pangeran?!

948 56 0
                                    

Kau tahu, kelopak bunga selalu jatuh setelah berkembang. Entah karna tertiup angin atau memang sudah waktunya ia menyerah dengan keadaan.

-----------------
HILANG!

Bunga yang susah payah kuambil tak terlihat dimana pun. Aku yakin tadi melemparnya pelan. Seharusnya tak jauh dari pinggiran bukit. Dimana kau bunga? Tak mungkin para penghuni bukit memakanmu kan.

Aku berusaha mencari meski dengan kaki terkilir. Tidak ada sedikit jejak bunga merah muda itu, secuil kelopak pun tak tertinggal. Apa mungkin pria bertopeng itu yang mengambilnya?

Brengsek!

Aku memekik sambil menendang batu. Akhirnya malah tambah kesakitan. Ice, tentu, aku harus segera menemui Ice. Sambil tertatih aku turun dari bukit. Semoga saja Ice menemukan bunga lain.

"ICE! ICE... "

Berulang kali aku memanggilnya. Namun tak ada jawaban atau respon fisik dari wanita rubah. Mana mungkin, ia tega meninggalkanku. Tapi... Apa yang tidak mungkin.

Wanita itu kan selalu mencoba menyingkirkanku. Mencelakaiku. Sial! Lagi-lagi aku sial. Kemungkinan, pria bertopeng itu atau Ice yang mengambil bunga. Son, sadarlah. Sejak kapan kau sebodoh ini.

Matahari hampir terbenam. Udara semakin dingin dan suara penghuni hutan mulai terdengar. Aku harus cepat kembali ke istana. Sebelum terlambat atau aku bisa diterkam habis oleh binatang buas.

Di istana, peserta lain sudah berkumpul. Bahkan diantara mereka sudah mengumpulkan bunga yang mereka dapat. Aku tak melihat Ice di sana. Tak mungkin, kalau wanita itu datang di belakangku.

"Kakimu kenapa?"

"Hanya sedikit terkilir," ucapku pada Dayang Han.

"Dimana Ice?" Dayang Yang mulai menyelidik.

"Kupikir dia sudah sampai lebih dulu dariku."

"Kalian tidak bersama? Kalian satu kelompok kan. Seharusnya tidak datang sendiri-sendiri."

"Maaf, apa aku terlambat Dayang Han."

Tiba-tiba Ice datang. Keadaannya baik-baik saja. Tidak ada yang lecet. Kecuali pakaian yang ia pakai menjadi sangat kotor.

Apa ia barusan menggali tanah?

"Kau tega meninggalkanku Son!"

"Aku? Tapi kupikir... "

"Aku berteriak dan kau hanya diam saja. Aku hampir mati tadi."

Semua menyorotku menyeledik.

"Kau jangan... "

"Sudahlah, kalian kembali ke barisan," potong Dayang Han meminta kami menyudahi pertengkaran ini.

Kami berdua berbaris bergabung dengan yang lain. Kulihat Ice menyembunyikan sesuatu dari balik gaunnya. Mencurigakan sekali. Aku mencium aroma... Kebohongan. Tentu saja kebohongan. Barusan ia sudah memulai membuat cerita mengada-ada.

"Ice bawa bunga yang kalian dapatkan."

Aneh, aku tak membawa bunga apapun. Tapi Ice percaya diri maju ke depan. Mengambil sesuatu yang ia sembunyikan kemudian memberikannya pada Dayang Han.

Semua orang terperengah.

Bunga itu ada ditangannya? Ice tersenyum tipis ke arahku. Apa mungkin, bunga itu yang kuambil tadi. Lalu ia yang memungutnya.

"Kembalilah Ice."

Dayang Han maju selangkah, memperlihatkan bunga merah muda berbentuk kipas kecil tersebut. Sedangkan wajah Ice terlihat sangat puas.

Embrace The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang