Munculnya Sang Putra Mahkota

1K 56 1
                                    

Sudah waktunya bunga sakura kuncup tumbuh dewasa.

--------------------

"Darimana saja kau Son?" tanya Min si.

"Emmm .... Aku tadi... "

Tak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya pada Min si karna ada Ice yang sejak tadi melirik sambil menguping.

"Aku ketinggalan rombongan, jadi aku bersembunyi sampai keadaan tenang."

Ice memalingkan wajah. Mengabaikan obrolanmu bersama Min si karna ia sibuk menata diri bersama Recca.

Tak lama Dayang Sasi masuk kekamar kami. Membawa sebuah nampan berisi teko dan sebuah gelas. Sepertinya hari ini, aku bisa meminum teh hangat. Lumayan bisa meredakan rasa lelahku.

"Ini untukmu Ice, seseorang mengirimkan ramuan untukmu."

Aku, Min si dan Recca seketika memusatkan perhatian pada mereka berdua. Melirik minuman yang baru saja diberikan, sambil mengerutkan dahi.

Kenapa dayang Sasi hanya memberi ramuan itu pada Ice. Apa mungkin, seseorang benar-benar mengirimkan ramuan pada Ice. Tak pernah kudengar keluar peserta sayembara datang memberikan makanan. Bahkan Min si dan Recca yang juga seorang Putra Raja,tak pernah mendapat titipan.

Ice melihat kami dengan senyuman puas. Sadar bahwa kami tengah melihatnya. Memberikan isyarat padaku bahwa ia yang paling di perhatikan disini. Padahal aku tak peduli.

"Untuk kami tidak ada," tanya Recca.

Recca melihat dayang Sasi.

"Emm.. Kalian tampak sehat-sehat jadi tidak perlu meminum minuman seperti ini, kau juga tak mendapat kiriman dari wilayahmu kan Recca."

"Tapi.... Kami memang tidak tahu, kalau keluarga kami boleh menitipkan sesuatu," sahutku.

"Kau selalu saja beralasan. Membuat semua orang berfikir yang tidak-tidak."

Aku tidak lagi peduli! Lagipula belum tentu Putra mahkota memilih Ice walaupun sudah meminum bertong tong ramuan. Aku berharap Putra mahkota bisa melihat bagaimana sosok wanita yang benar-benar baik dan bagaimana sosok wanita yang hanya berpura-pura baik.

Tapi aku cukup senang sekarang karna ada kejadian peperangan tadi, bukan karna aku berhasil melihatnya dari jarak dekat melainkan karna aku senang bisa melewati latihan pertunjukkan bakat tanpa harus menunjukkan nyanyianku. Peperangan itu menyelamatkanku sekaligus menyelamatkan nyawa wanita-wanita lain. Tidak tau bagaimana jadinya kalau nyanyianku harus mereka dengar.

/@@/

"Selamat, kalian berhasil melewati semua latihan. Kami berharap, kalian bisa menunjukkan pesona kalian kepada Putra Mahkota. Siapapun yang terpilih, ia memang pantas mendapatkannya. Jangan ada yang berkecil hati."

Dayang Han mengucapkan ceramah terakhirnya.

Setelah sebulan lamanya kami menjalani hidup di asrama. Akhirnya malam yang ditunggu tiba. Malam pendewasaan Putra Mahkota. Pagi ini kami tidak ada pelatihan. Kami dibantu oleh para pelayan istana menyiapkan diri untuk pertunjukkan nanti malam.

Sejak munculnya matahari, kami digiring ke sungai untuk membersihkan diri. Ini adalah tradisi untuk membersihkan diri sebelum bertatapan langsung dengan Putra mahkota. Tak ada yang tau siapa yang akan dipilih oleh Putra mahkota, karna itu semua peserta wajib mandi disungai dengan kelopak bunga Mawar merah.

Selesainya, kami langsung bergegas berpakaian. Gaun merah maroon dan hiasan rambut giok menambah aksen mewah pada kami. Meski, aku terlihat biasa saja, jauh dari kata cantik. Tapi aku harus berpura-pura bekerja keras menyiapkan diri.

Embrace The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang