Raja Wong

851 30 0
                                    


"Kamu...."

"Lupakan! Aku memang tak ingin hidup lagi setelah semua yang telah kamu lakukan. "

Saat niatanku untuk mengakhiri hidup, seseorang mendekap dan menyeka air mata di wajahku.

"Maafkan aku! "Katanya terdengar tulus.

Sejenak aku terdiam, memandanginya tanpa melakukan perlawanan lagi.

"Jangan bicara seperti itu lagi. Jika kamu ingin mengakhiri hidupmu, bawa aku bersamamu. Aku akan menjagamu dan....bayi kita. "

"Bayi kita? "

"Hem! "Ia mengecup keningku.

------------------------------------------------------------------------------
Makan malam di bilik penginapan,

"Sudah kubilang akar ginseng yang kubeli sangat manjur mengobatimu, "kata Lay.

"Terimakasih, "kataku.

Lay belum tau kalau sebenarnya aku tak mengalami keracuanan, melainkan aku tengah berbadan dua. Meminta tabib mengarang cerita untuk menutupi kehamilanku, nyatanya berhasil membohongi Lay begitu pun dengan Putra Mahkota yang tadinya mempercayainya.

"Besok kita akan ke istana? "Tanya Lay sambil menyantap makanannya.

"Kita ikut saja apa rencana Putra Mahkota, "kataku masih mencoba menelan beberapa suap nasi.

Bahkan sekarang nasi pun terasa amis. Entah bagaimana bisa lidahku menjadi rusak seperti ini. Makanan yang biasanya enak, sekarang tak mampu masuk ke dalam perut.

Aku mengambil guci berisi air beras fermentasi. Kutuangkan ke dalam mangkuk nasiku dan mengaduknya hingga rata. Aroma menyengat khas fermentasi malah membuatku tertarik. Setelah puas mencium aromanya, kusendok makanan yang mirip dengan bubur tersebut.

"Jangan di makan! "Tiba-tiba Putra Mahkota datang mengambil mangkukku.

"Apa yang kamu lakukan? "Kataku meliriknya.

"Tidak baik untuk tubuhmu kalau kamu terus-terusan mengkonsumsi alkohol, "katanya lalu menjauhkan mangkuk tadi.

Lay menatap Putra Mahkota.

"Memangnya kenapa? Lagipula ia hanya ingin meminumnya sedikit, "kata Lay.

"Dia tidak boleh meminum alkohol. "

Cara bicaranya seperti seorang pria yang peduli dengan kesehatan wanita miliknya. Apa sekarang ia ingin memerhatikanku?

Mungkin saja.

Seperti yang ia katakan bahwa ia ingin menjagaku.

"Dia melarangmu, kenapa kamu diam saja Son? "

Karna sekarang aku tak ingin melawannya. Demi sosok di dalam perutku ini, lebih baik aku ikuti semua perintah Putra Mahkota.

"Kamu tak ingin bicara apa-apa? "Kata Lay menatapku.

"Emm.... Aku sudah kenyang, jadi aku tak ingin mengambil kembali makananku, "kataku beralasan.

"Bisa bawakan kami rebusan biji teratai? "Kata Putra Mahkota meminta pada salah satu pelayan.

Tak lama datanglah pesanannya itu. Lay masih berkutik dengan makanannya sedang Putra Mahkota tengah mengaduk mangkuk berisi air rebusan berwarna coklat muda.

"Minumlah! Rasanya memang sedikit pahit, tapi ini sangat bagus untukmu,"Putra Mahkota memberikanku mangkuknya.

Lay menatap kami dengan mulutnya yang penuh nasi. Sumpit yang ia pegang mendadak ia letakkan kembali. Mengunyah perlahan dengan sorotan matanya tertuju padaku.

Embrace The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang