memeluk Sery yang sedang menangis. Tanpa sadar ia pun ikut menangis melihat nonanya yang bersedih itu.
*********
Di dalam kelas yang sedang bising karena guru yang seharusnya mengajar tapi tidak bisa hadir. Digantikan dengan tugas yang diberikan membuat siswa-siswi yang berada di kelas itu bersorak senang tanpa memedulikan tugas yang telah ada.
Ada yang sibuk bergosip, ada yang saling melempar kertas, dan juga ada yang bernyanyi dan merusuh di kelas. Tapi tidak dengan Kenzie, ia sibuk menghubungi seseorang melalui headseat yang terpasang di kupingnya dan saat ini entah apa alasannya ia memakai masker sehingga pergerakan bibirnya tidak bisa terbaca oleh orang lain.
"Bagaimana, Pak Anto? Bagaimana keadaan Sery setelah mendapatkan semua penjelasan dari pengacara pribadinya?"
"Iya, Den Kenzie, Non Sery nya sekarang lagi nangis meraung-raung. Saya bener-bener tidak tega, Den. Memangnya Den Kenzie tidak bisa izin gitu ya dari sekolah buat nenangin Non Sery?" tanya Pak Anto salah seorang kepala pengawal dengan ekspresi begitu cemas.
"Bukannya apa-apa, Den. Den Kenzie kan tahu gimana Non Sery. Dia paling anti nangis di depan orang banyak. Sekarang di ruang tamu lagi banyak orang tapi Non Sery nggak peduli dan terus aja nangis meraung. Berarti kan Non Sery sudah nggak kuat banget," lanjut Pak Anto.
Kenzie terdiam, ia sama sekali tidak menanggapi perkataan Pak Anto di seberang telepon. Ia bahkan berekspresi sangat datar seolah tidak terjadi apa-apa padanya.
"Oke, Pak Anto, terima kasih ya atas infonya. Nanti saya kesana ...." Hanya itu yang dapat Kenzie katakan setelah berdiam diri cukup lama.
"Den, tolong jaga Non Sery. Saya cuma percaya sama Den Kenzie. Tolong jangan biarin Non Sery sendirian dan kenapa-kenapa, Den."
Tidak lama sambungan telepon terputus. Kenzie mencoba menenangkan diri dengan menarik napas pelan-pelan. Bayangan Sery yang sedang menangis kencang kini berada di kepala Kenzie. Meski ekspresinya sangat datar, tapi Kenzie merasa sangat khawatir dengan keadaan Sery.
![](https://img.wattpad.com/cover/167363101-288-k77239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity
Teen Fiction[ O N G O I N G ] #17 in Teenlitindonesia 28/1/19 Ini hanyalah kisah lima orang sahabat perempuan yang mencoba saling memeluk dan menjaga dengan cara saling menjauh dan membuang. Dan ini adalah kisah para laki-laki yang tidak sadar, bahwa...