3. Tak Dianggap

22.6K 2.8K 276
                                    

Btw kalau kalian suka dengan cerita ini, vote ya. Masih dikit votenya ga sekencang cerita lain. Kalau respon kurang, nanti aku tarik lagi. Tapi kalo respon bagus, tetap dilanjut.

Rayga menenteng dua kotak berisi pizza dan berjalan memasuki butik. Ketiga karyawati itu selalu saja terpana setiap kali melihat sosok laki-laki yang mereka tahu tengah dekat dengan atasannya melangkah dengan penuh percaya diri. Ya laki-laki itu memang selalu percaya diri.

Postur tubuh yang ideal didukung wajah tampan dengan level kegantengan mendekati paripurna selalu saja menarik perhatian kaum Hawa untuk setidaknya meliriknya sekali lagi atau bahkan berkali-kali setelah lirikan pertama dirasa masih kurang. Wajah baby face-nya punya daya tarik tersendiri, ketika tersenyum ia terlihat sangat manis.

Rayga mendekati salah satu karyawati, membuat karyawati tersebut salah tingkah.

"Ini buat kalian." Rayga memberikan satu kotak pizza padanya.

Karyawati tersebut mengulas senyum sumringah, dibarengi senyum lebar dari dua temannya.

"Makasih banyak, Mas. Sering-sering aja kayak gini ya."

"Pokoknya kita dukung Mas Rayga buat dapetin Bu Bos, semangat Mas," ujar yang lain.

Rayga tersenyum lebar, "Beneran lho ya dukung saya."

"Beres, Mas. Good luck," balas Devi dengan senyum lebarnya.

"Bu Bos lagi atas, ya?"

"Iya, lagi bareng Alea," jawab Devi.

Rayga segera melangkah ke atas dengan menenteng satu kotak pizza. Pintu ruangan pribadi Diandra tidak ditutup. Baik Diandra maupun Alea menoleh ke arah pintu setelah derap langkah Rayga mencuri perhatian ibu-anak itu.

"Om Rayga..." Alea memekik senang.

"Hai little princess, how are you?" Rayga mengusap rambut Alea.

"I'm very fine. Om Rayga apa kabar?" mata Alea menyasar pada sekotak pizza yang ditenteng Rayga.

"Om juga baik, ini Om bawakan pizza." Rayga menyodorkan sekotak pizza di hadapan Alea.

"Pizza itu kurang sehat, Ray," cetus Diandra.

"But I like pizza." Alea tersenyum cerah melihat pizza yang begitu menggiurkan.

"Cuci tangan dulu, Alea," tukas Diandra datar.

Alea beranjak, "Okay, Mom.." Alea setengah berlari keluar ruangan dan berjalan menuju wastafel.

Dua manik itu bertemu. Sepasang mata berbinar dan menyorotkan kekaguman. Ya dia selalu mengagumi Diandra dengan penampilan yang selalu sopan dan berkelas. Sepasang mata yang lain menatapnya datar.

"Jangan terlalu idealis, Di. Sesekali makan junk food nggak akan bikin kesehatan kita menurun. Kan cuma sesekali." Rayga seolah mengerti benar apa yang tengah dipikirkan Diandra.

"Alea udah cuci tangan." Alea berlari masuk ke dalam.

"Okay, Alea. Silakan dimakan pizzanya."

"Om juga makan ya." Alea mengambil satu potongan pizza dan menyodorkan tepat di depan mulut Rayga.

Rayga menggigitnya dan mengunyahnya. Alea tertawa kecil melihat Rayga yang terlihat lahap mengunyah pizza.

"Hmmm enak banget. Sayang ya ada yang nggak doyan pizza." Rayga melirik Diandra sepintas.

Diandra membalas tatapan itu dengan ekspresi wajah datar. Ia beralih menatap Alea makan dengan lahap sekali seperti bertahun-tahun tidak makan pizza. Ia memang jarang sekali membeli junk foods. Sebisa mungkin ia membiasakan Alea untuk makan makanan sehat.

Brondong, I'm in Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang