Udara pagi ini sangat dingin, hari yang buruk menyingkirkan semua bayangan mengerikan dari dalam pikiran. Untuk pertama kali aku terbangun sebagai wanita yang merasa tak suci. Merasa jijik dan geli pada diriku sendiri.Putra mahkota yang katanya tak ingin menyentuhku, ternyata mengatakan sebuah kiasan saja. Aku tak ingat jelals apa yang terjadi semalam. Tapi aku merasa, pria itu sudah menyentuhku.
Saat terbangun, tubuhku sudah polos tanpa ada kain yang menempel kecuali selembar selimut yang melilit. Pakaianku menghilang begitu saja bersama ketidakadanya Putra Mahkota. Ia pergi sebelum menjelaskan apa yang telah terjadi. Hanya sebuah pakaian berwarna putih yang terlihat di atas ranjang. Jika benar semalam ia menyentuhku, itu artinya ...
Keterlaluan sekali. Aku sudah mengatakan kejujuran tentang tujuanku yang sebenarnya. Hanya untuk sekantung koin emas bukan bermalam dengan dirinya. Tapi kenapa dia pura-pura mengerti dan malah mengingkari sendiri. Sialan! Dia orang licik.
Guci minuman terlempar menghantam dinding, pecah dan hancur karna menerima pelampiasan dari amarahku. Seharusnya aku tau ini dari awal, resiko mengikuti sayembara ini adalah kehilangan kesucian. Kenapa aku tak pernah berfikir sejauh itu dan malah melenggang seadanya.
"Salam hormat Dayang Han!" Kudengar seseorang akan masuk ke ruangan ini.
Dayang Han masuk dengan senyuman yang tak pernah hilang. Kusambut dengan wajah sebam dengan gaun putih putih polos. Ia duduk dengan gemulai di depanku. Menuntun senyum seolah hubungan kami sangatlah dekat, seperti seorang ibu dan anak perempuannya.
"Kau belum membersihkan diri, Son?"
Aku menghela nafas.
"Kurasa, kau masih kelelahan. Aku membuatkan ramuan herbal untuk mengembalikan energimu. Minumlah selagi masih hangat."
Aku menatapnya hambar, tiba-tiba dia menjadi sangat perhatian. Apa mungkin, wanita terpilih merasakan hal seperti ini juga.
"Katakan apa yang sudah menggangu pikiranmu. Sebagai wanita pembimbing, hanya aku yang bisa mendengar apa masalahmu dan mencoba membantu untuk menyelesaikannya."
Aku masih terdiam. Entah harus memulai darimana. Haruskah aku bicara dengannya? Atau lebih baik aku diam saja seperti tidak terjadi apa-apa.
"Aku tahu, ada yang kau sembunyikan."
"Menurut Dayang Han, kenapa .... dia memilihku?" tanyaku informal.
"Dia?" ia tersenyum, "maksudmu Putra Mahkota?"
Kujawab dengan sebuah anggukan.
"Kau wanita yang cukup menarik menurutku."
Jelas Dayang Han berbohong, mencoba membuatku merasa tidak buruk.
"Wanita-wanita lain jauh lebih menarik, mereka cantik, pintar dan berasal dari keluarga bangsawan, tapi kenapa wanita sepertiku yang ia pilih."
"Pasti ada sesuatu yang berbeda dari dirimu, sampai Putra Mahkota memutuskan untuk memilihmu."
"Aku tidak mengerti."
Dayang Han menuangkan minuman herbal untukku.
"Lalu .... Apa yang terjadi padaku setelah ini?"
Alisnya bertaut, tersenyum tipis lalu menatapku.
"Kau akan menjadi seorang selir atau .... Kau akan menggantikanku sebagai kepala dayang."
"Bukan itu yang kuinginkan," pekikku.
Dayang Han mengerutkan dahi. Terkejut dengan ucapan yang baru saja keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The King
RomanceSebuah tradisi pendewasaan seorang Putra mahkota yaitu sang Putra mahkota harus tidur dengan salah satu wanita. Mereka adalah wanita-wanita terbaik dari yang terbaik. Ada salah satu wanita desa yang jauh dari kata sempurna mengikuti sayembara terse...