Btw cerita ini kayaknya vote-nya belum pernah mencapai 1rb ya. Kalo nyampe 1rb, aku lanjut ya. Kalau ga nyampai, cerita in aku pending dulu.
Rayga menghentikan mobil di pelataran rumah orang tuanya. Ia melirik Diandra yang diam tertegun. Mimik wajahnya terlihat sedikit cemas. Rayga tahu, kekasihnya saat ini tengah merasa deg-degan dan gugup.
“Santai aja, okay?” Rayga mengulas senyum terbaiknya. Ia berusaha untuk meminimalisir kegugupan Diandra.
“Aku deg-degan, Ray. Belum apa-apa aku udah nervous begini.” Diandra mengembuskan napas. Ia menghirup pelan lalu mengeluarkannya lagi. Latihan pernapasan bisa membuatnya sedikit rileks.
“Jangan gugup. Semua akan baik-baik saja.” Rayga berusaha menenangkan sekali lagi.
Diandra mengangguk. Keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju teras. Rayga menekan bel pintu. Tak selang berapa lama, keluarlah seseorang membukakan pintu.
“Assalamu’alaikum, Bu,” ujar Rayga sembari menyalami ibunya.
“Wa’alaikumussalam.”
Diandra melakukan hal yang sama. Ia tersenyum ramah lalu menjabat tangan sang calon ibu mertua.
Endah terpaku sejenak menatap wanita yang istimewa di hati putranya ini. Ia tersenyum dan mengakui, secara fisik wanita ini memang cantik dan anggun, wajar jika Rayga jatuh cinta padanya. Namun ia belum mengenal bagaimana karakter Diandra. Ia yakin, wanita pilihan anaknya pastilah memiliki hati yang baik.
Endah mempersilakan mereka untuk masuk. Selanjutnya ia masuk ke dalam, memberi tahu suaminya bahwa anaknya datang bersama calon menantu.
Toto menyambut kedatangan Diandra dengan raut wajah yang datar. Sebelum Rayga mengajak Diandra ke rumah, dia terlebih dahulu meminta izin orang tuanya. Rayga juga menceritakan status Diandra yang sudah bercerai dari Aldebaran dan memiliki seorang anak perempuan berumur lima tahun. Sang ibu tidak mempermasalahkan. Sang ayah keberatan dengan statusnya, tapi Rayga memohon pada ayahnya untuk bertemu dengan Diandra terlebih dahulu dan menilainya. Rayga bercerita kebaikan hati Diandra juga kemandiriannya. Ia harap ayahnya menghargai calon yang ia pilih.
Asisten rumah tangga keluarga Toto menyajikan teh hangat dan cemilan. Diandra masih saja merasa gugup, apalagi saat melihat tampang gahar Toto.
“Nak Diandra ini katanya punya butik dan psikolog juga, ya?” Endah mencoba memecah keheningan.
Diandra mengangguk, “Nggih, Bu.” Diandra mengulas senyum seramah mungkin. Ini bukan pengalaman pertama baginya dikenalkan dengan sosok orang tua yang bisa disebut calon mertua. Dulu saat Aldebaran mengajaknya menikah, laki-laki itu mengenalkannya pada orang tuanya sehari setelah Diandra memberi jawaban. Namun ia merasa lebih berdebar dan gugup saat bertemu dengan orang tua Rayga. Status dirinya yang seorang janda beranak satu dan kekhawatirannya akan penolakan dari orang tua Rayga, terutama ayahnya membuatnya bertambah gugup.
“Kamu belum lama ya bercerai dari mantan suami kamu? Alasan kalian bercerai apa?” Toto bertanya tanpa tedeng aling-aling. Satu pertanyaan yang sangat sensitif.
Diandra terdiam sesaat. Selalu ada ribuan kata menari di kepalanya dan ia bingung untuk memilih kata yang tepat. Jangankan menjawab pertanyaan dari orang yang baru dikenal, untuk menjawab pertanyaan kerabat atau teman yang sudah lama dikenal mengenai alasan perceraiannya pun, ia merasa selalu kehabisan kata. Hal ini seperti mengorek kembali luka yang belum mengering. Ini juga menyangkut aib seseorang. Hanya orang tua, Rayga, dan Bayu saja yang tahu pasti kemelut dalam rumahtangganya hingga akhirnya bercerai. Ia tak mau gegabah membuka aib Aldebaran meski status mereka sudah menjadi mantan suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong, I'm in Love (Completed)
Roman d'amourPart masih lengkap. Disarankan membaca My Baby, My Strength dan Dear Pak Dosen terlebih dahulu. Trauma dikhianati membuat single parent bernama Diandra Shara enggan membuka hati untuk cinta yang baru. Perselingkuhan Aldebaran, mantan suaminya dan sa...