Mengharapkan sesuatu, namun hal lain yang didapat.
------------------------------
Jeruji besi ini cukup kuat untuk bisa dipatahkan. Sejak tadi aku berusaha membongkarnya tapi tidak bisa. Sialan! Sekarang aku tudak bisa kemana-mana.
Ada penyesalan sekarang. Penyesalan kenapa aku menangkis anak panah itu, lebih bauk kubiarkan saja menusuk Putra mahkota, jika pada akhirnya aku malah dimasukkan kedalam penjara. Sampai saat ini pun aku tak mengerti, sebenarnya apa yang membuatku ditahan.Aku duduk diatas tumpukan jerami, sesekali berdecak kesal. Malam belum usai namun hidupku serasa telah berakhir. Seharusnya aku didalam sekarang mengikuti proses yang sebentar lagi tuntas. Lalu bagaimana dengan imbalanku sebagai partisipan dalam sayembara ini? Masih diberikankah? Atau penjara inilah sebagai imbalanku?
"Berengsek!" ketusku kesal sambil melempar jerami.
"Berisik, hentikan kekonyolanmu itu?Memangnya hanya kau seorang diri di sini."
Seorang wanita kumuh, berpakaian lusuh duduk menyilangkan kaki dipojok penjara. Berambut gimbal acak-acakan dan badannya tampak kekurangan makan.
"Kau melihat apa?" katanya terdengar kasar.
"Aku mempunyai dua bola mata, kau tak berhak melarangku untuk melihat siapa."
Tatapannya memicing, lalu ia memalingkan wajahnya. Kenapa harus berada dalam satu ruangan bersama orang sepertinya. Merasa sedikit kurang nyaman, kugeser tubuhku menjauh.
"Aku tak tahu, ada wanita lain yang bisa melakukan kesalahan." Wanita itu akhirnya bersuara lagi.
"Itu... ada sedikit kesalahpahaman"
Sekilas matanya menyeledik. Kemudian kembali membuang pandangan dan duduk membelakangi sambil menekuk kedua lututnya. Ia tak berbicara lagi, seolah-olah tak mau berinteraksi atau memang tak ingin diganggu.
Aku masih terus memandangi wanita tak terurus itu. kutemukan sesuatu yang menarik darinya. Ada banyak bekas luka di lengan, kaki bahkan beberapa kulihat diwajahnya juga. Seperti terkena senjata tajam. Semacam samurai atau belati, seperti itulah. Apa aku akan berkahir sepertinya wanita itu juga.
Tidak, tidak.
Mungkin dulunya dia adalah seorang penyusup? Jadi semua luka itu maklum ia dapatkan.
Menyadari pandanganku, ia berdiri menghampiri, berhenti, berjongkok, menatap lekat sambil menyentuh daguku. Tatapannya terlihat mengerikan.
"Kau akan bernasib sama denganku." ia tersenyum sinis.
"Omong kosong!" pekikku mendorongnya hingga terjatuh.
Ia menghela nafas, melirikku dengan tatapannya yang kini semakin tajam.
"Jika kau tak lari, nasibmu akan mengenaskan, kau akan membusuk di sini bersamaku."
Ia tertawa terbahak-bahak. Baru saja aku ingin melemparnya dengan jerami, seorang prajurit membuka pintu. Mataku langsung terpusat ke sana. Ia berjalan kearahku, bulu kudukku langsung berdiri, sebab aku merasa ada sesuatu yang kurang baik akan terjadi padaku.
"Keluarlah Nyonya," pekik salah seorang dari mereka.
Wanita tadi terkekeh. Ragu, aku beranjak. Maju mundur untuk ikut dengan seorang parajurit. Kurasa mereka akan langsung mengeksekusiku.
Aku tak ingin mati di sini.
Tak lama aku keluar dari penjara. Seorang wanita cantik sudah menungguku di depan.
"Dayang Han?"
Bukankah seharusnya sekarang ia berada di dalam, melanjutkan acara pemilihan bagi Putra mahkota. Tapi kenapa di sini. Tersenyum ke arahku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The King
RomanceSebuah tradisi pendewasaan seorang Putra mahkota yaitu sang Putra mahkota harus tidur dengan salah satu wanita. Mereka adalah wanita-wanita terbaik dari yang terbaik. Ada salah satu wanita desa yang jauh dari kata sempurna mengikuti sayembara terse...